Redam Dampak Virus Corona ke Ekonomi AS, The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Bps
A
A
A
WASHINGTON - The Fed alias Bank Sentral Amerika Serikat (AS) telah memangkas suku bunga acuan, sebagai respons terhadap meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari wabah virus corona (Covid-19) yang terus menyebar dengan cepat. Federal Reserve menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin ke kisaran 1% sampai 1,25%.
Langkah darurat ini terjadi setelah kelompok Menteri Keuangan G7 melakukan tindakan awal pada hari Selasa. Kebijakan ini mengikuti peringatan bahwa perlambatan ekonomi yang berasal dari wabah corona bisa berujung menjadi resesi ekonomi.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan, perekonomian AS tetap kuat tetapi sulit untuk memprediksi "besarnya dan persistensi" efek dari virus corona yang terus menyebar. "Virus dan tindakan yang sedang diambil untuk mengantisipasi pasti akan menimbang aktivitas ekonomi untuk beberapa waktu, baik di sini dan di luar negeri," katanya pada konferensi pers di Washington.
"Saya pikir kami tidak memiliki semua jawaban. Tapi kami percaya bahwa tindakan kami akan memberikan dorongan bermakna untuk perekonomian," ujar Jerome Powell.
Terakhir kali bank melakukan pemotongan suku bunga pada pertemuan darurat selama krisis keuangan global 2008. Keputusan bulat merupakan "perputaran dramatis dari minggu lalu", ketika banyak pejabat Fed tampak yakin bahwa tingkat suku bunga berada pada level terendah dalam sejarah sehingga tidak perlu ada kebijakan lanjutan suku bunga rendah.
Hal itu disampaikan oleh Paul Ashworth selaku kepala ekonom AS di Capital Economics. "Dengan pasar keuangan dalam kekacauan dan bukti yang ada memperlihatkan bahwa virus corona berkembang menjadi pandemi, perubahan arah Fed sepenuhnya bisa dimengerti," katanya.
Powell mengatakan Bank percaya tingkat pemotongan suku bunga akan membantu memperkuat kepercayaan konsumen dan bisnis, dan menyimpan uang yang mengalir. Sementara banyak analis dalam beberapa hari terakhir mengatakan mereka berharap Fed segera bertindak.
Langkah darurat ini terjadi setelah kelompok Menteri Keuangan G7 melakukan tindakan awal pada hari Selasa. Kebijakan ini mengikuti peringatan bahwa perlambatan ekonomi yang berasal dari wabah corona bisa berujung menjadi resesi ekonomi.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan, perekonomian AS tetap kuat tetapi sulit untuk memprediksi "besarnya dan persistensi" efek dari virus corona yang terus menyebar. "Virus dan tindakan yang sedang diambil untuk mengantisipasi pasti akan menimbang aktivitas ekonomi untuk beberapa waktu, baik di sini dan di luar negeri," katanya pada konferensi pers di Washington.
"Saya pikir kami tidak memiliki semua jawaban. Tapi kami percaya bahwa tindakan kami akan memberikan dorongan bermakna untuk perekonomian," ujar Jerome Powell.
Terakhir kali bank melakukan pemotongan suku bunga pada pertemuan darurat selama krisis keuangan global 2008. Keputusan bulat merupakan "perputaran dramatis dari minggu lalu", ketika banyak pejabat Fed tampak yakin bahwa tingkat suku bunga berada pada level terendah dalam sejarah sehingga tidak perlu ada kebijakan lanjutan suku bunga rendah.
Hal itu disampaikan oleh Paul Ashworth selaku kepala ekonom AS di Capital Economics. "Dengan pasar keuangan dalam kekacauan dan bukti yang ada memperlihatkan bahwa virus corona berkembang menjadi pandemi, perubahan arah Fed sepenuhnya bisa dimengerti," katanya.
Powell mengatakan Bank percaya tingkat pemotongan suku bunga akan membantu memperkuat kepercayaan konsumen dan bisnis, dan menyimpan uang yang mengalir. Sementara banyak analis dalam beberapa hari terakhir mengatakan mereka berharap Fed segera bertindak.
(akr)