Pertumbuhan Pertanian NTB Perlu Ditingkatkan, DPR: Butuh Waduk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) perlu ditingkatkan seiring dengan penetapan Kabupaten Sumbawa menjadi lumbung pangan jagung. Jagung sendiri merupakan komoditi strategis Kabupaten Sumbawa hingga petani beramai-ramai menanam jagung.
Hal ini dapat dilihat dari luas lahan yang dimanfaatkan petani untuk menanam jagung. Akan tetapi menurut Anggota Komisi IV DPR RI Darori Wonodipuro, permasalahan pertanian di daerah Indonesia karena disebabkan faktor irigasi dan pengairan sehingga mempengaruhi masa panen.
"Data pertanian di Sumbawa kurang bagus. Makanya, perlu ditingkatkan," kata Darori saat dikonfirmasi di Jakarta.
(Baca Juga: Mentan Genjot Produksi Jagung di Sumba Tengah )
Lebih lanjut Ia mengingatkan, pentingnya pembangunan waduk untuk menyimpan air supaya bisa dua kali panen selama setahun di Sumbawa yang dikenal tergantung musim. Diungkapkan Darori, Sumbawa memiliki sungai yang pendek akibatnya air akan cepat mengalir ke laut ketika terjadi hujan.
"Yang dibutuhkan pertanian itu kan air. Bagaimana bisa maju pertaniannya kalau airnya tidak ada, makanya perlu ditingkatkan lagi," ujar Darori.
Sambung dia menekankan pemerintah daerah harus meningkatkan sektor pertanian agar tidak mengecewakan para petani. Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbawa Agus Alwi mengakui, dalam lima tahun terakhir produksi jagung meningkat. Namun, untuk dua tahun belakangan ini hasilnya tetap stagnan.
"Komoditi masih dari jagung untuk 2 tahun belakangan ini relatif stagnan meskipun naik dibanding lima tahun lalu," tutur Agus.
Sektor pertanian pun relatif masih berjalan biasa di saat pandemi COVID-19. "Ya terdampak juga ada dari pandemi ini," katanya.
Perkembangan areal jagung NTB terus meningkat berdasar data BPS sampai April 2019 realisasi mencapai 130.617 hektare atau 74,98 persen. Bila ditambahkan dengan data Rekapitulasi tingkat Kabupaten/ Kota (RKSP) sampai Juli, maka realisasi tanam jagung NTB mencapai 194.071 ha atau mencapai 111,40 persen dari target 174.211 hektare.
(Baca Juga: Mentan Instruksikan Percepatan Tanam Saat Panen Jagung di Jeneponto )
Sementara itu, Luas tanam jagung di kabupaten Sumbawa 49.847 Ha (2015) lalu meningkat pesat pada 2018 menjadi 114.259 Ha. Tren ini terjadi karena harga jagung relatif lebih baik dari harga padi.
Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra Fatika berpendapat, Covid 19 mengakibatkan produksi livebird atau unggas berkurang hingga 50%. “Artinya kebutuhan jagung juga berkurang 50 persen namun produksi tetap. Sehingga mendadak terjadi over supply dan akhirnya harga jatuh,” ujarnya.
Dikatakan Yeka, petani jagung yang mendemo Pemkab Sumbawa sudah benar. “Karena Bupati memiliki tugas dalam menjalankan amanah konstitusi terutama menjamin setiap warga negara memperoleh pendapatan yang layak. Jika gagap seperti ini, artinya pemerintah daerah lengah dalam mengantisipasi penurunan harga produk pertanian saat covid ini,” tuturnya.
Yeka mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sumbawa perlu menyediakan dryer dan gudang dan menerapkan pelaksanaan resi gudang. Dengan adanya resi gudang, kata dia, jagung petani dapat diserap dulu dan dilepas saat harga sudah membaik.
“Selain itu pemkab Sumbawa juga perlu membangun kerjasama langsung dengan industri feedmill, manfaatkan jaringan untuk buat harga kontrak dengan jaminan kepastipan pasokan bahan baku,” tuturnya.
Lihat Juga: Kelompok Petani Jeruk di Curup Bengkulu Jangkau Pasar Lebih Luas Berkat Pemberdayaan BRI
Hal ini dapat dilihat dari luas lahan yang dimanfaatkan petani untuk menanam jagung. Akan tetapi menurut Anggota Komisi IV DPR RI Darori Wonodipuro, permasalahan pertanian di daerah Indonesia karena disebabkan faktor irigasi dan pengairan sehingga mempengaruhi masa panen.
"Data pertanian di Sumbawa kurang bagus. Makanya, perlu ditingkatkan," kata Darori saat dikonfirmasi di Jakarta.
(Baca Juga: Mentan Genjot Produksi Jagung di Sumba Tengah )
Lebih lanjut Ia mengingatkan, pentingnya pembangunan waduk untuk menyimpan air supaya bisa dua kali panen selama setahun di Sumbawa yang dikenal tergantung musim. Diungkapkan Darori, Sumbawa memiliki sungai yang pendek akibatnya air akan cepat mengalir ke laut ketika terjadi hujan.
"Yang dibutuhkan pertanian itu kan air. Bagaimana bisa maju pertaniannya kalau airnya tidak ada, makanya perlu ditingkatkan lagi," ujar Darori.
Sambung dia menekankan pemerintah daerah harus meningkatkan sektor pertanian agar tidak mengecewakan para petani. Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbawa Agus Alwi mengakui, dalam lima tahun terakhir produksi jagung meningkat. Namun, untuk dua tahun belakangan ini hasilnya tetap stagnan.
"Komoditi masih dari jagung untuk 2 tahun belakangan ini relatif stagnan meskipun naik dibanding lima tahun lalu," tutur Agus.
Sektor pertanian pun relatif masih berjalan biasa di saat pandemi COVID-19. "Ya terdampak juga ada dari pandemi ini," katanya.
Perkembangan areal jagung NTB terus meningkat berdasar data BPS sampai April 2019 realisasi mencapai 130.617 hektare atau 74,98 persen. Bila ditambahkan dengan data Rekapitulasi tingkat Kabupaten/ Kota (RKSP) sampai Juli, maka realisasi tanam jagung NTB mencapai 194.071 ha atau mencapai 111,40 persen dari target 174.211 hektare.
(Baca Juga: Mentan Instruksikan Percepatan Tanam Saat Panen Jagung di Jeneponto )
Sementara itu, Luas tanam jagung di kabupaten Sumbawa 49.847 Ha (2015) lalu meningkat pesat pada 2018 menjadi 114.259 Ha. Tren ini terjadi karena harga jagung relatif lebih baik dari harga padi.
Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra Fatika berpendapat, Covid 19 mengakibatkan produksi livebird atau unggas berkurang hingga 50%. “Artinya kebutuhan jagung juga berkurang 50 persen namun produksi tetap. Sehingga mendadak terjadi over supply dan akhirnya harga jatuh,” ujarnya.
Dikatakan Yeka, petani jagung yang mendemo Pemkab Sumbawa sudah benar. “Karena Bupati memiliki tugas dalam menjalankan amanah konstitusi terutama menjamin setiap warga negara memperoleh pendapatan yang layak. Jika gagap seperti ini, artinya pemerintah daerah lengah dalam mengantisipasi penurunan harga produk pertanian saat covid ini,” tuturnya.
Yeka mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sumbawa perlu menyediakan dryer dan gudang dan menerapkan pelaksanaan resi gudang. Dengan adanya resi gudang, kata dia, jagung petani dapat diserap dulu dan dilepas saat harga sudah membaik.
“Selain itu pemkab Sumbawa juga perlu membangun kerjasama langsung dengan industri feedmill, manfaatkan jaringan untuk buat harga kontrak dengan jaminan kepastipan pasokan bahan baku,” tuturnya.
Lihat Juga: Kelompok Petani Jeruk di Curup Bengkulu Jangkau Pasar Lebih Luas Berkat Pemberdayaan BRI
(akr)