Listrik PLN Tingkatkan Produktivitas Tambak Udang Bumi Dipasena
loading...
A
A
A
LAMPUNG - Listrik mendorong pertumbuhan ekonomi. Inilah yang mulai dirasakan petambak udang di Bumi Dipasena, Lampung, yang pernah menjadi tambak udang terbesar di Asia Tenggara dan lumbung udang nasional. Sejak mendapatkan aliran listrik dari PLN pada bulan Maret lalu, petambak udang di Dipasena mulai bangkit dan merasakan panen.
Salah satu anggota Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah (P3UW) Lampung, Wagiran menuturkan bahwa, ini merupakan panen tambak perdana memakai listrik PLN dengan daya 10.600 VA. Di tambak berukuran 40x50 meter persegi, Wagiran menebar 100 ribu ekor benur (benih udang) per petak tambak. Umur udang saat dipanen 90 hari, berukuran sekitar 42 ekor per kilogram dengan tonase hasil panen mencapai 2,6 ton.
“Setelah disambung listriknya, kami coba langsung menebar benur dengan kepadatan tinggi dan ternyata berhasil. Ini bukti tambak Dipasena sangat layak dan masih produktif,” tambah Wagiran.
Wagiran pun menambahkan, dari hasil panen kali keuntungan yang didapatnya bisa mencapai Rp150 juta. Hasil itu pun baru dari satu tambak.
Sebelumnya, petambak udang Dipasena menggunakan genset untuk memenuhi kebutuhan listrik. Wagiran menuturkan bahwa hadirnya listrik PLN memangkas biaya operasional, khususnya untuk pembelian BBM.
Biasanya dalam 1 bulan, biaya untuk membeli BBM guna keperluan genset mencapai 7 juta rupiah namun ketika menggunakan listrik PLN, kini biaya untuk keperluan listrik hanya Rp2 juta rupiah. Dengan kualitas listrik yang lebih baik dan murah otomatis meningkatkan keuntungan dari usahanya.
“Alhamdulillah dari panen kali ini bisa mendapat sekitar Rp150 juta. Ini hanya satu tambak ya, satu tambak lagi saya panen dini waktu umur 60 hari. Saya kurang teliti mengamati udang dari awal, telat ngincir, dan udang kurang oksigen akhirnya 1 tambak itu banyak yang mati,” ujar Wagiran.
Tidak jauh berbeda, Ketua P3UW Lampung, Suratman mengapresiasi upaya PLN yang sudah berhasil menerangi Bumi Dipasena.
Salah satu anggota Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah (P3UW) Lampung, Wagiran menuturkan bahwa, ini merupakan panen tambak perdana memakai listrik PLN dengan daya 10.600 VA. Di tambak berukuran 40x50 meter persegi, Wagiran menebar 100 ribu ekor benur (benih udang) per petak tambak. Umur udang saat dipanen 90 hari, berukuran sekitar 42 ekor per kilogram dengan tonase hasil panen mencapai 2,6 ton.
“Setelah disambung listriknya, kami coba langsung menebar benur dengan kepadatan tinggi dan ternyata berhasil. Ini bukti tambak Dipasena sangat layak dan masih produktif,” tambah Wagiran.
Wagiran pun menambahkan, dari hasil panen kali keuntungan yang didapatnya bisa mencapai Rp150 juta. Hasil itu pun baru dari satu tambak.
Sebelumnya, petambak udang Dipasena menggunakan genset untuk memenuhi kebutuhan listrik. Wagiran menuturkan bahwa hadirnya listrik PLN memangkas biaya operasional, khususnya untuk pembelian BBM.
Biasanya dalam 1 bulan, biaya untuk membeli BBM guna keperluan genset mencapai 7 juta rupiah namun ketika menggunakan listrik PLN, kini biaya untuk keperluan listrik hanya Rp2 juta rupiah. Dengan kualitas listrik yang lebih baik dan murah otomatis meningkatkan keuntungan dari usahanya.
“Alhamdulillah dari panen kali ini bisa mendapat sekitar Rp150 juta. Ini hanya satu tambak ya, satu tambak lagi saya panen dini waktu umur 60 hari. Saya kurang teliti mengamati udang dari awal, telat ngincir, dan udang kurang oksigen akhirnya 1 tambak itu banyak yang mati,” ujar Wagiran.
Tidak jauh berbeda, Ketua P3UW Lampung, Suratman mengapresiasi upaya PLN yang sudah berhasil menerangi Bumi Dipasena.