Bisnis Perempuan Rambah Kuliner hingga Konveksi

Sabtu, 12 September 2020 - 10:02 WIB
loading...
A A A
"Mungkin ada sekitar 20% yang suka batik dengan warna klasik seperti cokelat, hitam, dan perpaduan warna lain," jelasnya. (Baca juga: Bela yunani, Uni Eropa Siap Keroyok Turki dengan Sanksi)

Ethys berani memulai usahanya, meski belum melihat keuntungan dari apa yang akan dilakukannya. Dengan gebrakan pemakaian warna berbeda, dia sempat ditentang pihak Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Namun, dia tetap pada idealismenya.

Bukan hanya soal warna, segenap perasaannya pun tertuang dalam setiap gambaran motif batik Gobang yang tidak dimiliki batik Jakarta lainnya. Dia menelaah lebih dalam lagi dan bukan hanya ciri khas Jakarta berupa ondel-ondel, tapi hal rinci seperti gigi balang, kembang manggar, kulit salak, hingga batu tumpuk.

"Tumpukan batu di Kota Jakarta rentan dengan banjir. Itu yang kemudian jadi inspirasi saya dalam membuat batik. Saya angkat jadi motif dasar batik Gobang saya," jelasnya.

Menulis batik dengan ideliasme sendiri diharapkan bisa membuat masyarakat Indonesia ataupun mancanegara lebih melek dengan karya batik, sebuah kain dengan citra rasa seni yang kental. Ethys juga ingin perempuan Indonesia yang ingin menjadi entrepreneur dapat membuat pasar sendiri dan tidak hanya mengikuti pasar yang sudah ada sehingga akan menjadi sebuah karya orisinalitas yang akan terus dicari masyarakat. (Baca juga: Virus Corona Intai Pembalap Tour de France 2020)

Bisnis para perempuan juga erat kaitannya dengan apa yang mereka suka. Perempuan suka keindahan, bunga-bunga bermekaran ditambah ruangan yang didekorasi bunga. Azalia Amadea pun akhirnya menjadikan bunga-bunga favoritnya sebagai lahan mencari rezeki tambahan disamping menjadi jurnalis media online. Bunga-bunga cantik dirangkai menjadi buket bunga untuk pengantin ataupun yang biasa dipesan sebagai hadiah saat wisuda.

Perempuan yang akrab disapa Dea ini bersama rekannya memulai usaha dengan modal Rp400-500.000 pada 2016. Hingga kini mereka terus belajar untuk terus mengembangkan Florist. Sebab, usaha florist ini hanya ada saat orang butuh atau saat sedang ada momen. Maka, kini dirinya paham untuk selalu mengadakan promo saat hari besar. Hal tersebut juga menjadi tantangan bahwa dia harus sabar dan terus melakukan promosi.

Dea tidak lupa untuk selalu mencari inspirasi dalam merangkai bunga-bunga dari florist lainnya. "Enaknya usaha florist tuh kami enggak ada persaingan, justru kita saling menguatkan dengan belajar satu sama lain. Jadi, sering-sering ngobrol dan bertanya kepada pengusaha florist lain yang sudah sukses, meski hanya melalui media sosial," ungkapnya.

Menurut Dea, perempuan maupun laki-laki bisa saja menjadi florist. Namun menurut dia, biasanya klien itu perempuan sehingga lebih cocok jika florist itu seorang perempuan. Terpenting harus suka dengan bunga, tanaman, dan kemudian dapat mempelajari jenis-jenis bunga.

"Sambil belajar sambil usahanya jalan juga. Karena banyak sekali jenis bunga, mulai yang lokal sampai yang impor seperti apa, juga karakteristiknya," tambah Dea. (Baca juga: Kisah Mengharukan Ayah dan Anak Berebut Jihad di Perang Badar)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1542 seconds (0.1#10.140)