Stop Cemas! BI Pastikan Ketahanan Sektor Keuangan Terjaga Baik

Rabu, 11 November 2020 - 12:13 WIB
loading...
Stop Cemas! BI Pastikan...
Bank Indonesia (BI) menegaskan sektor keuangan nasional tetap terjaga di tengah meluasnya dampak pandemi Covid-19. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memastikan sistem keuangan nasional selama semester pertama tahun ini tetap terjaga di tengah meluasnya dampak pandemi Covid-19. Di sektor perbankan , ketahanan likuiditas diklaim sangat memadai tercermin dari rasio likuiditas yang tinggi, risiko kredit tetap terkendali dan rasio modal yang kuat.

Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjarnako mengatakan, di pasar keuangan dan pasar modal, perilaku risk off investor yang terjadi di bulan Maret dan April 2020 telah mereda sejalan mulai pulihnya kepercayaan investor.

(Baca Juga: Bos OJK: Vaksin Pfizer Angin Segar bagi Sektor Keuangan)

"Kondisi ini tidak terlepas dari berbagai respons kebijakan dan langkah-langkah yang tiada biasa yang telah ditempuh oleh otoritas anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka penyelamatan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan (SSK)," kata Onny di Jakarta, Rabu (11/11/2020).

Bank Indonesia (BI) menempuh bauran kebijakan melalui pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial, memperkuat stabilisasi di pasar valuta asing, menjaga kecukupan likuiditas di sistem keuangan, dan mendorong fungsi intermediasi perbankan. "Ke depan pertumbuhan ekonomi domestik dan stabilitas sistem keuangan diprakirakan akan terus membaik," tandasnya.

(Baca Juga: Selamatkan Bank Seret Likuiditas, BI dan OJK Seiya Sekata)

Namun, pandangan berbeda sebelumnya diungkapkan Ekonom Indef Eko Listiyanto. Dia menilai resesi ekonomi telah memengaruhi sektor keuangan nasional. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan kredit bulanan yang turun di bawah 2%, meningkatnya non-performing loan (NPL) di atas 3%, hingga membengkaknya likuditas namun tidak tersalurkan dengan baik.

Menurut Eko, masih adanya perlambatan pemulihan ekonomi selain disebabkan masih tingginya kasus Covid-19 dan juga tidak bergeraknya investasi masyarakat. Faktor lainnya, lambatnya penanganan Covid, penyerapan anggaran pemulihan ekonomi yang rendah hingga konsumsi masyarakat yang masih stagnan.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1854 seconds (0.1#10.140)