Di Masa Pandemi, Indonesia Cetak Sejarah Baru buat UMKM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Bambang Widianto mengatakan, bantuan program PEN untuk sektor UMKM akan menjadi catatan sejarah bangsa Indonesia. Pasalnya, baru kali ini pemerintah menyalurkan bantuan langsung bagi pelaku UMKM di saat krisis. Sementara sebelumnya pemerintah hanya menyalurkan bagi keluarga yang masuk golongan 25% terbawah secara ekonomi.
"Ini pertama kali di saat krisis pemerintah menyalurkan bantuan langsung ke UMKM. Biasanya hanya untuk keluarga golongan ekonomi 25% terbawah. Kita juga sangat butuh bantuan pihak swasta untuk menjaga UMKM. Jangan sampai krisis sektor riil meluas ke sektor finansial. Kita harus jaga setidaknya satu semester ke depan hingga vaksin terdistribusi," ujar Bambang dalam webinar HSBC Sustainability hari ini (15/12) di Jakarta. ( Baca juga:Investasi Masih Mengalir )
Seperti diketahui, pelaku UMKM mendapatkan bantuan dengan nominal Rp2,4 juta. Program bantuan UMKM ini diberikan pemerintah untuk mendukung UMKM di tengah masa pandemi Covid-19.
Pandemi Covid19 berdampak sangat berat ke UMKM. Setidaknya penurunan omzet UMKM sebesar 90% bagi usaha mikro dan 80% bagi skala menengah. "UMKM tertekan karena mereka harus membayar cicilan dan juga utilitas seperti listrik. Karena itu biasanya mereka akan mengurangi jumlah pekerja," tambahnya.
Dia juga memberikan gambaran Indonesia saat ini masih berada di periode survival, lalu berikutnya akan dilanjutkan ke tahap pemulihan. Setelah vaksinasi selesai akan dilanjutkan masa transformasi. Perubahan akan ditandai aktivitas pariwisata yang diperkirakan akan berubah dan tidak akan sama seperti dulu serta di bidang manufaktur juga akan terjadi penyesuaian. ( Baca juga:Insiden Penembakan Laskar FPI, Demokrat Minta Semua Pihak Dukung Komnas HAM )
"Orang tidak akan bisa jalan-jalan seperti biasa namun akan tetap menjaga protokol. Usaha manufaktur juga akan berubah produksinya dan ini akan membutuhkan edukasi SDM," ujarnya.
Tantangan penyaluran bantuan di saat pandemi menjadi berat karena pada saat terjadi pandemi, ekonomi nasional seketika melemah. Sehingga banyak perusahaan mengurangi pekerjanya.
"Mereka yang tadinya tidak rentan, punya rumah dan mobil, tiba-tiba jadi membutuhkan bantuan. Jadi tidak hanya yang di level bawah saja, tapi juga level menengah tidak punya penghasilan," lanjutnya.
"Ini pertama kali di saat krisis pemerintah menyalurkan bantuan langsung ke UMKM. Biasanya hanya untuk keluarga golongan ekonomi 25% terbawah. Kita juga sangat butuh bantuan pihak swasta untuk menjaga UMKM. Jangan sampai krisis sektor riil meluas ke sektor finansial. Kita harus jaga setidaknya satu semester ke depan hingga vaksin terdistribusi," ujar Bambang dalam webinar HSBC Sustainability hari ini (15/12) di Jakarta. ( Baca juga:Investasi Masih Mengalir )
Seperti diketahui, pelaku UMKM mendapatkan bantuan dengan nominal Rp2,4 juta. Program bantuan UMKM ini diberikan pemerintah untuk mendukung UMKM di tengah masa pandemi Covid-19.
Pandemi Covid19 berdampak sangat berat ke UMKM. Setidaknya penurunan omzet UMKM sebesar 90% bagi usaha mikro dan 80% bagi skala menengah. "UMKM tertekan karena mereka harus membayar cicilan dan juga utilitas seperti listrik. Karena itu biasanya mereka akan mengurangi jumlah pekerja," tambahnya.
Dia juga memberikan gambaran Indonesia saat ini masih berada di periode survival, lalu berikutnya akan dilanjutkan ke tahap pemulihan. Setelah vaksinasi selesai akan dilanjutkan masa transformasi. Perubahan akan ditandai aktivitas pariwisata yang diperkirakan akan berubah dan tidak akan sama seperti dulu serta di bidang manufaktur juga akan terjadi penyesuaian. ( Baca juga:Insiden Penembakan Laskar FPI, Demokrat Minta Semua Pihak Dukung Komnas HAM )
"Orang tidak akan bisa jalan-jalan seperti biasa namun akan tetap menjaga protokol. Usaha manufaktur juga akan berubah produksinya dan ini akan membutuhkan edukasi SDM," ujarnya.
Tantangan penyaluran bantuan di saat pandemi menjadi berat karena pada saat terjadi pandemi, ekonomi nasional seketika melemah. Sehingga banyak perusahaan mengurangi pekerjanya.
"Mereka yang tadinya tidak rentan, punya rumah dan mobil, tiba-tiba jadi membutuhkan bantuan. Jadi tidak hanya yang di level bawah saja, tapi juga level menengah tidak punya penghasilan," lanjutnya.
(uka)