Belajar dari Kampung Patin, Majukan Desa dengan Sinergi Triple Helix

Kamis, 03 Desember 2020 - 10:00 WIB
loading...
Belajar dari Kampung Patin, Majukan Desa dengan Sinergi Triple Helix
Ketua STP Riau Eni Sumiarsih. Foto/SINDO/Inda Susanti
A A A
JAKARTA - Pemerintahan presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat lekat dengan frase 'membangun Indonesia dari pinggiran' dengan memperkuat daerah-daerah dan desa.

Selaras dengan itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Kementerian Desa dan PDT terus mendorong pengembangan desa wisata di Indonesia yang saat ini jumlahnya sekitar 1.734 desa.

Untuk memajukan desa, kementerian juga berkolaborasi dengan sejumlah perguruan tinggi untuk melakukan pendampingan terhadap desa-desa wisata di Indonesia.

Salah satunya adalah Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau yang baru saja meraih peringkat pertama pada Apresiasi Perguruan Tinggi Terbaik dalam Pendampingan Desa Wisata 2020 yang digelar Kemenparekraf pada Rabu (2/12).

( )

Ketua STP Riau Eni Sumiarsih menjelaskan, pihaknya melakukan pelatihan dan pendampingan terhadap desa Koto Masjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Riau. Desa yang dikenal sebagai Desa Wisata Kampung Patin itu merupakan pemekaran dari Desa Pulau Gadang dan memiliki pemandangan alam yang eksotis karena berada di paparan waduk PLTA Koto Panjang.

"Desa ini dulunya merupakan salah satu desa yang ditenggelamkan karena dibangunnya PLTA Koto Panjang. Warganya direlokasi ke tempat lebih tinggi yang sekarang namanya menjadi Koto Masjid," ujarnya, Kamis (3/12/2020).

Sebutan Kampung Patin tak lain karena keunikan yang dipunyai desa ini, di mana setiap rumah warga memiliki kolam ikan. Wajar saja karena dulunya mereka banyak yang berprofesi sebagai nelayan. "Dengan pekerjaan mereka sebelumnya nelayan, kami bantu carikan alternatif, salah satunya pengembangan wisata alam," ungkapnya.

Eni menjelaskan, pengembangan desa wisata Kampung Patin melibatkan sinergi triple helix antara akademisi, industri, dan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah.

"Kami bekerja sama dengan Kemenparekraf dan kami berterima kasih karena Kemenparekraf telah memberikan mentor-mentor hebat sehingga kami di STP terus bergiat mewujudkan Koto Masjid menjadi desa yang maju dan mandiri," urainya.

( )

Sementara itu dari industri, dukungan datang dari SKK Migas dan PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) melalui program tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR. "Jadi, pendampingan tidak hanya dalam bentuk pelatihan tapi juga pengadaan fasilitas," imbuhnya.

Dengan sinergi triple helix dan dukungan banyak pihak, ekonomi pariwisata di desa Koto Masjid terus menggeliat. Eni menyontohkan usaha homestay yang pada 2019 hanya ada tiga kini sudah berkembang menjadi 30 homestay. Selain itu, ada tiga pemandu wisata yang sudah bersertifikat.

Tak ketinggalan juga kuliner berbahan baku ikan patin yang dikembangkan menjadi beragam produk seperti otak-otak, naget, kerupuk ikan, empek-empek hingga burger patin.

"Masyarakat berusaha untuk bisa menyediakan semua kebutuhan wisatawan di Kampung Patin, maka mereka membuat produk-produk yang bisa dijadikan souvenir juga," paparnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1280 seconds (0.1#10.140)