Tuntutan Industri Migas Dunia, Restrukturisasi Pertamina Sudah Seharusnya

Selasa, 13 Oktober 2020 - 08:41 WIB
loading...
Tuntutan Industri Migas Dunia, Restrukturisasi Pertamina Sudah Seharusnya
Tuntutan sebagai industri migas dunia, Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai restrukturisasi Pertamina sudah tepat untuk bisa bergerak lebih lincah. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Tuntutan sebagai industri migas dunia, Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai restrukturisasi Pertamina sudah tepat. Pasalnya tuntutan industri migas mengharuskan BUMN untuk bergerak lebih lincah.

"Hampir semua perusahaan migas dunia sudah membentuk subholding , antara lain Total, Chevron, Premier Oil, dan bahkan Petronas. Pertamina harus mengikuti supaya tidak tertinggal dan bisa meningkatkan daya saing,” ujarnya dalam keterangannya di Jakarta.

(Baca Juga: Pakar Migas: Subholding Dibentuk Supaya Pertamina Bergerak Lebih Cepat )

Menurut dia, kompleksnya tantangan, membuat industri energi global dituntut untuk bisa membuat keputusan yang cepat dan akurat, namun tetap sesuai garis kebijakan perusahaan.

Dia mencontohkan terkait eksplorasi, investasi, atau jika di lapangan menghadapi kendala yang harus segera diputuskan dengan segera maka keberadaan subholding, bisa membuat perusahaan mengambil keputusan dengan cepat, karena tidak membutuhkan birokrasi yang panjang dan lama.

Meskipun demikian, tambahnya, subholding tidak bisa bergerak semaunya karena masih terikat dengan kebijakan holding induk, dalam hal ini, subholding adalah pelaksana dari kebijakan holding.

"Pertamina sebagai holding, misalnya, bertugas memberi garis kebijakan dan mengawasi pelaksanaan yang dilakukan subholding-nya," kata dia.

(Baca Juga: Ibu Rini Aja Butuh 5 Tahun, Era Erick Lebih Cepat Soal Subholding BUMN )

Selain membuat lebih lincah, menurut Fahmy, pembentukan subholding juga menjadikan Pertamina sebagai holding juga lebih efisien sebab, masing-masing subholding akan menangani beberapa anak usaha sejenis, sehingga bisa disinergikan dan menghindari over lapping.

Terkait hal itu, Fahmy tidak sependapat jika restrukturisasi dinilai akan merugikan keuangan negara, sebaliknya justru pembentukan subholding akan menguntungkan negara.

Jika masuk bursa saham, dia mencontohkan, maka akan memperoleh uang segar dengan dana kapital rendah, selain itu, jika subholding meraup laba, maka akan diserahkan kepada Pertamina sebagai holding selanjutnya akan disetorkan kepada Bendahara Negara.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2465 seconds (0.1#10.140)