Inflasi di Jakarta Naik Tinggi, Ini 3 Penyumbang Terbesarnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga makanan dan minuman , serta jasa restoran menyebabkan inflasi di Jakarta naik. Tercatat pada November 2024, inflasi Jakarta mencapai 0,29% atau naik 0,03% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mengungkapkan bahwa tingkat inflasi tahunan DKI Jakarta pada November 2024 sebesar 1,58% dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 105,30.
Catatan ini membuat inflasi di Jakarta lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 1,55%. Namun stabil bila melihat sasaran 2,5±1%.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jakarta, Arlyana Abubakar menjelaskan, inflasi ini bersumber dari meningkatnya harga bawang merah, tomat, daging ayam ras, dan minyak goreng. Kenaikan harga bawang merah didorong oleh terbatasnya pasokan dari daerah sentra sejalan dengan mulai masuknya periode tanam.
"Kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh meningkatnya permintaan jelang HBKN Nataru 2024," terang Arlyana dalam siaran persnya, Senin (2/12/2024).
Selain itu kenaikan minyak goreng yang disebabkan harga Crude Palm Oil (CPO) global berdampak pada kenaikan harga domestik, termasuk di Jakarta. Sementara komoditas seperti cabai rawit, cabai merah, jeruk, dan daging sapi mengalami penurunan harga didukung oleh ketersediaan pasokan yang tetap terjaga.
Di sisi lain, sumbangan inflasi juga terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa yang mengalami inflasi sebesar 0,55% (mtm), sehingga menyumbang 0,04% terhadap inflasi Jakarta. "Inflasi pada kelompok ini terutama bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan berlanjutnya tren kenaikan harga emas global," tambahnya.
Kelompok lainnya yang menjadi penyumbang inflasi yaitu kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran dengan sumbangan inflasi sebesar 0,04%, utamanya didorong oleh kenaikan harga es dan kue kering berminyak.
Karenanya untuk mengendalikan inflasi, sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta yang semakin kuat. Selama November 2024, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi.
"Melalui urban farming Sudin KPKP Jakarta Timur dalam bentuk penanaman bersama benih cabai dan bawang merah serta panen serentak komoditas bawang merah di wilayah Jakarta Pusat dan menguatkan hilirisasi hasil produk pertanian melalui pelatihan pengolahan aneka cabai dan bawang yang diikuti oleh 80 UMKM/pelaku usaha," terangnya.
Selain itu, juga memberian bantuan sarana dan prasarana pengolahan pertanian oleh KPwBI Provinsi DKI Jakarta kepada Kelompok Wanita Tani Binaan dan rapat Pra-High Level Meeting TPID jelang momen HBKN Nataru. "Terakhir kami juga melakukan rapat Koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga," tambahnya.
Ke depan, sinergi TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Dengan berbagai upaya sinergi dan kolaborasi tersebut, inflasi Jakarta diharapkan dapat tetap terkendali dalam sasarannya, yaitu 2,5±1% pada tahun 2024.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mengungkapkan bahwa tingkat inflasi tahunan DKI Jakarta pada November 2024 sebesar 1,58% dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 105,30.
Catatan ini membuat inflasi di Jakarta lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 1,55%. Namun stabil bila melihat sasaran 2,5±1%.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jakarta, Arlyana Abubakar menjelaskan, inflasi ini bersumber dari meningkatnya harga bawang merah, tomat, daging ayam ras, dan minyak goreng. Kenaikan harga bawang merah didorong oleh terbatasnya pasokan dari daerah sentra sejalan dengan mulai masuknya periode tanam.
"Kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh meningkatnya permintaan jelang HBKN Nataru 2024," terang Arlyana dalam siaran persnya, Senin (2/12/2024).
Selain itu kenaikan minyak goreng yang disebabkan harga Crude Palm Oil (CPO) global berdampak pada kenaikan harga domestik, termasuk di Jakarta. Sementara komoditas seperti cabai rawit, cabai merah, jeruk, dan daging sapi mengalami penurunan harga didukung oleh ketersediaan pasokan yang tetap terjaga.
Di sisi lain, sumbangan inflasi juga terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa yang mengalami inflasi sebesar 0,55% (mtm), sehingga menyumbang 0,04% terhadap inflasi Jakarta. "Inflasi pada kelompok ini terutama bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan berlanjutnya tren kenaikan harga emas global," tambahnya.
Kelompok lainnya yang menjadi penyumbang inflasi yaitu kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran dengan sumbangan inflasi sebesar 0,04%, utamanya didorong oleh kenaikan harga es dan kue kering berminyak.
Karenanya untuk mengendalikan inflasi, sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta yang semakin kuat. Selama November 2024, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi.
"Melalui urban farming Sudin KPKP Jakarta Timur dalam bentuk penanaman bersama benih cabai dan bawang merah serta panen serentak komoditas bawang merah di wilayah Jakarta Pusat dan menguatkan hilirisasi hasil produk pertanian melalui pelatihan pengolahan aneka cabai dan bawang yang diikuti oleh 80 UMKM/pelaku usaha," terangnya.
Selain itu, juga memberian bantuan sarana dan prasarana pengolahan pertanian oleh KPwBI Provinsi DKI Jakarta kepada Kelompok Wanita Tani Binaan dan rapat Pra-High Level Meeting TPID jelang momen HBKN Nataru. "Terakhir kami juga melakukan rapat Koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga," tambahnya.
Ke depan, sinergi TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Dengan berbagai upaya sinergi dan kolaborasi tersebut, inflasi Jakarta diharapkan dapat tetap terkendali dalam sasarannya, yaitu 2,5±1% pada tahun 2024.
(akr)