Diserbu Corona, Serapan Biodiesel Anjlok

Kamis, 14 Januari 2021 - 18:01 WIB
loading...
Diserbu Corona, Serapan...
Ilustrasi. FOTO/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Realisasi penyerapan biodiesel pada tahun 2020 mencapai 8,40 juta kilo liter (KL). Angka ini lebih rendah dari alokasi yang ditetapkan sebesar 9,55 juta KL. Sementara itu, dibandingkan dengan target purchase order (PO), realisasi penyerapan biodiesel tahun 2020 mencapai 90,08% dari target PO sebesar 9,33 juta kL.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, terjadi penurunan penyerapan biodiesel pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19 sebesar 12% dari alokasi yang ditetapkan, seiring dengan penurunan konsumsi solar.

"Jadi bukan karena biodiesel tidak bisa dikirim ke tempat pencampuran tetapi memang konsumsi solar nasional turun. Otomatis penyerapan biodiesel juga turun," ujarnya dalam konferensi pers Capaian Kinerja 2020 dan Rencana Kerja 2021 secara virtual, Kamis (14/1/2021).



Dadan melanjutkan, pemerintah terus meningkatkan pemanfaatan biodiesel guna mengurangi impor dan menghemat devisa. Melalui program mandatori biodiesel 30% (B30) yang telah diluncurkan sejak Januari 2020, prognosa realisasi pemanfaatan biodiesel untuk domestik mencapai 8,46 juta KL. Capaian ini berkontribusi pada penghematan devisa sebesar Rp38,31 triliun atau sekitar USD2,66 miliar (perhitungan menggunakan rata-rata MOPS Solar 2020 sebesar 50 USD/BBL dan Kurs Rp14.000 per USD).

"Realisasi sebesar 8,46 juta KL ini meningkat dibanding tahun 2019 yang sebesar 6,39 juta KL. Naik 2 juta KL. Memang targetnya 3 juta KL tetapi karena pandemi, konsumsi berkurang. Ini bisa menghemat dan menghindari impor solar sebesar USD2,7 miliar," jelasnya.



Dia menambahkan, pemanfaatan biodiesel ini juga harus diperbaiki dari sisi kualitas bahan bakarnya khususnya terhadap emisi karbon. Adapun pemanfaatan biodiesel domestik pada tahun 2021 ditargetkan mencapai 9,20 juta KL.

"Selain itu juga meningkatkan nilai sawit itu sendiri yang selama ini diekspor dalam bentuk CPO. Di sisi lain keseimbangan ekspor dan konsumsi di dalam negeri sehingga mendapatkan harga yang cukup baik untuk ekspor dan harga yang cocok untuk produksi biodieselnya setelah dikombinasikan dengan pungutan ekspor," tandasnya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1817 seconds (0.1#10.140)