Berharap Inflasi Pascapelonggaran PSBB

Senin, 02 November 2020 - 10:11 WIB
loading...
Berharap Inflasi Pascapelonggaran...
Setelah Indonesia mengalami deflasi tiga bulan berturut-turut, indeks harga konsumen Oktober 2020 yang akan diumumkan BPS pada hari ini diperkirakan berada dalam teritori inflasi. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Setelah Indonesia mengalami deflasi tiga bulan berturut-turut, indeks harga konsumen Oktober 2020 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini diperkirakan berada dalam teritori inflasi.



Hal tersebut terlihat dari hasil survei pemantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) Bank Indonesia (BI) yang memproyeksikan bakal ada kenaikan sejumlah harga pangan pada minggu keempat Oktober. Peningkatan harga pangan Oktober menyumbang potensi inflasi sebesar 0,08% (month to month/mtm). (Baca: Kehebatan Seseorang Bisa Diukur dari 3 Perkara Ini)

Dengan perkembangannya, perkiraan inflasi Oktober 2020 secara tahun kalender sebesar 0,97% (year to date/ytd), dan secara tahunan sebesar 1,46% (year on year/yoy). “Penyumbang utama inflasi pada periode laporan berasal dari komoditas pangan,” kata Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjarnako di Jakarta kemarin.

Rinciannya, cabai merah sebesar 0,09% (mtm), bawang merah sebesar 0,03% (mtm), dan minyak goreng dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,04% (mtm) serta beras dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

Menurutnya, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.

“Ini langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” tandasnya.

Meskipun terjadi inflasi, namun peningkatannya masih jauh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut diungkapkan pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda. Dia menilai tingkat inflasi 2020 sudah bisa dipastikan akan jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan sangat mungkin inflasi akan berada di bawah 2%. (Baca juga: Banyak Kaum santri Sudah Berperan di Kancah Internasional)

Pada Oktober kemarin memang diakuinya beberapa kegiatan ekonomi masyarakat sudah mulai membaik sehingga permintaan masyarakat mulai meningkat. “Bulan ini memang diprediksi akan terjadi inflasi secara mtm karena harga pada bulan selanjutnya sudah rendah,” kata Huda saat dihubungi di Jakarta kemarin.

Sedangkan November dan Desember diperkirakan tidak akan banyak membantu inflasi tahun ini karena berkurangnya faktor kenaikan upah yang relatif rendah, bahkan menurut Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) tidak ada pertumbuhan upah minimum provinsi (UMP). “Selain itu, meningkatnya pengangguran juga akan menekan angka inflasi tahun ini,” paparnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1706 seconds (0.1#10.140)