IHT Beri Kontribusi Rp150 Triliun ke Negara

Sabtu, 24 Oktober 2020 - 09:35 WIB
loading...
IHT Beri Kontribusi...
Foto: dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Industri hasil tembakau (IHT) memiliki peran penting dalam menyumbang penerimaan negara melalui cukai hasil tembakau yang mencapai lebih dari Rp150 triliun per tahun selama lima tahun terakhir.

Peneliti dari Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, mengatakan, IHT yang bersifat padat karya mampu menyerap jutaan tenaga kerja dalam rantai produksi maupun distribusi. Fakta ini juga didukung dengan resiliensi IHT dalam menghadapi berbagai krisis ekonomi, termasuk pandemi covid-19. (Baca: Inilah Dosa yang Lebih besar daripada Zina)

Meski demikian, keberlangsungan IHT terus mendapat tekanan yang luar biasa melalui berbagai aturan untuk pengendalian konsumsi maupun untuk kepentingan penerimaan negara. Ketatnya regulasi dan kebijakan kenaikan tarif cukai berdampak pada penurunan volume produksi dan juga penurunan pabrikan rokok.

Menurut Joko, kebijakan kenaikan harga rokok melalui kenaikan harga jual eceran (HJE) maupun pengenaan atau kenaikan cukai rokok yang ditetapkan pemerintah tidak efektif menurunkan jumlah perokok usia dini dan prevalensi stunting. Faktor utama penyebab perokok usia dini adalah lingkungan di dalam dan luar rumah, keingintahuan si anak, pengendali stres, diikuti dengan tingkat pendidikan ayah atau orang tua yang rendah.

Di samping itu, IHT juga menghadapi tekanan yang terus menggerus IHT, salah satunya isu harga rokok terlalu murah mendorong peningkatan prevalensi merokok pada anak usia dini. Tidak hanya itu, isu stunting dan dampaknya bagi kesehatan terus digaungkan. Hal ini memberikan tekanan bagi pemerintah untuk mengendalikan konsumsi produk IHT melalui kenaikan harga dengan simplifikasi tarif dan kenaikan cukai rokok. Harapannya dengan kebijakan harga akan mengubah perilaku masyarakat dalam mengonsumsi produk IHT. (Lihat videonya: Diterjang Angin Puting Beliung, 109 Rumah Rusak di Bekasi Utara)

“Faktor yang menyebabkan banyaknya jumlah perokok usia dini antara lain tingkat pendidikan orang tua, khususnya ayah, yang rendah serta adanya anggota keluarga yang merokok,” kata Joko di Jakarta kemarin. (Heru Febrianto)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1575 seconds (0.1#10.140)