Kementerian BUMN: Holding Baterai Listrik Rampung Tahun Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan Holding Indonesia Battery Corporation akan terbentuk pada semester I-2020. Holding tersebut diri dari PT Aneka Tambang Tbk atau Antam, PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND.ID
Ketiga perseroan plat merah itu akan bergabung dan dinaungi oleh MIND.ID. Wakil Menteri (Wamen) BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan, MIND.ID ada Antam akan fokus pada sektor hulu. Dimana, kedua perseroan akan bertanggung jawab pada penambangan dan memproses bahan baterai seperti nikel dan alumunium menjadi sulfat. Sementara PLN dan Pertamina fokus di sektor hilirnya. Tugas yang dikerjakan adalah pembentukan baterai, distribusinya, dan membuat penyimpanan di tingkat rumah tangga.
"Kita berharap pembentukan IBC bisa dibentuk di semester I tahun ini. Kita sudah sepakati antara empat perusahaan ini, mudah-mudahan sudah bisa berdiri," ujar Pahala Selasa (2/2/2021).
Saat ini Kementerian BUMN tengah berdiskusi dengan sejumlah mitra yang akan bergabung dalam penggarapan mega proyek tersebut. Dalam prosesnya, Holding Indonesia Battery Corporation menggandeng produsen asal Korea Selatan, yakni perusahaan electric vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan listrik, LG Energy Solution Ltd.
"Jangka waktunya pembentukan Indonesia baterai corp bisa dibentuk semester 1-2021 ini. Ini sudah disebutkan diskusi di BUMN, dan para calon mitra, timeline di semester 1 ini, IBC bisa berdiri jadi satu perusahaan nantinya bisa tanda tangan kerja sama dan pengembangan joint venture dengan calon-calon mitra," katanya.
Indonesia dinilai mampu membangun industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi. Keyakinan itu bertolak dari kondisi ekonomi Indonesia yang diklaim menempati posisi ke-7 sebagai negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2020.
Pertumbuhan ekonomi yang baik akan mempengaruhi kemampuan otoritas suatu negara untuk mengeksplorasi dan mengelola industri baterai. Dalam konteks itu, Indonesia memiliki kekuatan yang mumpuni untuk mendorong perkembangan industri baterai kendaraan listrik yang tengah digodok sejumlah BUMN Energi.
"Disisi lain, kita sebagai negara yang memiliki posisi yang sangat kuat sumber daya mineral hulu, khususnya saat ini adalah mineral yang sangat dibutuhkan untuk melakukan atau untuk memproduksi baterai. Salah satu kandungan yang paling utama untuk produksi baterai adalah nikel dan Indonesia memiliki cadangan nomor 1 untuk bisa berproduksi nikel di dunia saat ini," kata dia.
Tim Percepatan pembangunan industri baterai kendaraan listrik sendiri tengah menyusun roadmap atau peta jalan industri baterai hingga tajun 2027 mendatang. Untuk mendukung hal itu, pemerintah tengah menggenjot pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
Saat ini, sudah ada 32 titik SPKLU di 22 lokasi dan proyek percontohan (pilot project) 33 SPBKLU. Sementara pada 2021, direncanakan akan ada pengembangan sistem penyimpanan energi atau Energy Storage System (ESS). Pada 2022 OEM ditargetkan akan mulai memproduksi kendaraan listrik di Indonesia. Lalu, pada 2024 smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) ditargetkan mulai beroperasi yang dikembangkan oleh PT Aneka Tambang Tbk dan pabrik Pabrik Precursor baterai dan katoda mulai beroperasi yang dikerjakan Pertamina dan MIND ID.
Ketiga perseroan plat merah itu akan bergabung dan dinaungi oleh MIND.ID. Wakil Menteri (Wamen) BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan, MIND.ID ada Antam akan fokus pada sektor hulu. Dimana, kedua perseroan akan bertanggung jawab pada penambangan dan memproses bahan baterai seperti nikel dan alumunium menjadi sulfat. Sementara PLN dan Pertamina fokus di sektor hilirnya. Tugas yang dikerjakan adalah pembentukan baterai, distribusinya, dan membuat penyimpanan di tingkat rumah tangga.
"Kita berharap pembentukan IBC bisa dibentuk di semester I tahun ini. Kita sudah sepakati antara empat perusahaan ini, mudah-mudahan sudah bisa berdiri," ujar Pahala Selasa (2/2/2021).
Saat ini Kementerian BUMN tengah berdiskusi dengan sejumlah mitra yang akan bergabung dalam penggarapan mega proyek tersebut. Dalam prosesnya, Holding Indonesia Battery Corporation menggandeng produsen asal Korea Selatan, yakni perusahaan electric vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan listrik, LG Energy Solution Ltd.
"Jangka waktunya pembentukan Indonesia baterai corp bisa dibentuk semester 1-2021 ini. Ini sudah disebutkan diskusi di BUMN, dan para calon mitra, timeline di semester 1 ini, IBC bisa berdiri jadi satu perusahaan nantinya bisa tanda tangan kerja sama dan pengembangan joint venture dengan calon-calon mitra," katanya.
Indonesia dinilai mampu membangun industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi. Keyakinan itu bertolak dari kondisi ekonomi Indonesia yang diklaim menempati posisi ke-7 sebagai negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2020.
Pertumbuhan ekonomi yang baik akan mempengaruhi kemampuan otoritas suatu negara untuk mengeksplorasi dan mengelola industri baterai. Dalam konteks itu, Indonesia memiliki kekuatan yang mumpuni untuk mendorong perkembangan industri baterai kendaraan listrik yang tengah digodok sejumlah BUMN Energi.
"Disisi lain, kita sebagai negara yang memiliki posisi yang sangat kuat sumber daya mineral hulu, khususnya saat ini adalah mineral yang sangat dibutuhkan untuk melakukan atau untuk memproduksi baterai. Salah satu kandungan yang paling utama untuk produksi baterai adalah nikel dan Indonesia memiliki cadangan nomor 1 untuk bisa berproduksi nikel di dunia saat ini," kata dia.
Tim Percepatan pembangunan industri baterai kendaraan listrik sendiri tengah menyusun roadmap atau peta jalan industri baterai hingga tajun 2027 mendatang. Untuk mendukung hal itu, pemerintah tengah menggenjot pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
Saat ini, sudah ada 32 titik SPKLU di 22 lokasi dan proyek percontohan (pilot project) 33 SPBKLU. Sementara pada 2021, direncanakan akan ada pengembangan sistem penyimpanan energi atau Energy Storage System (ESS). Pada 2022 OEM ditargetkan akan mulai memproduksi kendaraan listrik di Indonesia. Lalu, pada 2024 smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) ditargetkan mulai beroperasi yang dikembangkan oleh PT Aneka Tambang Tbk dan pabrik Pabrik Precursor baterai dan katoda mulai beroperasi yang dikerjakan Pertamina dan MIND ID.
(nng)