Jangan Happy Dulu, Gerak IHSG Masih ‘Berbahaya’ di Semester I/2021
loading...
A
A
A
JAKARTA - Director, Chief Investment Officer PT Jagartha Penasihat Investasi (Jagartha Advisors) Erik Argasetya memperkirakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mengkhawatirkan sepanjang semester pertama 2021.
Sentimen utama yang akan menentukan indeks adalah proses distribusi vaksinasi Covid-19 dan dampaknya di masyarakat. “Akhir tahun ini ekspektasi pasar pada kepastian vaksin. Namun berikutnya yang ditunggu adalah hasil vaksin di masyarakat. Jadi semester satu masih lebih berbahaya dibandingkan semester dua tahun depan,” ujar Erik dalam webinar di Jakarta, Rabu (16/12/2020).
Dia juga memproyeksikan pencapaian IHSG di 2021 akan berada pada kisaran 7.000 hingga level 7.250. Sementara itu PDB Indonesia diprediksi akan berada di kisaran 4,7- 5,3% di 2021.
“Pemulihan ekonomi diperkirakan lebih baik dari 2020. Namun semester pertama masih beresiko. Karena itu pemerintah harus bersinergi dengan sektor bisnis agar mempertahankan momentum pemulihan ekonomi nasional,” tambahnya.
Kenaikan indeks secara sektoral disebutnya akan mengandalkan sejumlah pertumbuhan beberapa sektor yang pulih. Beberapa di antaranya adalah konsumsi untuk sekunder, khususnya untuk mobil dan motor. Tidak seperti di 2020 yang mengandalkan konsumsi primer.
Sektor lainnya yang akan prospektif tahun depan yaitu sektor properti. Karena mengingat suku bunga masih akan cukup rendah. Menurut Erik, properti komersial seperti mal dan perkantoran memang relatif sepi. Namun untuk properti residensial masih tetap menarik.
“Kunci dari properti itu infrastruktur yang kuat dan suku bunganya rendah. Kalau suku bunga bisa mengacu pada bank sentral The Fed yang mempertahankan suku bunga rendah hingga 2023. Berarti kita bisa jadi patokan untuk 1-2 tahun suku bunga acuan harusnya berada di level yang rendah. Diperkirakan suku bunga acuan 7DRRR akan di kisaran 3,50-3,75%,” katanya.
Lihat Juga: 14 Juta Investor Pasar Modal Indonesia, AEI Dorong Sinergi Emiten dalam Membangun Ekonomi
Sentimen utama yang akan menentukan indeks adalah proses distribusi vaksinasi Covid-19 dan dampaknya di masyarakat. “Akhir tahun ini ekspektasi pasar pada kepastian vaksin. Namun berikutnya yang ditunggu adalah hasil vaksin di masyarakat. Jadi semester satu masih lebih berbahaya dibandingkan semester dua tahun depan,” ujar Erik dalam webinar di Jakarta, Rabu (16/12/2020).
Dia juga memproyeksikan pencapaian IHSG di 2021 akan berada pada kisaran 7.000 hingga level 7.250. Sementara itu PDB Indonesia diprediksi akan berada di kisaran 4,7- 5,3% di 2021.
“Pemulihan ekonomi diperkirakan lebih baik dari 2020. Namun semester pertama masih beresiko. Karena itu pemerintah harus bersinergi dengan sektor bisnis agar mempertahankan momentum pemulihan ekonomi nasional,” tambahnya.
Kenaikan indeks secara sektoral disebutnya akan mengandalkan sejumlah pertumbuhan beberapa sektor yang pulih. Beberapa di antaranya adalah konsumsi untuk sekunder, khususnya untuk mobil dan motor. Tidak seperti di 2020 yang mengandalkan konsumsi primer.
Sektor lainnya yang akan prospektif tahun depan yaitu sektor properti. Karena mengingat suku bunga masih akan cukup rendah. Menurut Erik, properti komersial seperti mal dan perkantoran memang relatif sepi. Namun untuk properti residensial masih tetap menarik.
“Kunci dari properti itu infrastruktur yang kuat dan suku bunganya rendah. Kalau suku bunga bisa mengacu pada bank sentral The Fed yang mempertahankan suku bunga rendah hingga 2023. Berarti kita bisa jadi patokan untuk 1-2 tahun suku bunga acuan harusnya berada di level yang rendah. Diperkirakan suku bunga acuan 7DRRR akan di kisaran 3,50-3,75%,” katanya.
Lihat Juga: 14 Juta Investor Pasar Modal Indonesia, AEI Dorong Sinergi Emiten dalam Membangun Ekonomi
(her)