Nyalakan Tanda Bahaya! Jurang Resesi Makin Nyata
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Indef Bhima Yudistira menilai deflasi yang terjadi selama tiga kali berturut-turut ini menujukkan sisi permintaan terus alami tekanan, artinya tanda bahaya resesi semakin dekat. Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan September 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05%. Dari 90 kota yang disurvei Indeks harga Konsumen (IHK), sebanyak 56 kota mengalami deflasi dan 34 kota mengalami inflasi
"Deflasi yang berturut turut merupakan sinyal sisi permintaan terus alami tekanan karena menurunnya pendapatan secara agregat," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Dia melanjutkan prilaku masayrakat yang menurunkan belanja dan memperbanyak saving membuat produsen memberikan diskon atau menjual dengan harga dibawah biaya pokok produksi. "Tren ini kalau terus berlanjut akan mematikan produsen yang tidak sanggup lagi jual rugi," katanya.
Sebagai informasi, Kepala BPS Suhariyanto merinci, inflasi kalender (Januari-September 2020) mencapai 0,89% dan adapun inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 1,42%. "Perkembangan harga harga komoditas ini menunjukkan adanya penurujan berrdasarkan hasil pemantauan BPS deflasi 0,05%," kata Suhariyanto.
"Deflasi yang berturut turut merupakan sinyal sisi permintaan terus alami tekanan karena menurunnya pendapatan secara agregat," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Baca Juga
Dia melanjutkan prilaku masayrakat yang menurunkan belanja dan memperbanyak saving membuat produsen memberikan diskon atau menjual dengan harga dibawah biaya pokok produksi. "Tren ini kalau terus berlanjut akan mematikan produsen yang tidak sanggup lagi jual rugi," katanya.
Sebagai informasi, Kepala BPS Suhariyanto merinci, inflasi kalender (Januari-September 2020) mencapai 0,89% dan adapun inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 1,42%. "Perkembangan harga harga komoditas ini menunjukkan adanya penurujan berrdasarkan hasil pemantauan BPS deflasi 0,05%," kata Suhariyanto.
(nng)