Permintaan Domestik Jadi Kunci Dongkrak Industri Manufaktur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Industri manufaktur mengalami goncangan kuat imbas pandemi Covid-19 . Salah satu kunci mengembalikan kinerja industri manufaktur adalah memperbaiki permintaan domestik.
Ekonom Indef Tauhid Ahmad mengatakan, industri manufaktur non-migas masih terkontraksi 4,02%. Secara umum, subsektor industri manufaktur masih mengalami pelemahan terutama dengan subsektor yang mengandalkan pasar ekspor dan mengandalkan sumberdaya alam.
"Meningkatkan permintaan domestik akan membantu industri dapat berproduksi kembali. Kelas menengah yang merupakan pre-caution consumer perlu kembali melakukan konsumsi," kata Tauhid di Jakarta, Senin (9/11/2020). Menurutnya, kepercayaan konsumen ini akan dihasilkan jika penanganan pandemi semakin membaik.
( )
Dia melanjutkan, pertumbuhan ekspor dan impor masih terus terkontraksi dan cenderung memburuk. "Ini terjadi disebabkan dua hal yaitu industri dalam negeri masih belum berproduksi secara maksimal dan permintaan luar negeri yang masih melemah," katanya.
Tauhid Ahmad menambahkan, percepatan belanja pemerintah, baik belanja modal pemerintah maupun program pemulihan ekonomi nasional, dirasakan masih belum optimal.
( )
"Penting pula memperhatikan belanja pemerintah daerah yang tampaknya perlu didorong lebih kencang lagi. Paling tidak belanja ketiganya bisa mencapai 95% pada akhir kuartal IV Tahun 2020 akan sangat membantu sekali perekonomian nasional," tandasnya.
Ekonom Indef Tauhid Ahmad mengatakan, industri manufaktur non-migas masih terkontraksi 4,02%. Secara umum, subsektor industri manufaktur masih mengalami pelemahan terutama dengan subsektor yang mengandalkan pasar ekspor dan mengandalkan sumberdaya alam.
"Meningkatkan permintaan domestik akan membantu industri dapat berproduksi kembali. Kelas menengah yang merupakan pre-caution consumer perlu kembali melakukan konsumsi," kata Tauhid di Jakarta, Senin (9/11/2020). Menurutnya, kepercayaan konsumen ini akan dihasilkan jika penanganan pandemi semakin membaik.
( )
Dia melanjutkan, pertumbuhan ekspor dan impor masih terus terkontraksi dan cenderung memburuk. "Ini terjadi disebabkan dua hal yaitu industri dalam negeri masih belum berproduksi secara maksimal dan permintaan luar negeri yang masih melemah," katanya.
Tauhid Ahmad menambahkan, percepatan belanja pemerintah, baik belanja modal pemerintah maupun program pemulihan ekonomi nasional, dirasakan masih belum optimal.
( )
"Penting pula memperhatikan belanja pemerintah daerah yang tampaknya perlu didorong lebih kencang lagi. Paling tidak belanja ketiganya bisa mencapai 95% pada akhir kuartal IV Tahun 2020 akan sangat membantu sekali perekonomian nasional," tandasnya.
(ind)