Aduh, Rupiah Mengalami Panas Tinggi ke Rp14.932
A
A
A
JAKARTA - Pandemi virus corona terus menginfeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Dalam penutupan dagang Senin (16/3/2020), rupiah di pasar spot, mengalami panas tinggi 155 poin atau 1,05% ke posisi Rp14.932 per USD.
Pembukaan dagang, rupiah sempat rebound atau berbalik menguat 72 poin ke level Rp14.705 per USD, dibanding penutupan Jumat akhir pekan lalu di Rp14.705 per USD. Senin ini, di indeks Bloomberg, rupiah bergerak di level Rp14.705-Rp14.968 per USD.
Senada, data Yahoo Finance pada Senin petang ini mencatat rupiah mengalami demam hingga 105 poin atau 0,71% ke posisi Rp14.915 per USD, dibanding penutupan Jumat pekan lalu di Rp14.810 per USD.
Rupiah bersama mata uang Asia lainnya pun babak belur pada Senin ini. Pelemahan terbesar terjadi pada baht Thailand sebanyak 1,38%, disusul peso Filipina yang anjlok 1,20%, lalu rupiah melemah 1,05%, ringgit Malaysia turun 0,70%, rupee India melemah 0,53%, dan dolar Singapura tidak berdaya 0,48%.
Pandemi corona, dimana di Indonesia telah mencapai 117 kasus dengan 5 orang meninggal dunia, utang luar negeri yang terus menumpuk hingga USD410,8 miliar atau setara Rp6.079 triliun (kurs Rp14.800 per USD) semakin menambah sentimen negatif bagi rupiah.
Hal ini ditambah langkah bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang memangkas suku bunga hingga 0%-0,25%, yang sinyalir membuat investor akan menarik dana dari aset berisiko. Para investor pun akan melarikannya ke instrumen aman seperti surat utang pemerintah AS. Ini semakin menekan nilai tukar rupiah.
Melansir dari CNBC, indeks USD yang melacak kinerja greenback terhadap enam mata uang utama, berada di level 98,216, setelah pada pekan lalu menguat di level 96.
Pembukaan dagang, rupiah sempat rebound atau berbalik menguat 72 poin ke level Rp14.705 per USD, dibanding penutupan Jumat akhir pekan lalu di Rp14.705 per USD. Senin ini, di indeks Bloomberg, rupiah bergerak di level Rp14.705-Rp14.968 per USD.
Senada, data Yahoo Finance pada Senin petang ini mencatat rupiah mengalami demam hingga 105 poin atau 0,71% ke posisi Rp14.915 per USD, dibanding penutupan Jumat pekan lalu di Rp14.810 per USD.
Rupiah bersama mata uang Asia lainnya pun babak belur pada Senin ini. Pelemahan terbesar terjadi pada baht Thailand sebanyak 1,38%, disusul peso Filipina yang anjlok 1,20%, lalu rupiah melemah 1,05%, ringgit Malaysia turun 0,70%, rupee India melemah 0,53%, dan dolar Singapura tidak berdaya 0,48%.
Pandemi corona, dimana di Indonesia telah mencapai 117 kasus dengan 5 orang meninggal dunia, utang luar negeri yang terus menumpuk hingga USD410,8 miliar atau setara Rp6.079 triliun (kurs Rp14.800 per USD) semakin menambah sentimen negatif bagi rupiah.
Hal ini ditambah langkah bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang memangkas suku bunga hingga 0%-0,25%, yang sinyalir membuat investor akan menarik dana dari aset berisiko. Para investor pun akan melarikannya ke instrumen aman seperti surat utang pemerintah AS. Ini semakin menekan nilai tukar rupiah.
Melansir dari CNBC, indeks USD yang melacak kinerja greenback terhadap enam mata uang utama, berada di level 98,216, setelah pada pekan lalu menguat di level 96.
(ven)