Besaran Paket Stimulus Berubah, Ekonomi Uwak Sam Diprediksi Menurun

Jum'at, 11 Desember 2020 - 14:03 WIB
loading...
Besaran Paket Stimulus...
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Skenario politik Amerika Serikat setelah hasil pemilihan suara terkonfirmasi, terlihat sangat mendukung prospek aset berisiko. Prospek pemerintahan Joe Biden yang didukung oleh Dewan Perwakilan Demokrat dan ditentang oleh mayoritas Partai Republik di Senat akan menghasilkan ‘gridlock' antara Gedung Putih dan Kongres. ( Baca juga:Joe Biden dan Kamala Harris Dinobatkan sebagai Person of the Year )

"Situasi itu kemungkinan akan mempersulit pembalikan pemotongan tarif pajak perusahaan yang dilakukan oleh pemerintahan Trump untuk kepentingan aset risiko, dan juga dapat mengurangi ancaman peningkatan regulasi di bawah pemerintahan Biden yang ditujukan untuk sektor-sektor seperti teknologi," jelas Head of Investment Strategy, Bank of Singapore Eli Lee, di Jakarta, Jumat (11/12/2020).

Dengan mobilitas yang tertahan di AS, sambung dia, kemungkinan akan sulit untuk meloloskan program stimulus fiskal skala besar yang kedua untuk mendukung pemulihan AS. Di luar itu, pada puncak pandemi di bulan Maret dan April, anggota Parlemen AS menyetujui bantuan darurat sebesar USD3 triliun untuk ekonomi.

Namun, menurut Eli, manfaat pemerintah senilai USD1,5 triliun telah berakhir, membuat pemulihan ekonomi AS berisiko untuk kembali menurun jika gelombang virus kedua tidak dapat ditangani. ( Baca juga:Kompak, Saham Emiten Rokok Terbakar Kenaikan Cukai )

"Kami masih mengharapkan paket fiskal akan disahkan pada kuartal I-2021, tetapi pemerintahan Biden yang dihadapi dengan Senat Republik mungkin hanya dapat membuat Kongres menyetujui putaran baru bantuan darurat yang lebih terbatas senilai USD0,5-1,0 triliun," sebut dia.

Imbal hasil obligasi US Treasury jangka panjang 10 tahun dan 30 tahun telah terganjal untuk mengantisipasi Demokrat memenangkan Gedung Putih dan Senat. "Tetapi di bawah skenario 'gridlock', kami memperkirakan stimulus fiskal akan terbatas untuk menjaga imbal hasil US treasury yang sangat rendah," ucap Eli.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1384 seconds (0.1#10.140)