Optimistis Bangkit dari Resesi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia memasuki zona resesi seiring pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 mengalami minus 3,49%. Namun, resesi bukan lantas mati. Indonesia diyakini akan cepat bangkit karena memiliki peta jalan pemulihan ekonomi yang tepat.
Optimisme itu diungkapkan berbagai kalangan berdasar kebijakan-kebijakan positif yang diambil oleh pemerintah dalam rangka penyelamatan ekonomi. Bahkan jika berjalan mulus, maka pada 2021 ekonomi akan kembali pulih. Keyakinan tersebut tak berlebihan. (Baca: Amalan Ringan Ini Bisa Jadi Pembuka Berkah)
Akhir tahun ini saja sektor belanja diperkirakan akan memberi banyak kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Meski masuk dalam zona resesi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 tercatat lebih baik dari kuartal sebelumnya yang mencapai minus 5,3%.
Nada optimisme itu antara lain disampaikan Staf Ahli Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ryan Kiryanto. Dalam pandangan Ryan, membaiknya kontraksi antara kuartal kedua dan ketiga mengindikasikan bahwa jalur pemulihan ekonomi sudah pada arahnya.
“Diyakini mulai kuartal III/2020 dan seterusnya angka PDB akan membaik secara bertahap seiring menguatnya sisi permintaan konsumsi dan pertumbuhan kredit setelah PSBB dilonggarkan,” ungkapnya.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi kuartal ketiga pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 24,28%. Sektor ini akan terus membaik dengan melonggarnya kebijakan PSBB. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) yang tumbuh sebesar 16,93%.
“Di kuartal keempat serapan konsumsi pemerintah akan makin menguat ditambah dengan belanja kesehatan dan sosial melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” paparnya. (Baca juga: Mendikbud Sosialisasikan Skema Perubahan Dana Bos)
Saat memberikan keterangan pers kemarin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto pun mengakui ekonomi pada triwulan III/2020 masih terkontraksi, tetapi tidak sedalam kontraksi pada triwulan kedua. “Beberapa indikator di beberapa negara mengalami perbaikan. Namun, masih terkendala karena adanya Covid-19,” katanya.
Pengamat pasar modal dari Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, zona resesi di dalam negeri dengan minus 3% masih dianggap lebih baik jika dibanding kuartal kedua. “Kita optimistis tahun depan bisa lebih baik dan menjadi tahun pemulihan,” ujarnya pada diskusi di IDX TV Channel Jakarta kemarin.
Optimisme itu diungkapkan berbagai kalangan berdasar kebijakan-kebijakan positif yang diambil oleh pemerintah dalam rangka penyelamatan ekonomi. Bahkan jika berjalan mulus, maka pada 2021 ekonomi akan kembali pulih. Keyakinan tersebut tak berlebihan. (Baca: Amalan Ringan Ini Bisa Jadi Pembuka Berkah)
Akhir tahun ini saja sektor belanja diperkirakan akan memberi banyak kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Meski masuk dalam zona resesi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 tercatat lebih baik dari kuartal sebelumnya yang mencapai minus 5,3%.
Nada optimisme itu antara lain disampaikan Staf Ahli Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ryan Kiryanto. Dalam pandangan Ryan, membaiknya kontraksi antara kuartal kedua dan ketiga mengindikasikan bahwa jalur pemulihan ekonomi sudah pada arahnya.
“Diyakini mulai kuartal III/2020 dan seterusnya angka PDB akan membaik secara bertahap seiring menguatnya sisi permintaan konsumsi dan pertumbuhan kredit setelah PSBB dilonggarkan,” ungkapnya.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi kuartal ketiga pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 24,28%. Sektor ini akan terus membaik dengan melonggarnya kebijakan PSBB. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) yang tumbuh sebesar 16,93%.
“Di kuartal keempat serapan konsumsi pemerintah akan makin menguat ditambah dengan belanja kesehatan dan sosial melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” paparnya. (Baca juga: Mendikbud Sosialisasikan Skema Perubahan Dana Bos)
Saat memberikan keterangan pers kemarin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto pun mengakui ekonomi pada triwulan III/2020 masih terkontraksi, tetapi tidak sedalam kontraksi pada triwulan kedua. “Beberapa indikator di beberapa negara mengalami perbaikan. Namun, masih terkendala karena adanya Covid-19,” katanya.
Pengamat pasar modal dari Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, zona resesi di dalam negeri dengan minus 3% masih dianggap lebih baik jika dibanding kuartal kedua. “Kita optimistis tahun depan bisa lebih baik dan menjadi tahun pemulihan,” ujarnya pada diskusi di IDX TV Channel Jakarta kemarin.