Minyak Jelantah Bisa Penuhi Sebagian Kebutuhan Biodiesel Nasional

Kamis, 07 Januari 2021 - 21:34 WIB
loading...
Minyak Jelantah Bisa...
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna mengatakan, kalau bisa kita kelola (minyak jelantah) dengan baik, bisa memenuhi sebagian kebutuhan biodiesel nasional. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Indonesia termasuk salah satu negara pengguna minyak sawit yang cukup banyak. Pada 2019, penggunaan minyak goreng di Tanah Air mencapai 13 juta ton per tahun atau setara dengan 16,2 juta kiloliter per tahun. Sedangkan potensi minyak jelantah setiap tahunnya 3 juta kiloliter.

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna mengatakan, bahwa minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) memiliki berbagai kegunaan, terutama untuk biodiesel . "Kalau bisa kita kelola (minyak jelantah) dengan baik, bisa memenuhi sebagian kebutuhan biodiesel nasional," ucap Andriah dalam webinar bertema Peluang Minyak Jelantah Sebagai Alternatif Bahan Baku Biodiesel, Kamis (7/1/2021).

(Baca Juga: Penggunaan Minyak Jelantah Sebagai Bahan Baku Biodiesel Atasi Fluktuasi HIP )

Selain itu, pengembangan biodiesel berbasis minyak jelantah memiliki peluang untuk dipasarkan baik di dalam negeri maupun untuk diekspor. Dipasarkan di luar negeri pun memiliki peluang yang cukup besar. Dengan memanfaatkan minyak jelantah, biaya produksi pun bisa lebih hemat 35%, dibandingkan dengan biodiesel dari minyak nabati yang dihasilkan dari tanaman buah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO).

"Tapi, ini harus dilihat lagi, karena kita liat dari beberapa industri yang ada tidak bisa sustain. Ada hal-hal yang memengaruhi biaya operasionalnya," ungkap Andriah.

Sementara itu, untuk pemanfaatan minyak jelantah sebagai feedstock biorefinery, menurut VP Strategic Planing Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional Prayitno masih ada hal yang harus dipikirkan. "Untuk UCO yang menjadi salah satu PRnya bagaimana kita mengumpulkan minyak jelantah untuk skala industri, termasuk logistik dan handling. Kita bisa benchmark dari perusahaan di luar (negeri), bagaimana mereka mengumpulkan minyak jelantah," jelas Prayitno.

"Untuk CPO, kita perlu jaminan feedstock serta semacam kebijakan atau support dari stakeholder untuk memastikan secara bisnis juga, baik bagi perusahaan yang melaksanakan kegiatan ini," sambungnya.

Apabila sekitar 1,2 juta kilo biodiesel dari kelapa sawit diganti dengan minyak jelantah yang dikumpulkan dari sektor rumah tangga, maka bisa menghemat sekitar Rp 4,2 triliun. Angka itu sesuai dengan angka data produksi biodiesel dari 2020. Namun, ada tantangan untuk mewujudkan hal tersebut.

"Kita enggak menutup mata pengumpulan use cooking oil dari sektor rumah tangga akan sangat susah dilakukan, bukan berarti susah itu enggak bisa dilakukan," pungkas Tenny Kristiana, Researcher ICCT untuk Program Bahan Bakar.

Pada 2018, studi The International Council on Clean Transportation (ICCT) menyebutkan produksi minyak jelantah dari restoran, hotel, hingga sekolah mencapai 157 juta liter untuk wilayah perkotaan saja. Adapun produksi dari sektor rumah tangga bahkan mencapai 1.638 juta liter.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1039 seconds (0.1#10.140)