Pemerintrah Tetapkan SKSN untuk Tumbuhkan Potensi Ekonomi Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menetapkan Strategi Keamanan Siber Nasional (SKSN) yang merupakan bagian dari strategi keamanan nasional. Strategi ini diharapkan mampu memicu peningkatan keamanan siber yang akan menumbuhkan potensi ekonomi digital di Indonesia.
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian mengatakan, penetapan strategi keamanan siber nasional tersebut ditujukan untuk melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan informasi elektronik dan transaksi elektronik yang mengganggu ketertiban umum. (Baca: Ekonomi Digital RI Bisa Tembus USD65 Miliar di 2022)
Seperti diketahui, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan keamanan siber menjadi isu strategis di berbagai negara. “Indonesia harus siaga menghadapi ancaman kejahatan siber, termasuk kejahatan penyalahgunaan data,” kata Hinsa Siburian, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Menurutnya, terjadinya pandemi Covid-19 saat ini turut mengakselerasi transformasi digital di seluruh dunia. Indikasinya adalah terjadinya peningkatan yang signifikan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di kehidupan masyarakat.
Peningkatan lalu lintas internet dan maraknya penggunaan aplikasi daring turut dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melancarkan serangan siber, seperti malware, phising, SQL Injection, Hijacking, dan Distributed Denial of Service (DDOS). (Baca juga: Canggih, India Gunakan Robot untuk Merawat Pasien)
Selama periode bulan Januari-November 2020, BSSN mendeteksi telah terjadi serangan siber sebanyak lebih dari 423 juta serangan. Jumlah ini lebih banyak hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan jumlah serangan di periode yang sama pada 2019.
Adapun serangan menjadi tren dalam masa pandemi Covid-19 ini adalah pencurian data melalui malware. Hal ini menjadi perhatian karena serangan yang terjadi di dunia maya dapat menyebabkan kerusakan dan terganggunya stabilitas di dunia nyata. (Lihat videonya: HRS Beri Pernyataan tentang Detik-detik Penembakan Laskar FPI)
Data, kata Hinsa Siburian, adalah jenis kekayaan baru bangsa Indonesia. “Kini, data lebih berharga dari minyak sehingga dalam bidang pertahanan keamanan, Indonesia juga harus tanggap dan siap menghadapi perang siber,” katanya. (Sudarsono)
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian mengatakan, penetapan strategi keamanan siber nasional tersebut ditujukan untuk melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan informasi elektronik dan transaksi elektronik yang mengganggu ketertiban umum. (Baca: Ekonomi Digital RI Bisa Tembus USD65 Miliar di 2022)
Seperti diketahui, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan keamanan siber menjadi isu strategis di berbagai negara. “Indonesia harus siaga menghadapi ancaman kejahatan siber, termasuk kejahatan penyalahgunaan data,” kata Hinsa Siburian, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Menurutnya, terjadinya pandemi Covid-19 saat ini turut mengakselerasi transformasi digital di seluruh dunia. Indikasinya adalah terjadinya peningkatan yang signifikan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di kehidupan masyarakat.
Peningkatan lalu lintas internet dan maraknya penggunaan aplikasi daring turut dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melancarkan serangan siber, seperti malware, phising, SQL Injection, Hijacking, dan Distributed Denial of Service (DDOS). (Baca juga: Canggih, India Gunakan Robot untuk Merawat Pasien)
Selama periode bulan Januari-November 2020, BSSN mendeteksi telah terjadi serangan siber sebanyak lebih dari 423 juta serangan. Jumlah ini lebih banyak hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan jumlah serangan di periode yang sama pada 2019.
Adapun serangan menjadi tren dalam masa pandemi Covid-19 ini adalah pencurian data melalui malware. Hal ini menjadi perhatian karena serangan yang terjadi di dunia maya dapat menyebabkan kerusakan dan terganggunya stabilitas di dunia nyata. (Lihat videonya: HRS Beri Pernyataan tentang Detik-detik Penembakan Laskar FPI)
Data, kata Hinsa Siburian, adalah jenis kekayaan baru bangsa Indonesia. “Kini, data lebih berharga dari minyak sehingga dalam bidang pertahanan keamanan, Indonesia juga harus tanggap dan siap menghadapi perang siber,” katanya. (Sudarsono)
(ysw)