Arcandra Tahar Bongkar Rahasia Sukses Gojek, Facebook, Tesla, Spotify, dan Alibaba
loading...
A
A
A
Lalu bagaimana menemukan trapped values dan melahirkan solusinya? Arcandra membaginya dalam lima tahapan. Pertama Empati. Ketika ingin menciptakan sesuatu, harus dipahami bahwa kita melakukannya bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk kebutuhan dan keinginan orang lain.
Ia lalu mencontohkan kehadiran spotify. Sebelum aplikasi musik itu lahir tentu ada proses empati, karena saat itu di hampir semua negara penyanyi-penyanti independen tidak bisa menjual karyanya secara langsung. Supply chain di industri musik dalam kontrol penuh perusahaan rekaman.
"Di sinilah empati itu lahir karena kreatifitas jutaan penyanyi di dunia terhambat oleh sistem yang mengontrol industri musik. Empati itu menjadi dasar bagi terciptanya karya dengan mengoptimalkan trapped values," ujarnya.
Kedua, definisikan masalahnya. Ketika banyak artis independen gagal menjual karyanya karena tidak ada label rekaman yang mendukung, inilah yang sebenarnya jadi titik masalah.
Ketiga, Melahirkan Ide. Setelah empati dan menentukan masalah, tahap berikutnya adalah melahirkan sebuah ide yang bisa menjadi solusi atas masalah tersebut. ( Baca juga:Transfer Suap Terakhir Diterima Edhy Prabowo di Luar Negeri, Terpakai Rp1 Miliar )
Keempat membangun prototipe. Solusi butuh sistem, temuan baru dan karena itu prototipe menjadi bagian dari proses solusi yang akan dilahirkan. Aplikasi Gojek merupakan sebuah sistem yang lahir dari ide dan dikembangkan menjadi sebuah propotipe sebelum akhirnya diluncurkan.
Kelima adalah test dan feedback. Ini adalah fase terpenting sebelum solusi yang ditawarkan dapat berkompetisi di pasar dan melayani konsumen. Pengujian dan berbagai masukan dari berbagai pihak harus menjadi prioritas. Karena ini akan menjadi salah satu kunci produk yang dilahirkan memenuhi kebutuhan pasar dan mampu mengoptimalkan trapped values yang ada.
Di Indonesia, baik di pemerintahan, BUMN, swasta tentu banyak sekali trapped values yang bisa ditemukan. Apakah kita bisa mengoptimalkannya menjadi sebuah aset produktif dan solusi? Tentu akan bergantung pada diri kita untuk berani keluar dari kenyamanan dan melahirkan cara-cara baru yang lebih baik, lebih efisien, lebih akuntabel dan tentunya lebih memberi manfaat bagi masyarakat banyak.
"Untuk semua itu maka harus berani gagal dan terus mencoba sampai sukses. Seperti halnya Thomas Alfa Edison yang gagal 1.000 kali sebelum melahirkan lampu pijar. Silakan semua mencoba dan melahirkan karya yang bisa mengoptimalkan trapped values di sekitar Anda," tutup Arcandra.
Ia lalu mencontohkan kehadiran spotify. Sebelum aplikasi musik itu lahir tentu ada proses empati, karena saat itu di hampir semua negara penyanyi-penyanti independen tidak bisa menjual karyanya secara langsung. Supply chain di industri musik dalam kontrol penuh perusahaan rekaman.
"Di sinilah empati itu lahir karena kreatifitas jutaan penyanyi di dunia terhambat oleh sistem yang mengontrol industri musik. Empati itu menjadi dasar bagi terciptanya karya dengan mengoptimalkan trapped values," ujarnya.
Kedua, definisikan masalahnya. Ketika banyak artis independen gagal menjual karyanya karena tidak ada label rekaman yang mendukung, inilah yang sebenarnya jadi titik masalah.
Ketiga, Melahirkan Ide. Setelah empati dan menentukan masalah, tahap berikutnya adalah melahirkan sebuah ide yang bisa menjadi solusi atas masalah tersebut. ( Baca juga:Transfer Suap Terakhir Diterima Edhy Prabowo di Luar Negeri, Terpakai Rp1 Miliar )
Keempat membangun prototipe. Solusi butuh sistem, temuan baru dan karena itu prototipe menjadi bagian dari proses solusi yang akan dilahirkan. Aplikasi Gojek merupakan sebuah sistem yang lahir dari ide dan dikembangkan menjadi sebuah propotipe sebelum akhirnya diluncurkan.
Kelima adalah test dan feedback. Ini adalah fase terpenting sebelum solusi yang ditawarkan dapat berkompetisi di pasar dan melayani konsumen. Pengujian dan berbagai masukan dari berbagai pihak harus menjadi prioritas. Karena ini akan menjadi salah satu kunci produk yang dilahirkan memenuhi kebutuhan pasar dan mampu mengoptimalkan trapped values yang ada.
Di Indonesia, baik di pemerintahan, BUMN, swasta tentu banyak sekali trapped values yang bisa ditemukan. Apakah kita bisa mengoptimalkannya menjadi sebuah aset produktif dan solusi? Tentu akan bergantung pada diri kita untuk berani keluar dari kenyamanan dan melahirkan cara-cara baru yang lebih baik, lebih efisien, lebih akuntabel dan tentunya lebih memberi manfaat bagi masyarakat banyak.
"Untuk semua itu maka harus berani gagal dan terus mencoba sampai sukses. Seperti halnya Thomas Alfa Edison yang gagal 1.000 kali sebelum melahirkan lampu pijar. Silakan semua mencoba dan melahirkan karya yang bisa mengoptimalkan trapped values di sekitar Anda," tutup Arcandra.
(uka)