Keterbelakangan Teknologi, Petani Hadapi Krisis PR
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keterbelakangan teknologi dan krisis finansial yang dihadapi para petani memicu terjadinya krisis komunikasi di sektor pertanian . Krisis finansial terjadi masalah pada likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas. Sedangkan krisis komunikasi (public relation/PR) terjadi apabila strategi komunikasi yang dilakukan tidak tepat dan tidak ada tanggapan terhadap isu yang berpotensi menjadi krisis.
Demikian kesimpulan dari webinar PR Crisis dalam Pertanian Goes to MBKM PUSAKA yang diselenggarakan Tani Center IPB University, Sabtu (18/12/2021). Program ini diikuti oleh 5 perguruan tinggi, yakni IPB University, Universitas Wiralodra, Universitas Mahasaraswati, Universitas Bojonegoro, dan Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Flores Bajawa.
Webinar ini disampaikan berdasarkan buku PR Crisis yang telah ditulis oleh tiga pemantik webinar. Firsan Nova, Dian Agustine Nuriman dan M. Akbar. Dengan harapan dapat memberikan pemahaman pada peserta mengenai krisis komunikasi yang terjadi di pertanian.
(Baca juga:Resmikan Embung di Jateng, Jokowi: Produktivitas Pertanian Diharapkan Meningkat)
“Krisis finansial dan krisis PR merupakan tantangan yang akan dihadapi juga pada bidang pertanian,” kata Firsan, selaku CEO Nexus Risk Mitigation & Strategic Communication.
Menurut Firsan, persepsi adalah realita. Sehingga apapun yang disuguhkan oleh media adalah fakta sampai perusahaan membangun narasi untuk menjawabnya.
Kini petani banyak yang memiliki keterbelakangan untuk mengadopsi teknologi, sehingga perlu dilakukan strategi komunikasi yang matang dalam mempersiapkan penggunaan teknologi.
“Dalam krisis sangat penting untuk melakukan analisis situasi, termasuk petani” ucap Dian, Founder of NAGARU Communication.
(Baca juga:Petani Milenial Belitung Kembangkan Pertanian Terintegrasi untuk Edukasi dan Pariwisata)
Salah satu penulis buku PR Crisis ini menegaskan bahwa melalui analisis situasi ini, petani dapat memahami produk, marketnya, strategi komunikasinya sehingga masyarakat dapat menerima dengan baik. Hal itu berhubungan dengan pembentukan reputasi produk.
Demikian kesimpulan dari webinar PR Crisis dalam Pertanian Goes to MBKM PUSAKA yang diselenggarakan Tani Center IPB University, Sabtu (18/12/2021). Program ini diikuti oleh 5 perguruan tinggi, yakni IPB University, Universitas Wiralodra, Universitas Mahasaraswati, Universitas Bojonegoro, dan Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Flores Bajawa.
Webinar ini disampaikan berdasarkan buku PR Crisis yang telah ditulis oleh tiga pemantik webinar. Firsan Nova, Dian Agustine Nuriman dan M. Akbar. Dengan harapan dapat memberikan pemahaman pada peserta mengenai krisis komunikasi yang terjadi di pertanian.
(Baca juga:Resmikan Embung di Jateng, Jokowi: Produktivitas Pertanian Diharapkan Meningkat)
“Krisis finansial dan krisis PR merupakan tantangan yang akan dihadapi juga pada bidang pertanian,” kata Firsan, selaku CEO Nexus Risk Mitigation & Strategic Communication.
Menurut Firsan, persepsi adalah realita. Sehingga apapun yang disuguhkan oleh media adalah fakta sampai perusahaan membangun narasi untuk menjawabnya.
Kini petani banyak yang memiliki keterbelakangan untuk mengadopsi teknologi, sehingga perlu dilakukan strategi komunikasi yang matang dalam mempersiapkan penggunaan teknologi.
“Dalam krisis sangat penting untuk melakukan analisis situasi, termasuk petani” ucap Dian, Founder of NAGARU Communication.
(Baca juga:Petani Milenial Belitung Kembangkan Pertanian Terintegrasi untuk Edukasi dan Pariwisata)
Salah satu penulis buku PR Crisis ini menegaskan bahwa melalui analisis situasi ini, petani dapat memahami produk, marketnya, strategi komunikasinya sehingga masyarakat dapat menerima dengan baik. Hal itu berhubungan dengan pembentukan reputasi produk.