Pandemi Corona, Momentum Berdayakan Masyarakat dengan CSR
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi virus corona (Covid-19) menghantam hampir semua sektor, termasuk perusahaan di sektor migas. Tak hanya itu, pandemi juga membuat sejumlah perusahaan terpaksa mengatur ulang strategi bisnis serta program pendukung lainnya.
Di antara sejumlah program tahunan korporasi, aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) tak luput dari dampak pandemi. Kondisi ini menuntut perusahaan merancang program CSR yang adaptif dan inovatif guna merespons kebutuhan masyarakat. (Baca: Waspada dan Jangan Meremehkan Sifat Lalai)
Manajer Comrel dan CSR Pertagas Zainal Abidin mengatakan, di masa pandemi Covid-19 ini memang ada beberapa program CSR yang dikaji ulang. Hal itu untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada di mana ada keharusan untuk melaksanakan protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19.
“Ya, kami harus memetakan kembali beberapa program CSR yang sudah dirancang. Meski demikian, kami tetap memonitor program yang sedang berjalan,” kata Zainal Abidin saat diskusi CSR secara virtual di Jakarta beberapa waktu lalu. (Baca juga: Bantu Guru PJJ, Kemendikbud Luncurkan Program Guru Belajar)
Dalam melaksanakan aktivitas CSR, Pertagas berkomitmen mendesain program untuk bisa diterapkan secara berkelanjutan. Artinya, program yang dilaksanakan harus terus berjalan kendati tidak mendapatkan lagi pendampingan. Untuk itu, perusahaan yang terafiliasi dengan PT Pertamina (Persero) itu memiliki peta jalan (roadmap) pengembangan komunitas agar ke depan mitra binaan perusahaan bisa mandiri.
“Jadi 3-5 tahun itu masa untuk menuju kemandirian. Kita juga punya exit strategi serta standar tersendiri, termasuk menjembatani mitra CSR agar punya akses ke permodalan,” katanya saat diskusi virtual di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dalam menjalankan CSR-nya, kata dia, Pertagas juga memprioritaskan pembinaan mitranya yang berada di jalur operasional perusahaan. Di samping itu, Pertagas juga menyesuaikan program dengan kebutuhan masyarakat setempat. Misalnya saja di Karawang, Jawa Barat, Pertagas sengaja mendampingi kelompok tani untuk mengembangkan pertanian ramah lingkungan.
Di daerah yang terkenal sebagai produsen padi di Jawa Barat itu, Pertagas bersama petani di daerah Cilamaya mengembangkan sistem bertanam padi menggunakan pupuk organik. Hal ini dilakukan karena selama ini petani di daerah tersebut merasa tanah yang digunakan sudah rusak karena terbiasa menggunakan pupuk kimia. (Baca juga: RUU Kejaksaan Dinilai Ingin Jadikan Jaksa Superbody)
“Dulu, semakin banyak pupuk kimia yang digunakan, semakin besar juga pengeluarannya. Tapi, setelah menggunakan pupuk organik, kami terbantu. Produktivitas meningkat, hama juga berkurang,” kata Ketua Gapoktan Saluyu, Cilamaya, Kawarang, Jawa Barat, Aep Endang Sudrajat.
Aep menggambarkan, ketika menggunakan pupuk kimia, produksi padi per hektare (ha) mencapai 6-6,5 ton. Sedangkan dengan pupuk organik bisa 6,2 ton per ha. “Meski pun 6,2 ton, tapi kita enggak keluar untuk biaya nyemprot insektisida untuk hama,” katanya.
Hanya, kata dia, karena saat ini pandemi, pasokan bahan baku untuk pupuk organik sedikit tersendat akibat mengandalkan dari daerah lain. Meski demikian, Aep bertekad untuk terus mendorong pertanian di daerahnya lebih ramah lingkungan yang akhirnya bisa meningkatkan pendapatan para anggotanya. Dia mengaku ingin kelestarian lingkungan dan kesuburan tanah di wilayahnya tetap terjaga.
Selain Karawang, Pertagas juga memiliki mitra binaan CSR di Gresik, Jawa Timur. Hanya, berbeda dengan Karawang, Pertagas di Gresik mendampingi penggiat pendidikan bagi anak disabilitas yang tergabung dalam Kelompok Tuli Gresik (Kotugres). (Baca juga: Pneumonia Butuh Penanganan Serius)
Kelompok tunarungu itu pun kini lebih berdaya karena mendapat berbagai pelatihan mulai dari menjahit, sablon, hingga memasak. “Kami mendapat bantuan berupa perlengkapan mesin jahit dan kainnya. Untuk keterampilan menjahitnya, kami juga didampingi oleh sekolah mode dari Jakarta,” kata Innik Hikmatin, pembina Kelompok Tuli Gresik.
Tak hanya berhenti di situ, Pertagas juga turut memberdayakan pengusaha kecil yang bergerak di bidang kuliner. Seperti diketahui, sektor ini termasuk yang terdampak cukup besar karena ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Melalui kegiatan CSR-nya, Pertagas turut mendampingi Resto Apung Seba di Sidaorjo, Jawa Timur untuk kembali bangkit di masa pandemi.
Pemilik Resto Apung Seba, Bayu Setyawan, mengatakan, saat pandemi rumah makan yang dikelolanya hanya beroperasi sekitar 30% dibanding kondisi normal. Hal itu akibat berkurangnya kunjungan konsumen ke rumah makannya yang terletak di Desa Penatarsewu, Tanggulangin, Sidoarjo itu.
Namun, dengan pandemi ini, Bayu justru merasa lebih disiplin dalam hal kebersihan di tempat usahanya. “Cara masak lebih steril, bambu juga harus selalu segar, ikan fresh,” katanya.
Dia mengaku senang warung makannya bisa kembali aktif karena bantuan dari Pertagas. Bantuan tersebut di antaranya berupa pesanan paket makanan dari Pertagas yang khusus ditujukan buat petugas medis di RSUD setempat. (Baca juga: 83 Juta Warga India Kemungkinan Telah Terinfeksi Virus Covid-19)
Sementara itu, pakar CSR dari Universitas Gadjah Mada Krisdyatmiko mengungkapkan, di masa pandemi seperti saat ini kegiatan CSR harus menyesuaikan dengan kebutuhan, permasalahan, dan potensi masyarakat.
“Saat ini masyarakat sedang menghadapi banyak masalah akibat pandemi Covid-19. Sudah seharusnya jika CSR merespons masalah ini,” kata Krisdyatmiko.
Dia menambahkan, pandemi yang semula merupakan bencana kesehatan telah berkembang menjadi bencana ekonomi karena banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian dan jatuh miskin. Untuk itu, kreativitas perusahaan dibutuhkan untuk mampu mengadaptasi program CSR yang sedang dilakukan (existing program) untuk dimodifikasi sesuai kondisi dan kebutuhan pandemi.
Menurutnya, jika mengacu konsep corporate social innovation, perusahaan yang mampu merumuskan program CSR sesuai dengan core of the business akan menghasilkan program CSR yang memberi kontribusi secara ekonomi bagi perusahaan. (Lihat videonya: Tempat Karaoke di Depok Ditutup Paksa Petugas)
Terkait penyesuaian program CSR tersebut, Corporate Secretary Pertagas Fitri Erika mengatakan, pihaknya melakukan berbagai penyesuaian dan adaptasi agar program CSR perusahaan tetap berjalan di tengah pandemi.
Menurutnya, mitra binaan Pertagas di berbagai daerah juga telah melakukan sejumlah penyesuaian selama masa pandemi Covid-19. Dia mencontohkan, Kelompok Tuli Gresik (Kotugres) yang merupakan mitra binaan tunarungu di Gresik kini beralih memproduksi masker dari biasanya menjahit baju anak dan seragam sekolah. (Yanto Kusdiantono)
Di antara sejumlah program tahunan korporasi, aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) tak luput dari dampak pandemi. Kondisi ini menuntut perusahaan merancang program CSR yang adaptif dan inovatif guna merespons kebutuhan masyarakat. (Baca: Waspada dan Jangan Meremehkan Sifat Lalai)
Manajer Comrel dan CSR Pertagas Zainal Abidin mengatakan, di masa pandemi Covid-19 ini memang ada beberapa program CSR yang dikaji ulang. Hal itu untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada di mana ada keharusan untuk melaksanakan protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19.
“Ya, kami harus memetakan kembali beberapa program CSR yang sudah dirancang. Meski demikian, kami tetap memonitor program yang sedang berjalan,” kata Zainal Abidin saat diskusi CSR secara virtual di Jakarta beberapa waktu lalu. (Baca juga: Bantu Guru PJJ, Kemendikbud Luncurkan Program Guru Belajar)
Dalam melaksanakan aktivitas CSR, Pertagas berkomitmen mendesain program untuk bisa diterapkan secara berkelanjutan. Artinya, program yang dilaksanakan harus terus berjalan kendati tidak mendapatkan lagi pendampingan. Untuk itu, perusahaan yang terafiliasi dengan PT Pertamina (Persero) itu memiliki peta jalan (roadmap) pengembangan komunitas agar ke depan mitra binaan perusahaan bisa mandiri.
“Jadi 3-5 tahun itu masa untuk menuju kemandirian. Kita juga punya exit strategi serta standar tersendiri, termasuk menjembatani mitra CSR agar punya akses ke permodalan,” katanya saat diskusi virtual di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dalam menjalankan CSR-nya, kata dia, Pertagas juga memprioritaskan pembinaan mitranya yang berada di jalur operasional perusahaan. Di samping itu, Pertagas juga menyesuaikan program dengan kebutuhan masyarakat setempat. Misalnya saja di Karawang, Jawa Barat, Pertagas sengaja mendampingi kelompok tani untuk mengembangkan pertanian ramah lingkungan.
Di daerah yang terkenal sebagai produsen padi di Jawa Barat itu, Pertagas bersama petani di daerah Cilamaya mengembangkan sistem bertanam padi menggunakan pupuk organik. Hal ini dilakukan karena selama ini petani di daerah tersebut merasa tanah yang digunakan sudah rusak karena terbiasa menggunakan pupuk kimia. (Baca juga: RUU Kejaksaan Dinilai Ingin Jadikan Jaksa Superbody)
“Dulu, semakin banyak pupuk kimia yang digunakan, semakin besar juga pengeluarannya. Tapi, setelah menggunakan pupuk organik, kami terbantu. Produktivitas meningkat, hama juga berkurang,” kata Ketua Gapoktan Saluyu, Cilamaya, Kawarang, Jawa Barat, Aep Endang Sudrajat.
Aep menggambarkan, ketika menggunakan pupuk kimia, produksi padi per hektare (ha) mencapai 6-6,5 ton. Sedangkan dengan pupuk organik bisa 6,2 ton per ha. “Meski pun 6,2 ton, tapi kita enggak keluar untuk biaya nyemprot insektisida untuk hama,” katanya.
Hanya, kata dia, karena saat ini pandemi, pasokan bahan baku untuk pupuk organik sedikit tersendat akibat mengandalkan dari daerah lain. Meski demikian, Aep bertekad untuk terus mendorong pertanian di daerahnya lebih ramah lingkungan yang akhirnya bisa meningkatkan pendapatan para anggotanya. Dia mengaku ingin kelestarian lingkungan dan kesuburan tanah di wilayahnya tetap terjaga.
Selain Karawang, Pertagas juga memiliki mitra binaan CSR di Gresik, Jawa Timur. Hanya, berbeda dengan Karawang, Pertagas di Gresik mendampingi penggiat pendidikan bagi anak disabilitas yang tergabung dalam Kelompok Tuli Gresik (Kotugres). (Baca juga: Pneumonia Butuh Penanganan Serius)
Kelompok tunarungu itu pun kini lebih berdaya karena mendapat berbagai pelatihan mulai dari menjahit, sablon, hingga memasak. “Kami mendapat bantuan berupa perlengkapan mesin jahit dan kainnya. Untuk keterampilan menjahitnya, kami juga didampingi oleh sekolah mode dari Jakarta,” kata Innik Hikmatin, pembina Kelompok Tuli Gresik.
Tak hanya berhenti di situ, Pertagas juga turut memberdayakan pengusaha kecil yang bergerak di bidang kuliner. Seperti diketahui, sektor ini termasuk yang terdampak cukup besar karena ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Melalui kegiatan CSR-nya, Pertagas turut mendampingi Resto Apung Seba di Sidaorjo, Jawa Timur untuk kembali bangkit di masa pandemi.
Pemilik Resto Apung Seba, Bayu Setyawan, mengatakan, saat pandemi rumah makan yang dikelolanya hanya beroperasi sekitar 30% dibanding kondisi normal. Hal itu akibat berkurangnya kunjungan konsumen ke rumah makannya yang terletak di Desa Penatarsewu, Tanggulangin, Sidoarjo itu.
Namun, dengan pandemi ini, Bayu justru merasa lebih disiplin dalam hal kebersihan di tempat usahanya. “Cara masak lebih steril, bambu juga harus selalu segar, ikan fresh,” katanya.
Dia mengaku senang warung makannya bisa kembali aktif karena bantuan dari Pertagas. Bantuan tersebut di antaranya berupa pesanan paket makanan dari Pertagas yang khusus ditujukan buat petugas medis di RSUD setempat. (Baca juga: 83 Juta Warga India Kemungkinan Telah Terinfeksi Virus Covid-19)
Sementara itu, pakar CSR dari Universitas Gadjah Mada Krisdyatmiko mengungkapkan, di masa pandemi seperti saat ini kegiatan CSR harus menyesuaikan dengan kebutuhan, permasalahan, dan potensi masyarakat.
“Saat ini masyarakat sedang menghadapi banyak masalah akibat pandemi Covid-19. Sudah seharusnya jika CSR merespons masalah ini,” kata Krisdyatmiko.
Dia menambahkan, pandemi yang semula merupakan bencana kesehatan telah berkembang menjadi bencana ekonomi karena banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian dan jatuh miskin. Untuk itu, kreativitas perusahaan dibutuhkan untuk mampu mengadaptasi program CSR yang sedang dilakukan (existing program) untuk dimodifikasi sesuai kondisi dan kebutuhan pandemi.
Menurutnya, jika mengacu konsep corporate social innovation, perusahaan yang mampu merumuskan program CSR sesuai dengan core of the business akan menghasilkan program CSR yang memberi kontribusi secara ekonomi bagi perusahaan. (Lihat videonya: Tempat Karaoke di Depok Ditutup Paksa Petugas)
Terkait penyesuaian program CSR tersebut, Corporate Secretary Pertagas Fitri Erika mengatakan, pihaknya melakukan berbagai penyesuaian dan adaptasi agar program CSR perusahaan tetap berjalan di tengah pandemi.
Menurutnya, mitra binaan Pertagas di berbagai daerah juga telah melakukan sejumlah penyesuaian selama masa pandemi Covid-19. Dia mencontohkan, Kelompok Tuli Gresik (Kotugres) yang merupakan mitra binaan tunarungu di Gresik kini beralih memproduksi masker dari biasanya menjahit baju anak dan seragam sekolah. (Yanto Kusdiantono)
(ysw)