Negara-negara Ini Diprediksi Bakal Pimpin Pemulihan Ekonomi Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Negara-negara dengan likuiditas kuat akan tetap menarik bagi sebagian besar investasi domestik dan mancanegara, menyusul pemulihan yang mulai terlihat pada kuartal ketiga 2020.
Menurut CEO Capital Markets, Asia Pacific, JLL Stuart Crow, negara Jepang, China, dan Korea Selatan berkontribusi sebesar tiga perempat dari keseluruhan aktivitas transaksi pada 2020. Itu didorong oleh penanganan virus Covid-19 yang efektif, kinerja ekonomi yang tangguh, dan sumber modal domestik yang kuat.
(Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Global Masih Terbatas, Hanya China yang Diramal Tumbuh Positif)
"JLL memprediksi bahwa aktivitas investasi akan terakselerasi di negara-negara tersebut, melampaui ekonomi regional lainnya," kata dia dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (29/12/2020).
Sementara volume transaksi langsung properti komersial turun 28% antara kuartal pertama dan ketiga di tahun 2020, laju penurunan ini melambat setelah paruh pertama.
Menurut JLL, tingkat bunga pinjaman dan pendapatan yang rendah akan semakin memperkuat daya tarik penghasilan yang tinggi dan pertumbuhan aset yang rendah. Investor tampaknya akan berfokus pada pemasukan secara tunai, di mana sektor logistik seharusnya mengungguli sektor perkantoran di sebagian besar pasar Asia Pasifik.
Pertumbuhan investasi pada properti multi-keluarga dan aset yang disewakan juga akan naik tahun depan, di dorong oleh generasi baru penyewa properti, dukungan kebijakan pemerintah, dan tingkat bunga pinjaman rendah yang telah menurunkan pemasukan properti di sejumlah kota di Asia Pasifik.
Pemulihan Ekonomi Ditentukan Karakteristik Suatu Daerah, Kok Bisa?
Kenaikan jumlah transaksi di bulan-bulan terakhir tahun ini akan berlanjut pada 2021, didorong oleh komitmen para investor untuk meningkatkan eksposur terhadap sektor real estat di Asia Pasifik.
"Dalam jangka waktu ke depan, prospek investasi akan tetap positif di tengah rendahnya tingkat suku bunga pinjaman, likuiditas yang berlebih, dan keinginan untuk mengejar keuntungan," kata dia.
Menurut CEO Capital Markets, Asia Pacific, JLL Stuart Crow, negara Jepang, China, dan Korea Selatan berkontribusi sebesar tiga perempat dari keseluruhan aktivitas transaksi pada 2020. Itu didorong oleh penanganan virus Covid-19 yang efektif, kinerja ekonomi yang tangguh, dan sumber modal domestik yang kuat.
(Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Global Masih Terbatas, Hanya China yang Diramal Tumbuh Positif)
"JLL memprediksi bahwa aktivitas investasi akan terakselerasi di negara-negara tersebut, melampaui ekonomi regional lainnya," kata dia dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (29/12/2020).
Sementara volume transaksi langsung properti komersial turun 28% antara kuartal pertama dan ketiga di tahun 2020, laju penurunan ini melambat setelah paruh pertama.
Menurut JLL, tingkat bunga pinjaman dan pendapatan yang rendah akan semakin memperkuat daya tarik penghasilan yang tinggi dan pertumbuhan aset yang rendah. Investor tampaknya akan berfokus pada pemasukan secara tunai, di mana sektor logistik seharusnya mengungguli sektor perkantoran di sebagian besar pasar Asia Pasifik.
Pertumbuhan investasi pada properti multi-keluarga dan aset yang disewakan juga akan naik tahun depan, di dorong oleh generasi baru penyewa properti, dukungan kebijakan pemerintah, dan tingkat bunga pinjaman rendah yang telah menurunkan pemasukan properti di sejumlah kota di Asia Pasifik.
Pemulihan Ekonomi Ditentukan Karakteristik Suatu Daerah, Kok Bisa?
Kenaikan jumlah transaksi di bulan-bulan terakhir tahun ini akan berlanjut pada 2021, didorong oleh komitmen para investor untuk meningkatkan eksposur terhadap sektor real estat di Asia Pasifik.
"Dalam jangka waktu ke depan, prospek investasi akan tetap positif di tengah rendahnya tingkat suku bunga pinjaman, likuiditas yang berlebih, dan keinginan untuk mengejar keuntungan," kata dia.
(fai)