3 Negara BRICS yang Batalkan Rencana Mata Uang BRICS
loading...

Rencana pembentukan mata uang BRICS dipaksa melangkah mundur di tengah ancaman Trump yang akan mengenakan tarif 100%. Ini negara BRICS yang batalkan rencana mata uang bersama. Foto/Dok
A
A
A
JAKARTA - Rencana pembentukan mata uang BRICS sepertinya dipaksa melangkah mundur di tengah ancaman Presiden AS, Donald Trump yang akan mengenakan tarif 100% kepada kelompok yang mengganggu dominasi dolar AS . Blok BRICS yang beranggotakan negara-negara berkembang utama itu berniat mengganti dolar AS dengan mata uang lain atau mendukung alternatif selain dolar AS.
Namun selain ancaman Trump, adanya perbedaan pendapat antara anggota utama BRICS seperti India dan China menjadi hambatan dalam memajukan mata uang bersama. Pembentukan mata uang BRICS berawal dari momentum pada tahun 2022 setelah AS menjatuhkan sanksi terhadap Rusia menyusul perang di Ukraina dan meningkatnya ketegangan antara Barat dan China.
Namun aliansi negara-negara berkembang itu terlalu beragam untuk membuat mata uang bersama sebagai sebuah kemungkinan. Meski begitu beberapa negara BRICS telah meningkatkan upaya perdagangan dalam mata uang lokal mereka untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Keputusan menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump yang menantang dominasi dolar AS yang masih sangat kuat di pasar global. Beberapa pejabat pemerintah Brasil yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kepada Reuters bahwa rencana untuk mata uang bersama BRICS tidak berkembang lebih jauh dari sekadar wacana politik dan belum memasuki pembahasan teknis.
Sebagai gantinya, negara-negara anggota BRICS akan berkonsentrasi pada reformasi sistem pembayaran internasional untuk memudahkan transaksi menggunakan mata uang negara masing-masing. Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, yang selama ini vokal mendukung pengurangan ketergantungan pada dolar AS, menekankan perlunya mencari alternatif mata uang dalam perdagangan internasional.
India menegaskan sama sekali tidak mendukung dibentuknya mata uang bersama BRICS , yang sempat digadang-gadang bakal menjadi pesaing dolar Amerika Serikat (USD). Selain tak ingin dicap AS mendukung dedolarisasi, India juga beralasan tak ingin berbagi mata uang dengan rivalnya sesama pendiri BRICS, China.
Penolakan itu diungkapkan Menteri Perdagangan India Piyush Goyal yang menegaskan bahwa India tidak mendukung mata uang BRICS dalam bentuk apa pun. Ia juga menegaskan bahwa India tidak ingin berbagi mata uang yang sama dengan China.
Seperti diketahui, India dan China telah berselisih selama lebih dari lima dekade terkait sengketa perbatasan dan perang dagang. Menerima sikap China dinilai akan membuat pemerintahan Modi tampak lebih lemah dan menghambat prospek elektoralnya.
"Presiden (Vladimir) Putin belum berencana membuat sistem pembayaran apa pun untuk negara-negara (anggota) BRICS, seperti mata uang BRICS. Sebab, kita tahu bahwa ini tidak mudah," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, dalam acara konferensi pers rutin yang dihelat di kediamannya di Jakarta Selatan pada Senin (28/10).
Namun selain ancaman Trump, adanya perbedaan pendapat antara anggota utama BRICS seperti India dan China menjadi hambatan dalam memajukan mata uang bersama. Pembentukan mata uang BRICS berawal dari momentum pada tahun 2022 setelah AS menjatuhkan sanksi terhadap Rusia menyusul perang di Ukraina dan meningkatnya ketegangan antara Barat dan China.
Namun aliansi negara-negara berkembang itu terlalu beragam untuk membuat mata uang bersama sebagai sebuah kemungkinan. Meski begitu beberapa negara BRICS telah meningkatkan upaya perdagangan dalam mata uang lokal mereka untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
3 Negara BRICS yang Batalkan Rencana Mata Uang BRICS
1. Brasil
Brasil memutuskan untuk membatalkan rencana pengembangan mata uang bersama BRICS selama masa kepresidenannya di blok tersebut tahun ini. Alih-alih melanjutkan rencana tersebut, Brasil akan lebih memfokuskan memfasilitasi perdagangan antarnegara menggunakan mata uang lokal.Keputusan menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump yang menantang dominasi dolar AS yang masih sangat kuat di pasar global. Beberapa pejabat pemerintah Brasil yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kepada Reuters bahwa rencana untuk mata uang bersama BRICS tidak berkembang lebih jauh dari sekadar wacana politik dan belum memasuki pembahasan teknis.
Sebagai gantinya, negara-negara anggota BRICS akan berkonsentrasi pada reformasi sistem pembayaran internasional untuk memudahkan transaksi menggunakan mata uang negara masing-masing. Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, yang selama ini vokal mendukung pengurangan ketergantungan pada dolar AS, menekankan perlunya mencari alternatif mata uang dalam perdagangan internasional.
2. India
India tidak mendukung penciptaan mata uang bersama di antara negara yang tergabung dalam BRICS, namun India berusaha meningkatkan perdagangan dalam mata uang lokalnya.India menegaskan sama sekali tidak mendukung dibentuknya mata uang bersama BRICS , yang sempat digadang-gadang bakal menjadi pesaing dolar Amerika Serikat (USD). Selain tak ingin dicap AS mendukung dedolarisasi, India juga beralasan tak ingin berbagi mata uang dengan rivalnya sesama pendiri BRICS, China.
Penolakan itu diungkapkan Menteri Perdagangan India Piyush Goyal yang menegaskan bahwa India tidak mendukung mata uang BRICS dalam bentuk apa pun. Ia juga menegaskan bahwa India tidak ingin berbagi mata uang yang sama dengan China.
Seperti diketahui, India dan China telah berselisih selama lebih dari lima dekade terkait sengketa perbatasan dan perang dagang. Menerima sikap China dinilai akan membuat pemerintahan Modi tampak lebih lemah dan menghambat prospek elektoralnya.
3. Rusia
Sinyal putar balik rencana mata uang BRICS juga diungkapkan oleh Rusia, dimana Presiden Vladimir Putin belum berencana untuk membuat mata uang khusus bagi negara-negara anggota BRICS. Sebab, pembuatan mata uang BRICS membutuhkan proses panjang yang tidak mudah."Presiden (Vladimir) Putin belum berencana membuat sistem pembayaran apa pun untuk negara-negara (anggota) BRICS, seperti mata uang BRICS. Sebab, kita tahu bahwa ini tidak mudah," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, dalam acara konferensi pers rutin yang dihelat di kediamannya di Jakarta Selatan pada Senin (28/10).
Lihat Juga :