Venna Melinda, Pilih Tinggal di Apartemen Karena Keamanan dan Kenyaman

Sabtu, 08 Februari 2020 - 14:26 WIB
Venna Melinda, Pilih Tinggal di Apartemen Karena Keamanan dan Kenyaman
Venna Melinda, Pilih Tinggal di Apartemen Karena Keamanan dan Kenyaman
A A A
JAKARTA - Artis senior Venna Melinda memilih tinggal di apartemen karena faktor keamanan, setelah kembali hidup sendiri. Dia memilih sebuah apartemen boutique di kawasan Kemang dengan tingkat privasi tinggi. Keamanan berlapis membuatnya betah tinggal di apartemen ini.

“Saya perempuan sendiri. Saat itu anak-anak masih tinggal sama bapaknya. Pilih yang simpel dan aman untuk perawatan juga, karena di apartemen saya tidak harus ada pembantu. Semua bisa diurus sendiri ya apartemen,” jelasnya.

Dia menilai, rumah tapak saat ini masih kurang aman, walaupun sudah mempekerjakan satpam. Sebaliknya di apartemen, semuanya bak di hotel. Sebab, jika ada tamu harus seizin yang punya apartemen. Bahkan, tamu yang datang juga harus meninggalkan kartu identitas di resepsionis.

“Pintu otomatis dengan access card, parkir khusus saya juga ada, CCTV di setiap sudut sudah pasti. Saya pulang larut malam pun tidak khawatir karena penjagaan 24 jam. Ditambah kawasan sekitar juga yang tidak pernah sepi,” ungkap ibu tiga anak ini.

Properti di kawasan Kemang memang tidak perlu diragukan lagi fasilitasnya. Mulai kafe, restoran, mal, hingga rumah sakit, semua tersedia. Semuanya memudahkan penghuni untuk beraktivitas. Apalagi, sekarang mulai berkembang apartemen yang terintegrasi dengan transit oriented development (TOD), tentunya itu makin membuat nilai apartemen melesat.

Dia mengatakan, meski jarang menggunakan sarana transportasi umum, apartemen dekat dengan akses transportasi tentu akan menjadi pertimbangan Venna dalam memilih apartemen.

Dia mengakui, apartemennya ini di pinggir jalan yang banyak dilalui kendaraan dan transportasi umum sehingga lebih mudah untuk bepergian.

Hal lain yang membuatnya betah tinggal di apartemen adalah kemudahan untuk berolahraga. Venna tidak perlu pergi jauh ke tempat gym, dia biasanya hanya cukup turun ke lantai bawah. Apalagi, jalur jogging juga tersedia yang membuatnya tidak bosan untuk berolahraga.

Uniknya, berbeda dengan sang ibu, putra sulung Venna, Verrel Brasmata, malah tidak memilih apartemen sebagai tempat tinggalnya. Dia kini membangun rumahnya sendiri di kawasan Sentul, Bogor.

“Anak saya tinggal di apartemen hanya waktu bareng saya saja. Sekarang punya rumah sendiri, bagus juga untuk masa depannya. Mungkin nanti dia akan beli apartemen untuk investasi, bukan ditinggali,” ujar Venna.

Saat ini Venna masih nyaman untuk tinggal di apartemen ketimbang di rumah tapak meskipun biaya pengeluarannya jauh lebih tinggi. Dia menyebut, setiap bulan untuk pelayanan di apartemennya membutuhkan biaya hingga Rp7 juta.

Jika sedang rindu tinggal di rumah tapak, Putri Indonesia tahun ini pergi ke Bali, ke kampung halamannya. Di sana dia memiliki rumah seperti vila yang juga sangat nyaman. “Kalau pun beli rumah tapak di Jakarta, saya pasti pilih town house karena lebih sedikit rumahnya sehingga keamanan bisa lebih diperhatikan,” tambahnya.

Sementara pengamat properti James Taylor mengatakan, rumah tapak secara historis merupakan bentuk tempat tinggal yang disukai di Indonesia. Banyak generasi milenial masih bercita-cita untuk memiliki rumah tapak suatu hari nanti. Namun, konsep tinggal di apartemen perlahan-lahan malah semakin diterima.

“Harga tanah yang tinggi di Jakarta dan kota-kota lain membuat rumah tapak menjadi tidak terjangkau bagi beberapa pembeli sehingga memungkinkan pembeli atau pemilik yang berinvestasi dapat tinggal didaerah yang sebelumnya tidak terjangkau,” ujar Head of Research JLL Indonesia.

James mengatakan, dengan membaiknya jaringan transportasi di Jabodetabek, khususnya MRT dan LRT, memberikan peluang untuk mengembangkan TOD yang seharusnya menjadi pilihan yang terjangkau dan nyaman bagi generasi milenial. Bukan hanya di Jabodetabek, TOD dapat dibangun di kota besar mana pun dengan jaringan transportasi yang strategis.

“Karena akan ada kereta api berkecepatan tinggi di Bandung membuat beberapa pengembang mungkin melihat lebih jauh ke masa depan dan mengeksplorasi opsi yang berkaitan dengan ibu kota baru,” tambahnya.

James yakin, seiring dengan berkembangnya jaringan transportasi baru, akan lebih banyak TOD dikembangkan di Indonesia. (Ananda Nararya)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5862 seconds (0.1#10.140)