Analis Wanti-Wanti, Jangan Jorjoran Borong Saham BRIS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Belakangan investor tampak aktif memborong saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) . Aksi itu dipicu oleh sentimen positif dari merger bank syariah miliki BUMN.
Dari pantauan yang dilakukan, Jakarta, Rabu (14/10/2020), saham BRIS hari ini ditutup menguat Rp280 atau 24,89% ke Rp1.405. Namun, itu patut diwaspadai oleh para investor dalam menggelontorkan dananya ke saham tersebut. ( Baca jugaErick Thohir Jamin Tidak Ada PHK Usai 3 Bank Syariah BUMN Dilebur )
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada menilai kenaikan yang dialami BRIS hanya imbas dari efek kejut yang ditunjukan para investor atas merger bank syariah. Tapi, bila dilihat dari jangka panjang atau hingga tahun 2021, prospek itu masih belum bisa diprediksi.
"Trader-trader memanfaatkan kesempatan ini. Kan bisa aja kenaikan tersebut enggak akan sustain," kata Reza kepada Rabu (14/20/2020).
Dia menilai pertumbuhan saham itu tak akan terjadi terlalu lama, karena bergantung dari pemberitaan merger ketiga bank tersebut. "Jadi, boleh dibilang, kenaikan yang terjadi merupakan kenaikan karena reaksi sesaat dari pelaku pasar dan seberapa cepat realisasi atas pemberitaan," katanya. ( Baca juga:Bank Syariah BUMN Dilebur, BRIS Ditetapkan Sebagai Penampung )
Menurut dia, pelaku pasar harus lebih cermat lagi bila mengambil BRIS sebagai investasi jangka panjang. "Yang jelas, setelah merger dilakukan harus kita cek kembali bagaimana pengaruhnya ke kinerja mereka, baik dari sisi lending kredit, pertumbuhan pendapatan, dan kinerja-kinerja lainnnya," ujarnya.
Dari pantauan yang dilakukan, Jakarta, Rabu (14/10/2020), saham BRIS hari ini ditutup menguat Rp280 atau 24,89% ke Rp1.405. Namun, itu patut diwaspadai oleh para investor dalam menggelontorkan dananya ke saham tersebut. ( Baca jugaErick Thohir Jamin Tidak Ada PHK Usai 3 Bank Syariah BUMN Dilebur )
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada menilai kenaikan yang dialami BRIS hanya imbas dari efek kejut yang ditunjukan para investor atas merger bank syariah. Tapi, bila dilihat dari jangka panjang atau hingga tahun 2021, prospek itu masih belum bisa diprediksi.
"Trader-trader memanfaatkan kesempatan ini. Kan bisa aja kenaikan tersebut enggak akan sustain," kata Reza kepada Rabu (14/20/2020).
Dia menilai pertumbuhan saham itu tak akan terjadi terlalu lama, karena bergantung dari pemberitaan merger ketiga bank tersebut. "Jadi, boleh dibilang, kenaikan yang terjadi merupakan kenaikan karena reaksi sesaat dari pelaku pasar dan seberapa cepat realisasi atas pemberitaan," katanya. ( Baca juga:Bank Syariah BUMN Dilebur, BRIS Ditetapkan Sebagai Penampung )
Menurut dia, pelaku pasar harus lebih cermat lagi bila mengambil BRIS sebagai investasi jangka panjang. "Yang jelas, setelah merger dilakukan harus kita cek kembali bagaimana pengaruhnya ke kinerja mereka, baik dari sisi lending kredit, pertumbuhan pendapatan, dan kinerja-kinerja lainnnya," ujarnya.
(uka)