Ramalan ADB: Sektor Pariwisata Masih Sempoyongan Tahun Depan

Senin, 28 Desember 2020 - 19:25 WIB
loading...
Ramalan ADB: Sektor...
Ilustrasi asyiknya liburan keluarga di Borobudur. FOTO/ANTARA
A A A
JAKARTA - Vice President Asian Development Bank (ADB) Bambang Susantono mengatakan, selama pandemi, sektor pariwisata memang menjadi salah satu yang paling terpukul pada tahun ini. Oleh karena itu, banyak pemerintah di beberapa negara yang menyuntikan modal atau insentif untuk membantu sektor pariwisata. Namun tampaknya, hal tersebut masih akan berlangsung pada tahun depan. Mengingat banyaknya traveler yang menahan diri untuk melakukan bepergian lintas negara.

"Kecenderungan daripada kedatangan turis atau tourist arrival luar biasa dampaknya. Dan itu sebabnya banyak negara yang menyuntikkan modal demi menyelamatkan maskapai-maskapai penerbangan. Yang menarik di sini adalah kalau kita bicara mengenai sektor pariwisata, tampaknya sektor ini masih belum bisa pulih pada tahun 2021," ujarnya dalam sebuah diskusi virtual, Senin (28/12/2020).



Bukan tanpa alasan lanjut Bambang, mengapa dirinya mengatakan hal tersebut. Karena berdasarkan survey dari Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA) menunjukan 50% lebih wisatawan yang biasa traveling ke luar negeri, menunda rencana liburannya. Setidaknya penundaan perjalanan ini akan berlangsung selama enam bulan ke depan.

Hal ini akan bisa menjadi ancang-ancang bagi industri pariwisata di tahun depan. Selain juga memang sektor penerbangan juga akan terkena imbas dari hal tersebut karena penumpang akan mengalami penurunan.

"Dari survey yang dilakukan oleh IATA menunjukkan lebih dari 50% mereka yang melakukan travelling internasional, mereka tidak akan melakukan perjalanan selama enam bulan hingga setahun ke depan. Ini tentunya akan mempengaruhi arus dari penumpang, dan tentunya akan juga mempengaruhi penerbangan," jelasnya.



Oleh karena itu lanjut Bambang, pemerintah beberapa negara termasuk Indonesia harus mulai menyiapkan strategi untuk menghadapi tantangan tersebut. Misalnya saja untuk menggenjot wisatawan domestik agar mau pergi berlibur di objek wisata di Indonesia.

"Tampaknya wisatawan dan penumpang domestik yang harus digenjot untuk membantu sektor pariwisata di masa Covid-19.Itu memang terjadi di beberapa negara, bahwa mereka pada akhirnya lebih look inside ketimbang mereka melakukan banyak pembukaan zona batas lintas negara atau travel bubble," jelas Bambang
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2043 seconds (0.1#10.140)