Investasi Masih Mengalir
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kendati masih diliputi awan mendung karena dampak pandemi Covid-19 , sektor investasi di Tanah Air diyakini sudah berada di jalur yang tepat ke arah pemulihan. Ini setidaknya bisa dilihat dari sejumlah indikator ekonomi yang mulai bergerak ke arah positif.
Di sektor investasi misalnya, laporan Badan Koordinasi Penaman Modal (BKPM) menyebutkan realisasi investasi hingga September 2020 mencapai Rp611,6 triliun, atau 74,8% dari target yang ditetapkan hingga akhir tahun sebesar Rp817,2 triliun.
Indikator positif lainnya juga terlihat dari indeks belanja manajer (Purchasing Managers Index/PMI) yang naik menjadi 50,6 pada November 2020 dari sebelumnya di 47,8 pada Oktober 2020. Diketahui, indeks PMI di atas 50 menunjukkan adanya pertumbuhan aktivitas manufaktur, sedangkan angka di bawah 50 dapat diartikan terkadi kontraksi. (Baca: Ketika Musibah Datang Sebagai Peringatan)
Kabar lain yang juga cukup menggembirakan adalah aksi korporasi perusahaan-perusahaan di pasar modal. Laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga November 2020, terdapat 46 emiten baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di BEI itu lebih banyak dibanding di negara-negara lain di ASEAN.
“Jumlah IPO ini terbanyak jika dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Filipina,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen di Jakarta, kemarin.
Hoesen mengakui, pasar modal Indonesia tidak luput dari tekanan pandemi Covid-19, kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat terpuruk di titik terendahnya pada Maret lalu, yakni di level 3.937,63. Namun, kemarin IHSG kembali menebus level di atas 6.000, melanjutkan penguatan sepekan sebelumnya yang di kisaran 5.930,76 atau tumbuh -5,85% secara year to date dan kapitalisasi pasar mencapai Rp6.895 triliun.
"Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan tier country di ASEAN, seperti Singapura yang mengalami minus 12,25%, Thailand minus 8,23%, dan Filipina minus 7,83%," katanya.
Dia menuturkan, dari berbagai data indikator pasar modal di atas menunjukkan bahwa kepercayaan publik dan calon emiten terhadap pasar modal Indonesia masih cukup tinggi. "Saya optimistis ke depan pasar modal kita masih akan membukukan kinerja yang lebih baik lagi," kata dia. (Baca juga: Begini Persyaratan Mengikuti SNMPTN 2021)
Optimisme di pasar modal juga direspons baik oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dia berpendapat, naiknya kembali IHSG ke kisaran 6.000 menunjukkan bahwa adanya aliran modal kembali ke Indonesia.
“Tentu ini merupakan kepercayaan yang terus didorong dan menunjukkan aktivitas sektor riil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di 2021," kata Airlangga di Jakarta, kemarin.
Di sektor investasi misalnya, laporan Badan Koordinasi Penaman Modal (BKPM) menyebutkan realisasi investasi hingga September 2020 mencapai Rp611,6 triliun, atau 74,8% dari target yang ditetapkan hingga akhir tahun sebesar Rp817,2 triliun.
Indikator positif lainnya juga terlihat dari indeks belanja manajer (Purchasing Managers Index/PMI) yang naik menjadi 50,6 pada November 2020 dari sebelumnya di 47,8 pada Oktober 2020. Diketahui, indeks PMI di atas 50 menunjukkan adanya pertumbuhan aktivitas manufaktur, sedangkan angka di bawah 50 dapat diartikan terkadi kontraksi. (Baca: Ketika Musibah Datang Sebagai Peringatan)
Kabar lain yang juga cukup menggembirakan adalah aksi korporasi perusahaan-perusahaan di pasar modal. Laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga November 2020, terdapat 46 emiten baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di BEI itu lebih banyak dibanding di negara-negara lain di ASEAN.
“Jumlah IPO ini terbanyak jika dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Filipina,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen di Jakarta, kemarin.
Hoesen mengakui, pasar modal Indonesia tidak luput dari tekanan pandemi Covid-19, kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat terpuruk di titik terendahnya pada Maret lalu, yakni di level 3.937,63. Namun, kemarin IHSG kembali menebus level di atas 6.000, melanjutkan penguatan sepekan sebelumnya yang di kisaran 5.930,76 atau tumbuh -5,85% secara year to date dan kapitalisasi pasar mencapai Rp6.895 triliun.
"Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan tier country di ASEAN, seperti Singapura yang mengalami minus 12,25%, Thailand minus 8,23%, dan Filipina minus 7,83%," katanya.
Dia menuturkan, dari berbagai data indikator pasar modal di atas menunjukkan bahwa kepercayaan publik dan calon emiten terhadap pasar modal Indonesia masih cukup tinggi. "Saya optimistis ke depan pasar modal kita masih akan membukukan kinerja yang lebih baik lagi," kata dia. (Baca juga: Begini Persyaratan Mengikuti SNMPTN 2021)
Optimisme di pasar modal juga direspons baik oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dia berpendapat, naiknya kembali IHSG ke kisaran 6.000 menunjukkan bahwa adanya aliran modal kembali ke Indonesia.
“Tentu ini merupakan kepercayaan yang terus didorong dan menunjukkan aktivitas sektor riil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di 2021," kata Airlangga di Jakarta, kemarin.