Sembuh dari Covid-19, Menteri Edhy Prabowo Cerita Perjuangan Lawan Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo sempat terpapar virus corona (Covid-19). Namun kini politikus Gerindra itu sudah dinyakan sembuh dan bisa berdinas lagi. Dia pun membagikan ceritanya saat masih berjuang melawan virus asal Wuhan, China, tersebut.
Edhy mengatakan, saat ini dirinya sudah semakin membaik setelah dinyatakan sembuh oleh dokter. Menurut dia, sebelum terpapar corona, dirinya memiliki segudang kesibukan terkait pekerjaannya.
"Pada saat itu acara padat sekali, kita menuju ke NTT, Kupang sore hari, langsung kunjungan, malam kegiatan, besoknya kegiatan. Lalu ke Makassar untuk transit, di Makassar ada beberapa kegiatan, padat juga. Paginya kita harus terbang ke Ambon, di Ambon juga cukup padat," ucap Edhy melalui akun Instagram resminya sebagaimana dikutip Okezone, Minggu (11/10/2020). (Lihat juga video: Lawan Covid-19, Jaga Jempol, Stop Penyebaran Berita Hoaks )
Tak cukup sampai di situ, Edhy menerangkan selepas dari Ambon, dirinya mesti kembali lagi ke Makassar, lalu melanjutkan kegiatannya ke Balikpapan, kemudian ke Maratua, Kalimantan Timur.
"Pada saat di Balikpapan itulah saya enggak enak badan tapi secara prinsip saya enggak bisa tentukan di mana kenanya (terinfeksi Covid-19). Begitu sampai di Maratua, harusnya dua malam saya di sana, tapi saya putuskan satu hari saja. Saya pulang dengan sebagian rombongan dan istri saya, dan sampai rumah saya swab. Tanggal 3 (September) saya (dinyatakan) positif," jelasnya.
Edhy merasakan sesaat sebelum dinyatakan Covid-19, dirinya mengalami penurunan daya tahan tubuh. Dia merasa lelah, demam, badan tak enak, dan kepala pusing. "Pokoknya enggak enak sekali," imbuhnya.
Setelah dinyatakan positif Covid-19, Edhy akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Polri. Di sana dia dirawat selama tujuh hari. Selama di sana, dia mulai batuk-batuk. Kemudian setelah infus dilepas, dia merasakan mulai demam tinggi dan bernapas kurang enak.
"Tapi saya minum suplemen, termasuk pak menko, pak Prabowo memberikan arahan-arahan yang akhirnya saya tujuh hari di RS Polri diminta pindah untuk ke RSPAD dengan alasan lebih dekat diawasi," tuturnya.
Setelah dipindah ke RSPAD Gatot Soebroto, dia diminta oleh dokter untuk dirawat di ruang ICU. Ketika dipindah ke ruang ICU, Edhy masih belum merasakan gejala yang memburuk. Namun, dia yakin dokter memiliki pertimbangan tertentu terkait perpindahan ruang rawat tersebut. (Baca juga: Tips Aman Mengunjungi Rumah Sakit Selama Pandemi COVID-19 )
"Dokter paru memerintahkan kami dipindah ke ICU padahal saya belum merasa (ada perburukan), cuma saya percaya dokter punya alasan agar lebih intensif," jelasnya.
Menolak Pakai Ventilator
Edhy menceritakan dirinya pada saat di ruang ICU menolak untuk dipakaikan ventilator. Alasannya karena dirinya masih mampu bernapas. Ia pun menandatangani perjanjian untuk tak memakai alat tersebut.
"Satu hal yang saya tentang saat itu, saya harus pakai ventilator, saya gak mau, saya ditawarkan ventilator dan saya tolak, karena saya merasa saya belum perlu dan logika saya mengatakan saya bisa hadapi sendiri saya masih sadar, karena (kalau pakai) ventilator harus dipingsankan lebih dulu, saya nggak nyaman kalau pingsan, saya nggak bisa melawan, nggak bisa memotivasi diri saya," tuturnya.
"Di sini saya mau latihan. Disinilah saya menandatangani untuk tak pakai ventilator sehingga sampai hari ini saya bisa bicara sama saudara-saudara," tambah dia.
Edhy menambahkan, dia merasa tak nafsu makan, namun tetap memaksakan makanan masuk ke dalam mulutnya agar dia memiliki banyak nutrisi. "Alhamdulillah saya sudah mampu melewati masa kritis," jelasnya.
Kondisi Belum Stabil
Meski sudah sembuh, dia mengaku kondisinya belum stabil seperti sediakala. Misalnya saja dia masih harus latihan bernapas karena paru-parunya masih belum begitu normal.
"Memang belum sempurna saya sembuh, karena nafas masih harus kita latih. Itu yang saya bilang, jangan kena Covid, apalagi harus dirawat sampai ICU, kenapa? nggak enak sisanya, harus perbaikan lagi. Paru-paru saya dalam posisi belum begitu normal, sehingga jalan agak lama terengah-engah, naik tangga terengah-engah, tapi kata dokter ini adalah proses penyembuhan. Jadi jangan khawatir," ungkap Edhy.
Edhy menjelaskan, kunci kesembuhan yang paling utama adalah menjaga pikiran agar tidak stress. Dengan demikian kesembuhan dapat diraih. "Satu hal yang menyelamatkan kita adalah psikis kita. Jadi kita harus tetap semangat gembira tapi juga waspada," pungkas dia
Edhy mengatakan, saat ini dirinya sudah semakin membaik setelah dinyatakan sembuh oleh dokter. Menurut dia, sebelum terpapar corona, dirinya memiliki segudang kesibukan terkait pekerjaannya.
"Pada saat itu acara padat sekali, kita menuju ke NTT, Kupang sore hari, langsung kunjungan, malam kegiatan, besoknya kegiatan. Lalu ke Makassar untuk transit, di Makassar ada beberapa kegiatan, padat juga. Paginya kita harus terbang ke Ambon, di Ambon juga cukup padat," ucap Edhy melalui akun Instagram resminya sebagaimana dikutip Okezone, Minggu (11/10/2020). (Lihat juga video: Lawan Covid-19, Jaga Jempol, Stop Penyebaran Berita Hoaks )
Tak cukup sampai di situ, Edhy menerangkan selepas dari Ambon, dirinya mesti kembali lagi ke Makassar, lalu melanjutkan kegiatannya ke Balikpapan, kemudian ke Maratua, Kalimantan Timur.
"Pada saat di Balikpapan itulah saya enggak enak badan tapi secara prinsip saya enggak bisa tentukan di mana kenanya (terinfeksi Covid-19). Begitu sampai di Maratua, harusnya dua malam saya di sana, tapi saya putuskan satu hari saja. Saya pulang dengan sebagian rombongan dan istri saya, dan sampai rumah saya swab. Tanggal 3 (September) saya (dinyatakan) positif," jelasnya.
Edhy merasakan sesaat sebelum dinyatakan Covid-19, dirinya mengalami penurunan daya tahan tubuh. Dia merasa lelah, demam, badan tak enak, dan kepala pusing. "Pokoknya enggak enak sekali," imbuhnya.
Setelah dinyatakan positif Covid-19, Edhy akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Polri. Di sana dia dirawat selama tujuh hari. Selama di sana, dia mulai batuk-batuk. Kemudian setelah infus dilepas, dia merasakan mulai demam tinggi dan bernapas kurang enak.
"Tapi saya minum suplemen, termasuk pak menko, pak Prabowo memberikan arahan-arahan yang akhirnya saya tujuh hari di RS Polri diminta pindah untuk ke RSPAD dengan alasan lebih dekat diawasi," tuturnya.
Setelah dipindah ke RSPAD Gatot Soebroto, dia diminta oleh dokter untuk dirawat di ruang ICU. Ketika dipindah ke ruang ICU, Edhy masih belum merasakan gejala yang memburuk. Namun, dia yakin dokter memiliki pertimbangan tertentu terkait perpindahan ruang rawat tersebut. (Baca juga: Tips Aman Mengunjungi Rumah Sakit Selama Pandemi COVID-19 )
"Dokter paru memerintahkan kami dipindah ke ICU padahal saya belum merasa (ada perburukan), cuma saya percaya dokter punya alasan agar lebih intensif," jelasnya.
Menolak Pakai Ventilator
Edhy menceritakan dirinya pada saat di ruang ICU menolak untuk dipakaikan ventilator. Alasannya karena dirinya masih mampu bernapas. Ia pun menandatangani perjanjian untuk tak memakai alat tersebut.
"Satu hal yang saya tentang saat itu, saya harus pakai ventilator, saya gak mau, saya ditawarkan ventilator dan saya tolak, karena saya merasa saya belum perlu dan logika saya mengatakan saya bisa hadapi sendiri saya masih sadar, karena (kalau pakai) ventilator harus dipingsankan lebih dulu, saya nggak nyaman kalau pingsan, saya nggak bisa melawan, nggak bisa memotivasi diri saya," tuturnya.
"Di sini saya mau latihan. Disinilah saya menandatangani untuk tak pakai ventilator sehingga sampai hari ini saya bisa bicara sama saudara-saudara," tambah dia.
Edhy menambahkan, dia merasa tak nafsu makan, namun tetap memaksakan makanan masuk ke dalam mulutnya agar dia memiliki banyak nutrisi. "Alhamdulillah saya sudah mampu melewati masa kritis," jelasnya.
Kondisi Belum Stabil
Meski sudah sembuh, dia mengaku kondisinya belum stabil seperti sediakala. Misalnya saja dia masih harus latihan bernapas karena paru-parunya masih belum begitu normal.
"Memang belum sempurna saya sembuh, karena nafas masih harus kita latih. Itu yang saya bilang, jangan kena Covid, apalagi harus dirawat sampai ICU, kenapa? nggak enak sisanya, harus perbaikan lagi. Paru-paru saya dalam posisi belum begitu normal, sehingga jalan agak lama terengah-engah, naik tangga terengah-engah, tapi kata dokter ini adalah proses penyembuhan. Jadi jangan khawatir," ungkap Edhy.
Edhy menjelaskan, kunci kesembuhan yang paling utama adalah menjaga pikiran agar tidak stress. Dengan demikian kesembuhan dapat diraih. "Satu hal yang menyelamatkan kita adalah psikis kita. Jadi kita harus tetap semangat gembira tapi juga waspada," pungkas dia
(ind)