Pembelian Apartemen oleh Konsumen Milenial Terus Meningkat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keinginan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk terus mendorong pembangunan hunian vertikal di kawasan perkotaan, terutama untuk generasi milenial mendapat respon positif dari pelaku pasar. Pelaku usaha properti pun terus berupaya menyesuaikan selera hunian dari kalangan milenial. Tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga menyuguhkan konsep yang menarik dan layanan pengelolaan yang baik.
Direktur Operasional Inner City Management (ICM) Krisdiarto Adi Pranoto mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, tren kaum milenial tinggal di apartemen terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari tren pertumbuhan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) perbankan oleh generasi milenial (usia 26-35 tahun) terus menunjukkan angka positif, terutama periode 2014 - 2017. (Baca: 7 Daerah Ini Masih Berlakukan PSBB)
Saat ini saja, dari 45 site apartemen yang dikelola ICM, sekitar 70% dihuni generasi milenial. “Itu keseluruhan, baik yang dibeli sendiri oleh milenial, maupun milik orang tuanya yang ia huni,” kata Krisdiarto.
Di luar itu, lanjut Kris, ada juga generasi milenial yang hanya sebagai penyewa. Milenial seperti ini umumnya punya mobilitas yang tinggi untuk jangka waktu tertentu, sehingga mengharuskan dia tinggal sementara di suatu lokasi. “Ada juga yang ingin membeli, namun ketersediaan unit di lokasi tersebut sedang tidak ada, sehingga dia memilih sewa. Jadi banyak faktor kaum milenial memilih tinggal di apartemen,” jelas Krisdiarto.
Oleh karenanya, dukungan pemerintah untuk mendorong kaum milenial tinggal di apartemen, terutama di kota-kota besar sangat positif. Hal itu untuk menyiasati keterbatasan lahan dan harga yang sesuai kemampuannya.
“Milenial ini usia produktif, aktivitas atau mobilitas yang mereka lakukan itu dapat mendorong roda perekonomian. Sehingga ada dampak positifnya terhadap produktivitas negara ini,” katanya. (Baca juga: Baru Disuntik Vaksin Buatan China, Pulang dari Semarang Relawan Ini Positif Corona)
Menurut Krisdiarto, ICM sebagai perusahaan konsultan pengelolaan properti, pihaknya turut berupaya meningkatkan layanan agar penghuni apartemen dari kaum milenial merasa nyaman. Sebagai konsultan pengelola, ICM tidak hanya dituntut profesional dalam mengelola fisik gedung, tetapi juga harus pandai mengelola dinamika sosial para penghuninya.
“Untuk itu kami mendukung serta memfasilitasi penghuni dalam melakukan hobi atau kesenangan lainnya secara bersama-sama hingga membentuk berbagai komunitas di lingkungan apartemen-apartemen yang dikelola,” ujar Krisdiarto. (Lihat videonya: Tawuran Remaja Sambil Berenang Kembali Terjadi di Jakarta Utara)
Manager Community Care ICM Rusli Usman menambahkan, saat ini ada banyak komunitas yang sudah terbentuk. Mulai dari komunitas di bidang musik, komunitas berbasis kesehatan seperti basket, pilates, zumba, hingga komunitas kan hobi kuliner. “Ada juga komunitas yang berbasiskan untuk meningkatkan kemampuan atau skill penghuni, seperti komunitas Bahasa Inggris,” kata Rusli.
Komunitas-komunitas ini, lanjut Rusli, disediakan secara gratis oleh pengelola sebagai bagian dari layanan kepada penghuni. “Fasilitas yang kami sediakan ini juga untuk menghemat waktu serta biaya apabila penghuni ikut komunitas fitnes/senam di luar lingkungan apartemen. Di sini para anggota tidak perlu mengeluarkan biaya tapi bisa mempererat hubungan sebagai satu keluarga serta menambah wawasan pengetahuan dari penghuni lainnya,” terangnya. (Sudarsono)
Direktur Operasional Inner City Management (ICM) Krisdiarto Adi Pranoto mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, tren kaum milenial tinggal di apartemen terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari tren pertumbuhan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) perbankan oleh generasi milenial (usia 26-35 tahun) terus menunjukkan angka positif, terutama periode 2014 - 2017. (Baca: 7 Daerah Ini Masih Berlakukan PSBB)
Saat ini saja, dari 45 site apartemen yang dikelola ICM, sekitar 70% dihuni generasi milenial. “Itu keseluruhan, baik yang dibeli sendiri oleh milenial, maupun milik orang tuanya yang ia huni,” kata Krisdiarto.
Di luar itu, lanjut Kris, ada juga generasi milenial yang hanya sebagai penyewa. Milenial seperti ini umumnya punya mobilitas yang tinggi untuk jangka waktu tertentu, sehingga mengharuskan dia tinggal sementara di suatu lokasi. “Ada juga yang ingin membeli, namun ketersediaan unit di lokasi tersebut sedang tidak ada, sehingga dia memilih sewa. Jadi banyak faktor kaum milenial memilih tinggal di apartemen,” jelas Krisdiarto.
Oleh karenanya, dukungan pemerintah untuk mendorong kaum milenial tinggal di apartemen, terutama di kota-kota besar sangat positif. Hal itu untuk menyiasati keterbatasan lahan dan harga yang sesuai kemampuannya.
“Milenial ini usia produktif, aktivitas atau mobilitas yang mereka lakukan itu dapat mendorong roda perekonomian. Sehingga ada dampak positifnya terhadap produktivitas negara ini,” katanya. (Baca juga: Baru Disuntik Vaksin Buatan China, Pulang dari Semarang Relawan Ini Positif Corona)
Menurut Krisdiarto, ICM sebagai perusahaan konsultan pengelolaan properti, pihaknya turut berupaya meningkatkan layanan agar penghuni apartemen dari kaum milenial merasa nyaman. Sebagai konsultan pengelola, ICM tidak hanya dituntut profesional dalam mengelola fisik gedung, tetapi juga harus pandai mengelola dinamika sosial para penghuninya.
“Untuk itu kami mendukung serta memfasilitasi penghuni dalam melakukan hobi atau kesenangan lainnya secara bersama-sama hingga membentuk berbagai komunitas di lingkungan apartemen-apartemen yang dikelola,” ujar Krisdiarto. (Lihat videonya: Tawuran Remaja Sambil Berenang Kembali Terjadi di Jakarta Utara)
Manager Community Care ICM Rusli Usman menambahkan, saat ini ada banyak komunitas yang sudah terbentuk. Mulai dari komunitas di bidang musik, komunitas berbasis kesehatan seperti basket, pilates, zumba, hingga komunitas kan hobi kuliner. “Ada juga komunitas yang berbasiskan untuk meningkatkan kemampuan atau skill penghuni, seperti komunitas Bahasa Inggris,” kata Rusli.
Komunitas-komunitas ini, lanjut Rusli, disediakan secara gratis oleh pengelola sebagai bagian dari layanan kepada penghuni. “Fasilitas yang kami sediakan ini juga untuk menghemat waktu serta biaya apabila penghuni ikut komunitas fitnes/senam di luar lingkungan apartemen. Di sini para anggota tidak perlu mengeluarkan biaya tapi bisa mempererat hubungan sebagai satu keluarga serta menambah wawasan pengetahuan dari penghuni lainnya,” terangnya. (Sudarsono)
(ysw)