Bisnis Perempuan Rambah Kuliner hingga Konveksi
loading...
A
A
A
Memadupadankan warna-warna bunga juga harus terus dilatih agar rangkaian yang dibuat semakin cantik. Ketika memutuskan menjadi florist juga harus segera menentukan gaya.
"Ada yang dried flower atau bunga kering, lalu buket bunga Korean style. Ada juga yang memilih fokus ke bunga vas atau untuk dekorasi saja. Rajin ikutan workshop merangkai bunga supaya lebih punya banyak ilmu. Semua profesi memiliki ilmu dan kita harus terus belajar," pungkasnya.
Menjadi florist membuat Dea semakin paham menjadi seorang entrepreneur. Tidak goyah dan pesimistis saat tidak ada pesanan dan melakukan yang terbaik saat ada pesanan pada momen tertentu.
"Buat promo atau bikin edisi rangkaian bunga khusus yang menarik perhatian orang. Apalagi kalau lagi wisuda itu momen besar untuk terima pesanan bunga sebanyak-banyaknya," tambahnya. (Baca juga: Bantuan Paket Kuota Minggu Depan Dikirim)
Pelaku usaha kecil juga tidak harus memproduksi sendiri. Bisa jadi hanya sebatas ide untuk dibuat orang lain. Seperti Yulis Lisnawati pemilik Rumah Attaqy yang menyediakan kebutuhan pakaian muslimah dan anak. Mengetahui apa yang dibutuhkan seorang muslimah untuk aktivitas sehari-harinya, Yulis memproduksi kerudung seperti yang biasa dia gunakan.
"Saya tahu bahan yang nyaman dan apa yang sedang tren, saya belanja kain sendiri lalu ke penjahit untuk dibuatkan. Kerudung velvet dan monokrom yang saya produksi tembus terjual 1.000 dalam satu bulan," cerita Yulis saat 2015 masih dengan brand awal Hijab Attaqy.
Tidak hanya kerudung, Yulis juga paham yang dibutuhkan muslimah, yakni manset tangan. Berdasarkan manset yang dimilikinya, dia pun meminta penjahitnya untuk membuat manset dengan berbagi warna. Manset ini pun luar biasa dalam 6 bulan sebanyak 10.000 manset diproduksi dan habis terjual.
Impiannya ingin dapat memproduksi semua kebutuhan muslimah, namun keterbatasan modal membuatnya hanya mampu menjadi agen berbagai brand baju muslimah dewasa dan anak-anak yang dipasarkan melalui online. Meskipun begitu, kini Yulis memiliki 6 admin online yang tersebar hingga Pulau Kalimantan dengan hampir 300 lebih reseller di seluruh Indonesia. (Lihat videonya: Razia Masker, Banyak Pengendara Motor Nekat Kabur)
Mereka hanya mengandalkan gawai dan kuota untuk berjualan online. Mayoritas mereka adalah ibu rumah tangga yang ingin mencari uang tambahan. Yulis juga merupakan seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak yang ingin tetap berdaya.
Dia pun kerap berbagi ilmu berjualan online di media sosial dengan para reseller-nya. Impian besarnya mungkin belum terwujud, namun kini Yulis sudah menjadi perpanjangan tangan dalam mencari rezeki bagi ibu rumah tangga lainnya. (Ananda Nararya)
"Ada yang dried flower atau bunga kering, lalu buket bunga Korean style. Ada juga yang memilih fokus ke bunga vas atau untuk dekorasi saja. Rajin ikutan workshop merangkai bunga supaya lebih punya banyak ilmu. Semua profesi memiliki ilmu dan kita harus terus belajar," pungkasnya.
Menjadi florist membuat Dea semakin paham menjadi seorang entrepreneur. Tidak goyah dan pesimistis saat tidak ada pesanan dan melakukan yang terbaik saat ada pesanan pada momen tertentu.
"Buat promo atau bikin edisi rangkaian bunga khusus yang menarik perhatian orang. Apalagi kalau lagi wisuda itu momen besar untuk terima pesanan bunga sebanyak-banyaknya," tambahnya. (Baca juga: Bantuan Paket Kuota Minggu Depan Dikirim)
Pelaku usaha kecil juga tidak harus memproduksi sendiri. Bisa jadi hanya sebatas ide untuk dibuat orang lain. Seperti Yulis Lisnawati pemilik Rumah Attaqy yang menyediakan kebutuhan pakaian muslimah dan anak. Mengetahui apa yang dibutuhkan seorang muslimah untuk aktivitas sehari-harinya, Yulis memproduksi kerudung seperti yang biasa dia gunakan.
"Saya tahu bahan yang nyaman dan apa yang sedang tren, saya belanja kain sendiri lalu ke penjahit untuk dibuatkan. Kerudung velvet dan monokrom yang saya produksi tembus terjual 1.000 dalam satu bulan," cerita Yulis saat 2015 masih dengan brand awal Hijab Attaqy.
Tidak hanya kerudung, Yulis juga paham yang dibutuhkan muslimah, yakni manset tangan. Berdasarkan manset yang dimilikinya, dia pun meminta penjahitnya untuk membuat manset dengan berbagi warna. Manset ini pun luar biasa dalam 6 bulan sebanyak 10.000 manset diproduksi dan habis terjual.
Impiannya ingin dapat memproduksi semua kebutuhan muslimah, namun keterbatasan modal membuatnya hanya mampu menjadi agen berbagai brand baju muslimah dewasa dan anak-anak yang dipasarkan melalui online. Meskipun begitu, kini Yulis memiliki 6 admin online yang tersebar hingga Pulau Kalimantan dengan hampir 300 lebih reseller di seluruh Indonesia. (Lihat videonya: Razia Masker, Banyak Pengendara Motor Nekat Kabur)
Mereka hanya mengandalkan gawai dan kuota untuk berjualan online. Mayoritas mereka adalah ibu rumah tangga yang ingin mencari uang tambahan. Yulis juga merupakan seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak yang ingin tetap berdaya.
Dia pun kerap berbagi ilmu berjualan online di media sosial dengan para reseller-nya. Impian besarnya mungkin belum terwujud, namun kini Yulis sudah menjadi perpanjangan tangan dalam mencari rezeki bagi ibu rumah tangga lainnya. (Ananda Nararya)