Petani Milenial Bali Cetak Omzet Ekspor Rp100 Miliar Lewat Marketplace

Kamis, 27 Februari 2020 - 00:16 WIB
Petani Milenial Bali Cetak Omzet Ekspor Rp100 Miliar Lewat Marketplace
Petani Milenial Bali Cetak Omzet Ekspor Rp100 Miliar Lewat Marketplace
A A A
DENPASAR - Berbagai upaya terus dilakukan untuk menggenjot nilai ekspor pertanian, salah satunya dengan mengembangkan marketplace berbasis aplikasi. Hal ini dilakukan oleh para petani milenial di Bali, dimana mampu mencetak omzet ekspor mencapai hampir sebesar Rp100 Miliar.

"Sekarang kita bertani menggunakan aplikasi namanya Farmer App, untuk menjualnya kami menggunakan BOS Fresh Retail, dan untuk pendanaan kami ada namanya nabung tani untuk membantu petani yang tidak punya biaya," ujar Ketua Komunitas Petani Muda Keren (PMK) Agung Weda, di Denpasar Bali, Rabu (26/2).

Melalui Bali Organik Subak (BOS), kata Agung pihaknya sudah mengekspor manggis dari tahun 2018 dan menjadi yang terbesar di Bali untuk volume, bahkan nilai ekspornya hampir menyentuh angka Rp100 miliar. "Nilai ekspor manggis tahun lalu hampir Rp100 miliar dengan volume 850 ton. Untuk komoditas lain yang sudah kita ekspor ada sawo, alpukat, dan mangga. Untuk mangga kita sudah ekspor ke Singapura," terang Agung yang juga pemiliki Owner Bos.

Menurut Agung, tahun ini Ia sudah memiliki 1.500 ton mangga yang siap ekspor dan ada 300 ton yang sudah akan dikirim untuk ke Vietnam. Selain mangga, ada rambutan yang lebih dulu dieskpor ke Timur Tengah.

"Kita juga sedang mengembangkan alpukat khas, alpukat aligator, ada varian mentega. Untuk alpukat sendiri kita sudah kirim ke Kamboja. Di pasar lokal pun peminatnya juga banyak sekali," ucapnya.

Di tempat yang sama, Direktur Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) Sukam Pawardi mengatakan, saat ini pertanian Indonesia sudah memiliki sistem canggih dengan kehadiran Agriculture War Room (AWR) dan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) yang bisa berjalan beriringan dengan BOS. Ia menilai, AWR dan Kostratani akan berhasil dan diakui perannya oleh masyarakat jika mengetahui apa yang harus diperbuat oleh petani sesuai permintaan pasar.

"BOS ini kan perusahaan swasta dan tidak mungkin berkebun sendiri, harus dikoneksikan dengan petani-petani yang diedukasi oleh kawan-kawan dari Kostratani. Sehingga kawan penyuluh di Kostratani harus akrab dengan BOS," katanya.

"BOS ini sebuah perusahaan yang dikelola anak muda berbasis IT dan dia paham sekali dengan pasar. Inilah yang harus dipahami oleh setiap pengusaha baik muda atau apapun lainnya, sehingga ia bisa menyiapkan produk sesuai dengan kemauan pasar," pungkasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3508 seconds (0.1#10.140)