Penguatan Regional Sebagai Kunci Perubahan Positif Bagi Pertanian Keluarga

Rabu, 07 Oktober 2020 - 21:49 WIB
loading...
Penguatan Regional Sebagai...
Dalam ForumMengupayakan Pertanian Keluarga yang Berkelanjutan Melalui Pendekatan Inklusif, para peserta menegaskan kembali peran penting kelompok petani kecil alam menangani pandemi Covid-19. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Dalam pembukaan Forum bertajuk 'Mengupayakan Pertanian Keluarga yang Berkelanjutan Melalui Pendekatan Inklusif', para peserta menegaskan kembali peran penting kelompok petani kecil dalam menangani pandemi Covid-19 dan membantu masyarakat mengatasi isu kelaparan dan kemiskinan. Untuk negara-negara di Asia dapat membangun kembali dengan lebih baik, kelompok keluarga petani harus diakui sebagai garda terdepan bagi pembangunan berkelanjutan.

Para peserta menyepakati bahwa kolaborasi dari bawah ke atas dan inklusif dengan berbagai pemangku kepentingan antara kelompok petani kecil, mitra swasta dan pemerintah dapat memastikan ekonomi dan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan tangguh.

(Baca Juga: Kebal dari Serangan Covid-19, Saatnya Berpaling ke Sektor Pertanian )

Hal ini termasuk dalam mengamankan hak atas tanah bagi keluarga petani, mengamankan akses ke sumber daya produktif, mengubah sistem pangan dan melindungi hak petani perempuan.

“Forum ini bertujuan untuk menjaga momentum kemitraan dalam mencapai tata kelola pertanahan yang berpusat pada masyarakat dan pertanian yang berkelanjutan di seluruh Asia, melalui pembangunan solidaritas di antara gerakan petani di Asia," ujar Esther Penunia, Perwakilan dari Asian Farmers Association for Sustainable Rural Development (AFA) di Filipina.

Rangkaian diskusi menyoroti peran United Nations Decade of Family Farming (UNDFF) dalam memajukan kesejahteraan petani kecil dan mengidentifikasi cara agar kelompok petani dapat terlibat di platform advokasi global seperti di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Peserta diharapkan dapat lebih mempelajari situasi pertanian kecil di Asia, terutama peran mereka dalam merumuskan kebijakan, hak atas tanah, dan penerapan praktik pertanian berkelanjutan.

Pandemi Covid-19 menjadi peringatan pada sistem pangan. Di Asia, meski petani kecil menghasilkan sebagian besar pangan dunia, mereka tetap tidak memiliki kendali atas keamanan lahan dan ketahanan pangan.

Selain itu, kebijakan pemerintah untuk memastikan ketahanan pangan di masa Covid-19 cenderung parsial, gagal mempertimbangkan peran kunci yang dimainkan petani kecil untuk mempromosikan sistem pangan yang berkelanjutan, tangguh, dan beragam.

“Mengamankan hak atas tanah dan sumber daya alam bagi masyarakat yang tidak memiliki tanah, baik bagi masyarakat adat, komunitas peternak pastoral, kelompok tani, perempuan, dan pemuda lebih relevan di saat sekarang dibanding tahun sebelumnya. Inilah mengapa kita membutuhkan solusi yang memperhitungkan potensi keragaman sistem pangan di kawasan ini,” ujar Anthony Marzan, People's Campaign for Agrarian Reform Network (AR Now!) di Filipina.

(Baca Juga: Hidroponik, Tren Bertani yang Cocok saat Pandemi )
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1610 seconds (0.1#10.140)