Petani Kopi Milenial dari Gunung Arjuno, Raih Omzet Ratusan Juta per Bulan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menjadi petani bukan lagi sebuah hal yang tabu bagi para milenial. Sudah banyak anak muda yang kini terjun ke bidang pertanian dan memanen sukses dari kerja kerasnya.
Salah satunya adalah Heri Tahan Muji, petani milenial asal Desa Sekarmojo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Anak muda ini sukses mengembangkan komoditas perkebunan yang juga tengah digemari saat ini, yaitu kopi .
"Saya menanam kopi mulai tahun 2002 sampai sekarang," ujar Heri saat dihubungi SINDOnews, Jumat (9/10/2020). Heri merupakan anggota Kelompok Tani Candi Mulyo, yang merupakan Binaan Ditjen Perkebunan pada program Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan.
(Baca Juga: Membangkitkan Petani Milenial)
Heri menuturkan, dirinya mulai menanam kopi bersama anggota kelompok tani lainnya mulai dari luasan 1 hektare (ha) dan saat ini telah berkembang mencapai 15 ha.
Pada awalnya, kata Heri, kelompoknya menjual kopi dalam bentuk mentah kepada tengkulak dengan harga yang relatif murah, yaitu Rp5.000/kg untuk jenis robusta dan Rp8.000/kg untuk jenis arabika. "Kami menjual kopi dalam bentuk buah cerry karena tidak memiliki pengetahuan serta peralatan pascapanen," katanya.
Namun, berkat bantuan pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perkebunan pada Program Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan, kelompoknya memperoleh bantuan peralatan pascapanen dan pemasaran.
Pelan tapi pasti, Heri yang ditugasi kelompoknya di bagian pascapanen dan pemasaran mulai mengolah kopi produksi kelompok taninya. Kini Kelompok Tani Candi Mulyo dapat menghasilkan kopi dengan berbagai jenis olahan, mulai dari natural, semiwash, fullwash, wine dan honey, baik robusta maupun arabika.
Semua hasil panen kopi anggota kelompok tani dibeli oleh Heri untuk diproses hingga menjadi kopi yang enak dan nikmat. Dalam satu bulan Heri mampu menjual kopi hingga 2.500 kg dengan omzet rata-rata Rp100 jutaan.
(Baca Juga: Nikmat, di Tengah Pandemi Industri Kopi Bisa Seruput Devisa USD211 Juta)
Tak hanya mendatangkan berkah bagi petani kopi di daerahnya, kerja keras anak muda ini juga membuka lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu dan pemuda di sekitarnya. Mereka dipekerjakan membantu proses pascapanen mulai dari sortasi buah, fermentasi, Soratasi biji, sangrai, packing, promosi dan pemasaran.
Heri menamai kopi produksinya "Kopi Lesung Arjuno". Kopi berkualitas premium yang ditanam di lereng Gunung Arjuno ini disebut memiliki rasa yang khas dan berkarater. Kopi Lesung Arjuno yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Candi Mulyo ini bahkan telah mengantongi sertifikat organik berstandar Eropa.
Sumbangsih para milenial di sektor pertanian ini diapresiasi Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. Mentan menyatakan bahwa peran petani milenial amat dinanti negara untuk bisa menciptakan inovasi dari hulu ke hilir, sehingga menciptakan nilai tambah komoditas pertanian. "Para petani milenial harus terus didukung agar bisa memacu tumbuhnya petani-petani muda yang baru," tandasnya.
Salah satunya adalah Heri Tahan Muji, petani milenial asal Desa Sekarmojo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Anak muda ini sukses mengembangkan komoditas perkebunan yang juga tengah digemari saat ini, yaitu kopi .
"Saya menanam kopi mulai tahun 2002 sampai sekarang," ujar Heri saat dihubungi SINDOnews, Jumat (9/10/2020). Heri merupakan anggota Kelompok Tani Candi Mulyo, yang merupakan Binaan Ditjen Perkebunan pada program Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan.
(Baca Juga: Membangkitkan Petani Milenial)
Heri menuturkan, dirinya mulai menanam kopi bersama anggota kelompok tani lainnya mulai dari luasan 1 hektare (ha) dan saat ini telah berkembang mencapai 15 ha.
Pada awalnya, kata Heri, kelompoknya menjual kopi dalam bentuk mentah kepada tengkulak dengan harga yang relatif murah, yaitu Rp5.000/kg untuk jenis robusta dan Rp8.000/kg untuk jenis arabika. "Kami menjual kopi dalam bentuk buah cerry karena tidak memiliki pengetahuan serta peralatan pascapanen," katanya.
Namun, berkat bantuan pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perkebunan pada Program Sertifikasi Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan, kelompoknya memperoleh bantuan peralatan pascapanen dan pemasaran.
Pelan tapi pasti, Heri yang ditugasi kelompoknya di bagian pascapanen dan pemasaran mulai mengolah kopi produksi kelompok taninya. Kini Kelompok Tani Candi Mulyo dapat menghasilkan kopi dengan berbagai jenis olahan, mulai dari natural, semiwash, fullwash, wine dan honey, baik robusta maupun arabika.
Semua hasil panen kopi anggota kelompok tani dibeli oleh Heri untuk diproses hingga menjadi kopi yang enak dan nikmat. Dalam satu bulan Heri mampu menjual kopi hingga 2.500 kg dengan omzet rata-rata Rp100 jutaan.
(Baca Juga: Nikmat, di Tengah Pandemi Industri Kopi Bisa Seruput Devisa USD211 Juta)
Tak hanya mendatangkan berkah bagi petani kopi di daerahnya, kerja keras anak muda ini juga membuka lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu dan pemuda di sekitarnya. Mereka dipekerjakan membantu proses pascapanen mulai dari sortasi buah, fermentasi, Soratasi biji, sangrai, packing, promosi dan pemasaran.
Heri menamai kopi produksinya "Kopi Lesung Arjuno". Kopi berkualitas premium yang ditanam di lereng Gunung Arjuno ini disebut memiliki rasa yang khas dan berkarater. Kopi Lesung Arjuno yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Candi Mulyo ini bahkan telah mengantongi sertifikat organik berstandar Eropa.
Sumbangsih para milenial di sektor pertanian ini diapresiasi Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. Mentan menyatakan bahwa peran petani milenial amat dinanti negara untuk bisa menciptakan inovasi dari hulu ke hilir, sehingga menciptakan nilai tambah komoditas pertanian. "Para petani milenial harus terus didukung agar bisa memacu tumbuhnya petani-petani muda yang baru," tandasnya.
(fai)