Bank Syariah Indonesia, Menuju Top 10 Dunia
loading...
A
A
A
Sementara di segmen korporasi dan wholesale, Bank Syariah Indonesia akan memiliki kemampuan untuk masuk ke sektor-sektor industri yang belum terpenetrasi maksimal oleh perbankan Syariah. (Baca juga: Juventus Mungkin sedang Menghukum Paolo Dybala)
Anggota Komisi VI DPR Andre Rosiade menilai merger tiga bank syariah BUMN, yakni BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan BNI Syariah sebagai langkah yang tepat untuk meningkatkan ekonomi syariah di Indonesia. Akselerasi perkembangan perbankan syariah akan terdorong lebih cepat dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Terlebih lagi, potensi itu didukung pangsa pasar sangat besar dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. “Ini sangat baik dan bagus dari Pemerintah Indonesia untuk menyediakan bank syariah yang kuat. Apalagi, potensi iklim ekonomi syariah sudah semakin tumbuh dan ada keinginan masyarakat menabung di bank syariah,” tutur Andre, kemarin.
Di sisi lain, dia mengingatkan merger itu nantinya akan menghadapi tantangan. Misalnya, reorganisasi secara besar-besaran di lingkungan ketiga bank tersebut. Namun, dirinya mengingatkan kepada pemerintah agar menjamin tidak adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan. “Catatan yang paling penting, tentu tidak boleh ada PHK atau pengurangan karyawan. Itu catatan penting bagi kami,” tandasnya. (Baca juga: Indonesia Bisa Menjadi Kekuatan Kakao Baru di Dunia)
Pengamat ekonomi syariah Azis Budi Setiawan mengatakan, merger ini sebenarnya aspirasi yang sudah berkembang lama. Tujuannya, untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas bank syariah di Indonesia. Tentu saja, langsung mengerek skala aset dan ekonomi. Dalam jangka panjang akan membuat bank syariah lebih kompetitif, baik di tingkat nasional maupun internasional.
“Skala besar akan bermanfaat untuk memperluas jaringan, teknologi, dan menarik sumber daya manusia (SDM) terbaik. Investasi teknologi dan peningkatan layanan digital banking yang sudah menjadi konsen dari semua bank. Itu membutuhkan investasi yang besar. Itu sangat sulit jika bank syariah tidak besar,” ujarnya, saat dihubungi KORAN SINDO, Rabu (16/12/2020).
Azis menerangkan selama ini hanya bank-bank besar yang mempunyai jaringan dan layanan hingga ke daerah pelosok. Sementara itu, bank-bank kecil hanya berkutat di kota-kota besar. Pasar di tingkat kecamatan ini potensial untuk digarap oleh bank syariah. Namun, Bank Syariah Indonesia ini harus memiliki rencana bisnis yang baik. (Lihat videonya: Menikmati Taman Bunga Celosia di Banyumas)
“Satu lagi tantangannya, visi pemerintah yang menginginkan keuangan syariah Indonesia menjadi hub internasional. Hal ini belum ada terobosan yang signifikan untuk meningkatkan market share. Merger ini sifatnya hanya menggabungkan, tapi belum menambah market share,” tuturnya. (Rina ANggraeni/Aditya Pratama/Faorick Pakpahan/F.W Bahtiar)
Anggota Komisi VI DPR Andre Rosiade menilai merger tiga bank syariah BUMN, yakni BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan BNI Syariah sebagai langkah yang tepat untuk meningkatkan ekonomi syariah di Indonesia. Akselerasi perkembangan perbankan syariah akan terdorong lebih cepat dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Terlebih lagi, potensi itu didukung pangsa pasar sangat besar dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. “Ini sangat baik dan bagus dari Pemerintah Indonesia untuk menyediakan bank syariah yang kuat. Apalagi, potensi iklim ekonomi syariah sudah semakin tumbuh dan ada keinginan masyarakat menabung di bank syariah,” tutur Andre, kemarin.
Di sisi lain, dia mengingatkan merger itu nantinya akan menghadapi tantangan. Misalnya, reorganisasi secara besar-besaran di lingkungan ketiga bank tersebut. Namun, dirinya mengingatkan kepada pemerintah agar menjamin tidak adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan. “Catatan yang paling penting, tentu tidak boleh ada PHK atau pengurangan karyawan. Itu catatan penting bagi kami,” tandasnya. (Baca juga: Indonesia Bisa Menjadi Kekuatan Kakao Baru di Dunia)
Pengamat ekonomi syariah Azis Budi Setiawan mengatakan, merger ini sebenarnya aspirasi yang sudah berkembang lama. Tujuannya, untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas bank syariah di Indonesia. Tentu saja, langsung mengerek skala aset dan ekonomi. Dalam jangka panjang akan membuat bank syariah lebih kompetitif, baik di tingkat nasional maupun internasional.
“Skala besar akan bermanfaat untuk memperluas jaringan, teknologi, dan menarik sumber daya manusia (SDM) terbaik. Investasi teknologi dan peningkatan layanan digital banking yang sudah menjadi konsen dari semua bank. Itu membutuhkan investasi yang besar. Itu sangat sulit jika bank syariah tidak besar,” ujarnya, saat dihubungi KORAN SINDO, Rabu (16/12/2020).
Azis menerangkan selama ini hanya bank-bank besar yang mempunyai jaringan dan layanan hingga ke daerah pelosok. Sementara itu, bank-bank kecil hanya berkutat di kota-kota besar. Pasar di tingkat kecamatan ini potensial untuk digarap oleh bank syariah. Namun, Bank Syariah Indonesia ini harus memiliki rencana bisnis yang baik. (Lihat videonya: Menikmati Taman Bunga Celosia di Banyumas)
“Satu lagi tantangannya, visi pemerintah yang menginginkan keuangan syariah Indonesia menjadi hub internasional. Hal ini belum ada terobosan yang signifikan untuk meningkatkan market share. Merger ini sifatnya hanya menggabungkan, tapi belum menambah market share,” tuturnya. (Rina ANggraeni/Aditya Pratama/Faorick Pakpahan/F.W Bahtiar)
(ysw)