Kolaborasi Antar Lembaga Dorong Pemulihan Ekspor Produk Kreatif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menegaskan, diperlukan kerja sama berbagai pihak dalam mendorong pemulihan pasar ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia, khususnya pada masa pandemi Covid-19. Untuk itu, Kementerian Perdagangan akan terus meningkatkan sinergitas dengan instansi dan lembaga terkait, salah satunya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam memajukan perekonomian Indonesia.
Hal ini disampaikan Mendag saat menjadi narasumber pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2020dengan tema “Program Pemulihan Pasar Ekspor Produk Ekonomi Kreatif” di Badung, Bali pada Kamis (26/11) lalu.
“Diharapkan ekspor dan daya saing produk ekspor Indonesia, khususnya produk-produk ekonomi kreatif terus meningkat. Untukitudiperlukan dukungan berbagai pihak untuk mencapaitujuan tersebut,” kata Mendag Agus melalui keterangan resminya yang diterima SINDOnews, Sabtu (28/11/2020).
Mendag menyampaikan, produk ekonomi kreatif memiliki peluang yang sangat besar di pasar global. Berdasarkan kinerja ekspor periode Januari-Agustus 2020, beberapa produk ekonomi kreatif yang berpotensi untuk terus tumbuh ekspornyaadalah fesyen, kriya, dan serta makanan olahan. “Produk ini juga memiliki potensi pasar yang cukup beragam mulai dari Eropa, Asia, Amerika, dan Timur Tengah,” tandasnya.
Menurut Mendag, terdapat beberapa tantangan perdagangan produk ekonomi kreatif yang harus dihadapi pada2021.Tantangan tersebut yaitu, pertama,berbagai industri kreatif menunjukkan ketahanan walaupun ada perubahan gaya konsumsi masyarakat. Kedua, revolusi Industri ke-4 dapat dimanfaatkan oleh industri kreatif, khususnya dalam pemanfaatan tren digital. “Penggunaan niaga elektronik, jejaring sosial, dan digital streaming servicesmerupakan kunci dari transformasi media, gim, musik, dan fesyen,” ujarnya.
Mendag mengungkapkan, menurutkajian Kementerian Perdagangan mengenai multiplier analysisdari intangible digital goodsterhadap perekonomian Indonesia, terdapat 10 sektor teratas yang memberikan peningkatan nilai tambah ekonomi secara signifikan. Dari seluruh sektor tersebut, 8 diantaranya merupakan bagian dari subsektor ekonomi kreatif.
“Musik memberikan dampak yang paling signifikan, diikuti penerbitan,dan periklanan. Hasil kajian ini semakin memberikan rasa percaya diri bahwa ekonomi kreatif telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia,” jelas Mendag.
Mendag melanjutkan, kinerja ekspor produk kreatif unggulan seperti produk fesyen, makanan olahan, kerajinan,dan dekorasi rumah menempati peringkat tertinggijika dilihat dari sisi volume dan nilai. Pada periode Januari—September 2020 produk makanan olahan dan dekorasi rumah mencatatkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meski dipengaruhi pandemi.
Pada periode Januari-September 2020, total ekspor produk fesyen Indonesia mencapai USD 10,17 miliar. Negara tujuan utama ekspor produk fesyen adalah Amerika Serikat sebanyak 40,39 persen dari total ekspor, Jepang (8,15 persen), Tiongkok (7,09 persen), Jerman (5,35 persen), dan Belgia (4,83 persen).Untuk produk makanan olahan,total ekspor Indonesia mencapai USD 3,14 miliar. Negara tujuan utama produk makanan olahan adalah Amerika Serikat (21,20persen), Filipina(14,80persen), Malaysia(7,36persen), Singapura(5,29persen) dan Tiongkok(5,25persen).
Sementara untuk produk dekorasi rumahnilai ekspor Indonesia mencapai USD 1,79 miliar. Negara tujuan utama produk dekorasi rumah adalah Amerika Serikat (47,89persen),Jepang(7,76persen), Belanda(5,68persen), Belgia (5,21persen) dan Singapura(4,16 persen).
Mendag berharap produk Indonesia dapatditerima di seluruh negara tujuan ekspor, tanpa mengalami hambatan tarif maupun hambatan nontarif. “Diharapkan produk Indonesia semakin digemari seluruh konsumen mancanegara, sehingga dapat tercipta hubungan bisnis yang berkelanjutan dalam jangka panjangantara eksportir tanah air dan para buyer,” pungkasnya.
Hal ini disampaikan Mendag saat menjadi narasumber pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2020dengan tema “Program Pemulihan Pasar Ekspor Produk Ekonomi Kreatif” di Badung, Bali pada Kamis (26/11) lalu.
“Diharapkan ekspor dan daya saing produk ekspor Indonesia, khususnya produk-produk ekonomi kreatif terus meningkat. Untukitudiperlukan dukungan berbagai pihak untuk mencapaitujuan tersebut,” kata Mendag Agus melalui keterangan resminya yang diterima SINDOnews, Sabtu (28/11/2020).
Mendag menyampaikan, produk ekonomi kreatif memiliki peluang yang sangat besar di pasar global. Berdasarkan kinerja ekspor periode Januari-Agustus 2020, beberapa produk ekonomi kreatif yang berpotensi untuk terus tumbuh ekspornyaadalah fesyen, kriya, dan serta makanan olahan. “Produk ini juga memiliki potensi pasar yang cukup beragam mulai dari Eropa, Asia, Amerika, dan Timur Tengah,” tandasnya.
Menurut Mendag, terdapat beberapa tantangan perdagangan produk ekonomi kreatif yang harus dihadapi pada2021.Tantangan tersebut yaitu, pertama,berbagai industri kreatif menunjukkan ketahanan walaupun ada perubahan gaya konsumsi masyarakat. Kedua, revolusi Industri ke-4 dapat dimanfaatkan oleh industri kreatif, khususnya dalam pemanfaatan tren digital. “Penggunaan niaga elektronik, jejaring sosial, dan digital streaming servicesmerupakan kunci dari transformasi media, gim, musik, dan fesyen,” ujarnya.
Mendag mengungkapkan, menurutkajian Kementerian Perdagangan mengenai multiplier analysisdari intangible digital goodsterhadap perekonomian Indonesia, terdapat 10 sektor teratas yang memberikan peningkatan nilai tambah ekonomi secara signifikan. Dari seluruh sektor tersebut, 8 diantaranya merupakan bagian dari subsektor ekonomi kreatif.
“Musik memberikan dampak yang paling signifikan, diikuti penerbitan,dan periklanan. Hasil kajian ini semakin memberikan rasa percaya diri bahwa ekonomi kreatif telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia,” jelas Mendag.
Mendag melanjutkan, kinerja ekspor produk kreatif unggulan seperti produk fesyen, makanan olahan, kerajinan,dan dekorasi rumah menempati peringkat tertinggijika dilihat dari sisi volume dan nilai. Pada periode Januari—September 2020 produk makanan olahan dan dekorasi rumah mencatatkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meski dipengaruhi pandemi.
Pada periode Januari-September 2020, total ekspor produk fesyen Indonesia mencapai USD 10,17 miliar. Negara tujuan utama ekspor produk fesyen adalah Amerika Serikat sebanyak 40,39 persen dari total ekspor, Jepang (8,15 persen), Tiongkok (7,09 persen), Jerman (5,35 persen), dan Belgia (4,83 persen).Untuk produk makanan olahan,total ekspor Indonesia mencapai USD 3,14 miliar. Negara tujuan utama produk makanan olahan adalah Amerika Serikat (21,20persen), Filipina(14,80persen), Malaysia(7,36persen), Singapura(5,29persen) dan Tiongkok(5,25persen).
Sementara untuk produk dekorasi rumahnilai ekspor Indonesia mencapai USD 1,79 miliar. Negara tujuan utama produk dekorasi rumah adalah Amerika Serikat (47,89persen),Jepang(7,76persen), Belanda(5,68persen), Belgia (5,21persen) dan Singapura(4,16 persen).
Mendag berharap produk Indonesia dapatditerima di seluruh negara tujuan ekspor, tanpa mengalami hambatan tarif maupun hambatan nontarif. “Diharapkan produk Indonesia semakin digemari seluruh konsumen mancanegara, sehingga dapat tercipta hubungan bisnis yang berkelanjutan dalam jangka panjangantara eksportir tanah air dan para buyer,” pungkasnya.
(nng)