Kebangkitan Ekonomi China dan Jepang Akan Menolong Negara Lain
loading...
A
A
A
Jepang juga tertolong peningkatan konsumsi di dalam negeri yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Produk domestik bruto (PDP) Jepang pada kuartal ketiga tumbuh 5% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, minus 8,2%. (Baca juga: Bali Destinasi Bulan Madu Terbaik di Dunia)
Itu menjadi pemecah rekor pertumbuhan ekonomi tercepat. Dengan tingkat tahunan, maka terjadi ekspansi 21,4%. PDP pada kuartal kedua meliputi April hingga Juni merupakan terburuk sejak 1980 dan lebih parah dibandingkan krisis keuangan 2008.
Pemulihan ekonomi tersebut menjadi kabar baik bagi pemerintah Jepang yang menghindari lockdown. Awal tahun ini Jepang merilis dua paket stimulus senilai USD2,2 triliun. Itu termasuk pembayaran tunai kepada rumah tangga dan pinjaman ringan bagi pengusaha kecil dan menengah.
Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga memerintahkan kabinetnya untuk memberikan paket stimulus lainnya untuk meningkatkan ekonomi Jepang. Meski mengalami pertumbuhan kuartal yang cepat, ekonomi Jepang tetap diperkirakan tenggelam hingga minus 5,6% untuk tahun fiskal yang akan berakhir pada Maret 2021.
Ekonomi global diperkirakan berkontraksi 4,4% pada tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi AS akan berkontraksi hingga 4,3%. (Lihat videonya: Pemerintah Austria Kembali Putuskan Lockdown untuk Kedua Kalinya)
Namun demikian, ekonomi Asia memang mengalami kemajuan dalam pemulihan saat pandemi. Lihat saja China. Pertumbuhan ekonominya telah mencapai 2%. "Kita menyebutnya ledakan Zoom," kata Rpry Green, ekonom pada firma penelitian TS Lombard, dilansir BBC. Kemarin China merilis data yang menunjukkan performa manufaktur tumbuh 6,9% pada Oktober lalu dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Ekspor yang meningkat memang menjadi penolong Jepang. Pemerintah juga akan menggenjot ekspor dan terus memberikan stimulus. "Tidak ada cara kita menjadi lebih optimistis tentang masa depan," kata Yoshiki Shinke, kepala ekonom Dai-Ichi Life Research Institute, dilansir Bloomberg. "Kasus virus terus meningkat di dalam negeri Jepang dan luar negeri. Itu juga akan memperberat ekonomi Jepang dan sentimen rumah tangga," katanya. (Andika H Mustaqim)
Lihat Juga: Ekstrem! Karyawan Bank Jepang Teken Kontrak Darah, Janji Bunuh Diri jika Terbukti Mencuri
Itu menjadi pemecah rekor pertumbuhan ekonomi tercepat. Dengan tingkat tahunan, maka terjadi ekspansi 21,4%. PDP pada kuartal kedua meliputi April hingga Juni merupakan terburuk sejak 1980 dan lebih parah dibandingkan krisis keuangan 2008.
Pemulihan ekonomi tersebut menjadi kabar baik bagi pemerintah Jepang yang menghindari lockdown. Awal tahun ini Jepang merilis dua paket stimulus senilai USD2,2 triliun. Itu termasuk pembayaran tunai kepada rumah tangga dan pinjaman ringan bagi pengusaha kecil dan menengah.
Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga memerintahkan kabinetnya untuk memberikan paket stimulus lainnya untuk meningkatkan ekonomi Jepang. Meski mengalami pertumbuhan kuartal yang cepat, ekonomi Jepang tetap diperkirakan tenggelam hingga minus 5,6% untuk tahun fiskal yang akan berakhir pada Maret 2021.
Ekonomi global diperkirakan berkontraksi 4,4% pada tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi AS akan berkontraksi hingga 4,3%. (Lihat videonya: Pemerintah Austria Kembali Putuskan Lockdown untuk Kedua Kalinya)
Namun demikian, ekonomi Asia memang mengalami kemajuan dalam pemulihan saat pandemi. Lihat saja China. Pertumbuhan ekonominya telah mencapai 2%. "Kita menyebutnya ledakan Zoom," kata Rpry Green, ekonom pada firma penelitian TS Lombard, dilansir BBC. Kemarin China merilis data yang menunjukkan performa manufaktur tumbuh 6,9% pada Oktober lalu dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Ekspor yang meningkat memang menjadi penolong Jepang. Pemerintah juga akan menggenjot ekspor dan terus memberikan stimulus. "Tidak ada cara kita menjadi lebih optimistis tentang masa depan," kata Yoshiki Shinke, kepala ekonom Dai-Ichi Life Research Institute, dilansir Bloomberg. "Kasus virus terus meningkat di dalam negeri Jepang dan luar negeri. Itu juga akan memperberat ekonomi Jepang dan sentimen rumah tangga," katanya. (Andika H Mustaqim)
Lihat Juga: Ekstrem! Karyawan Bank Jepang Teken Kontrak Darah, Janji Bunuh Diri jika Terbukti Mencuri
(ysw)