Luhut Sebut Investasi dari Negara-Negara Islam Meningkat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut sejak tahun 2010, angka penanaman modal asing dari negara-negara Islam di Tanah Air semakin meningkat.
Menurut dia, ada perubahan yang cukup signifikan setelah dulu pada tahun 2013 negara-negara Timur Tengah itu pernah berinvestasi cukup tinggi di Indonesia. ( Baca juga:Seruhhh! Setelah Airlangga Resmikan Listrik Coca-Cola, Erick Berkirim Surat Soal PLN )
"Apabila dilihat dari data BKPM pada 2019 lalu, penanaman modal asing di Tanah Air yang berasal dari negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, didominasi oleh Uni Emirat Arab (UEA)," ujar dia di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Tercatat, investasi UEA di Indonesia mencapai USD69,7 juta, mengungguli nilai investasi Arab Saudi USD5,4 juta, Yaman USD3,2 juta, Jordania USD1,4 juta, serta Suriah, dan Lebanon USD1 juta.
Menurut dia, besarnya investasi UEA ini itu tidak terlepas dari hubungan pribadi yang baik antara Presiden Joko Widodo dengan putra mahkota Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
"Maka itu kita ketahui bagaimana mereka berdua ini menjadi seperti sahabat," ungkap dia.
Dia menjelaskan, pola hubungan luar negeri sebagaimana yang dilakukan pemerintah Abu Dhabi kepada dunia internasional itu, merupakan salah satu contoh yang patut ditiru oleh Pemerintah Indonesia. Pasalnya, UEA sebagai negara Islam yang mampu berkawan dengan semua pihak di tataran global, seakan tidak ada batasan buat mereka dalam menjalin kerja sama internasional.
"Mereka itu, bermain dengan Saudi, dengan Turki, mereka juga baik dengan Amerika maupun China. Bahkan China itu punya investasi di Abu Dhabi senilai puluhan miliar dolar," tutur dia. ( Baca juga:Chrissy Teigen dan John Legend Kehilangan Anak Akibat Komplikasi Kehamilan )
Kemudian, lanjut dia, sikap Pemerintah UEA itu adalah karena saat ini mereka sudah tidak lagi tergantung pada sektor minyak saja. Hal tersebut telah menjadikan UEA sebagai sebuah negara kapitalis, karena setiap tindakan internasionalnya selalu dilakukan dengan perhitungan yang cermat.
"Kita harus melihat bahwa Abu Dhabi ini sudah menjadi teman dekat kita, dan mereka ini semacam kompas bagi kita di Timur Tengah," tandas dia.
Menurut dia, ada perubahan yang cukup signifikan setelah dulu pada tahun 2013 negara-negara Timur Tengah itu pernah berinvestasi cukup tinggi di Indonesia. ( Baca juga:Seruhhh! Setelah Airlangga Resmikan Listrik Coca-Cola, Erick Berkirim Surat Soal PLN )
"Apabila dilihat dari data BKPM pada 2019 lalu, penanaman modal asing di Tanah Air yang berasal dari negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, didominasi oleh Uni Emirat Arab (UEA)," ujar dia di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Tercatat, investasi UEA di Indonesia mencapai USD69,7 juta, mengungguli nilai investasi Arab Saudi USD5,4 juta, Yaman USD3,2 juta, Jordania USD1,4 juta, serta Suriah, dan Lebanon USD1 juta.
Menurut dia, besarnya investasi UEA ini itu tidak terlepas dari hubungan pribadi yang baik antara Presiden Joko Widodo dengan putra mahkota Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
"Maka itu kita ketahui bagaimana mereka berdua ini menjadi seperti sahabat," ungkap dia.
Dia menjelaskan, pola hubungan luar negeri sebagaimana yang dilakukan pemerintah Abu Dhabi kepada dunia internasional itu, merupakan salah satu contoh yang patut ditiru oleh Pemerintah Indonesia. Pasalnya, UEA sebagai negara Islam yang mampu berkawan dengan semua pihak di tataran global, seakan tidak ada batasan buat mereka dalam menjalin kerja sama internasional.
"Mereka itu, bermain dengan Saudi, dengan Turki, mereka juga baik dengan Amerika maupun China. Bahkan China itu punya investasi di Abu Dhabi senilai puluhan miliar dolar," tutur dia. ( Baca juga:Chrissy Teigen dan John Legend Kehilangan Anak Akibat Komplikasi Kehamilan )
Kemudian, lanjut dia, sikap Pemerintah UEA itu adalah karena saat ini mereka sudah tidak lagi tergantung pada sektor minyak saja. Hal tersebut telah menjadikan UEA sebagai sebuah negara kapitalis, karena setiap tindakan internasionalnya selalu dilakukan dengan perhitungan yang cermat.
"Kita harus melihat bahwa Abu Dhabi ini sudah menjadi teman dekat kita, dan mereka ini semacam kompas bagi kita di Timur Tengah," tandas dia.
(uka)