Awas, Virus Corona Bisa Bikin Krisis Ekonomi Global
A
A
A
JAKARTA - Dampak wabah virus corona (Covid-19) yang terus menyebar ke tiga benua, tidak hanya melemahkan pasar keuangan Indonesia tetapi juga secara global. Ekonom Indef Bhima Yudisthira menilai, pelemahan rupiah akan terus berlanjut seiring merebaknya virus corona menambah resiko ketidakpastian global.
(Baca Juga: USD5 Triliun Tinggalkan Bursa Global Saat Virus Corona Menyebar di Tiga Benua)
Hal ini dikarenakan dengan jumlah korban virus corona telah sampai ke Iran, dan menyebabkan Arab Saudi menerapkan pelarangan sementara umrah. Menurut Bhima, bukan tidak mungkin wabah virus corona yang berkepanjangan bisa menciptakan resesi.
"Artinya secara global virus corona bisa menciptakan krisis ekonomi dunia," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Sabtu (29/2/2020).
(Baca Juga: Dampak Virus Corona Membayangi Perekonomian Nasional)
Lebih lanjut terang dia, investor sebelumnya telah dibuat khawatie oleh perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang belum usai, kemudian ditambah Timur Tengah, dan pemilu AS pada bulan november mendatang. Apalagi saat ini Yen jepang juga kembali jadi buruan investor.
Tercatat Yen Jepang mengalami penguatan hingga 2.55% terhadap dolar AS dalam sebulan terakhir. Namun kini virus corona menambah kecemasan investor yang membuat panik, hingga membuat dana sebesar USD5 triliun meninggalkan bursa global.
"Diperkirakan kondisi keluarnya dana asing dari bursa saham Indonesia berlanjut hingga virus corona reda, kemungkinan bisa 9 bulan ke depan," katanya.
(Baca Juga: Investor Panik Wabah Covid-19, Ekonom: Hanya Bersifat Temporer)
Dia menambahkan, hal ini juga tergantung pada respon pemerintah dalam mengantisipasi dampak ekonomi corona. "Untuk mengantisipasi memburuknya keadaan, investor terus masuk ke safe haven atau aset yang aman seperti emas dan surat utang pemerintah," paparnya.
Sebelumnya reaksi sebagian besar pelaku pasar terhadap pemberitaan wabah virus corona (Covid-19) yang terus menyebar, menurut Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto cenderung reaktif. Sehingga mereka mengambil sikap cari aman (flight to quality) utamanya memindahkan portofolionya ke dolar Amerika Serikat (AS) dan emas.
(Baca Juga: USD5 Triliun Tinggalkan Bursa Global Saat Virus Corona Menyebar di Tiga Benua)
Hal ini dikarenakan dengan jumlah korban virus corona telah sampai ke Iran, dan menyebabkan Arab Saudi menerapkan pelarangan sementara umrah. Menurut Bhima, bukan tidak mungkin wabah virus corona yang berkepanjangan bisa menciptakan resesi.
"Artinya secara global virus corona bisa menciptakan krisis ekonomi dunia," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Sabtu (29/2/2020).
(Baca Juga: Dampak Virus Corona Membayangi Perekonomian Nasional)
Lebih lanjut terang dia, investor sebelumnya telah dibuat khawatie oleh perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang belum usai, kemudian ditambah Timur Tengah, dan pemilu AS pada bulan november mendatang. Apalagi saat ini Yen jepang juga kembali jadi buruan investor.
Tercatat Yen Jepang mengalami penguatan hingga 2.55% terhadap dolar AS dalam sebulan terakhir. Namun kini virus corona menambah kecemasan investor yang membuat panik, hingga membuat dana sebesar USD5 triliun meninggalkan bursa global.
"Diperkirakan kondisi keluarnya dana asing dari bursa saham Indonesia berlanjut hingga virus corona reda, kemungkinan bisa 9 bulan ke depan," katanya.
(Baca Juga: Investor Panik Wabah Covid-19, Ekonom: Hanya Bersifat Temporer)
Dia menambahkan, hal ini juga tergantung pada respon pemerintah dalam mengantisipasi dampak ekonomi corona. "Untuk mengantisipasi memburuknya keadaan, investor terus masuk ke safe haven atau aset yang aman seperti emas dan surat utang pemerintah," paparnya.
Sebelumnya reaksi sebagian besar pelaku pasar terhadap pemberitaan wabah virus corona (Covid-19) yang terus menyebar, menurut Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto cenderung reaktif. Sehingga mereka mengambil sikap cari aman (flight to quality) utamanya memindahkan portofolionya ke dolar Amerika Serikat (AS) dan emas.
(akr)