Simak! Ambisi RI Jadi Raja Industri Baterai Mobil Listrik Dunia

Senin, 01 Februari 2021 - 19:15 WIB
loading...
Simak! Ambisi RI Jadi Raja Industri Baterai Mobil Listrik Dunia
Ilustrasi. FOTO/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/ EV Battery) Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan, pemerintah memiliki tiga ambisi besar mengembangkan industri baterai kendaraan listrik bekelas dunia pada tahun 2025.

Pertama, pemain global material hulu baterai dengan menjadi produsen nikel sulfat global dengan produksi tahunan sekitar 50.000 hingga 100.000 ton per tahun yang digunakan untuk industri dalam negeri dan ekspor. Kedua, pemain global material antara atau katoda baterai dengan menjadi produsen prekursor dan katoda 120.000 hingga 240.000 ton per tahun yang akan digunakan untuk industri dalam negeri dan diekspor.

Ketiga, pemain hilir regional dan domestik untuk sel baterai dan pusat manufaktur kendaraan listrik di Asia Tenggara. "Dalam mewujudkan cita-cita BUMN tersebut, saat ini sedang dilakukan penjajakan calon mitra atau investor," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (1/2/2021).



Agus menuturkan, penjajakan calon mitra didasarkan pada sejumlah kriteria. Pertama, memiliki jejak global di dalam indutri baterai EV dan memiliki rencana untuk ekspansi bisnis. Kedua, memiliki kekuatan finansial dan investasi di bidang baterai. Ketiga, memiliki reputasi merek yang baik dan memiliki hubungan dengan perusahaan Original Equipment Manufacture (OEM).

Menurut Agus, dari proses penjajakan calon mitra untuk gelombang satu terdapat 7 grup perusahaan yang memenuhi kriteria, diantaranya CATL, LG Chem, Samsung, Tesla, Panasonic.

"Bila Indonesia menjadi pemain global baterai EV maka akan menghasilkan sekitar USD26 miliar pada 2030 dengan asumsi kapasitas 140 gigawatt hour. Dampak ekonomi terbesar jika EV dikembangkan dari hulu ke hilir maka selain diperoleh sekitar USD26 miliar, tenaga kerja dapat dibangkitkan sekitar 23.500 orang dengan peningkatan neraca perdagangan USD9 miliar," jelasnya.



Adapun investasi yang dibutuhkan untuk membangun ekosistem industri kendaraan listrik berbasis baterai dari hulu sampai hilir mencapai USD13,4-17,4 miliar. "Ini akan dilaksanakan masing-masing BUMN atau melalui join venture company dengan mitra internasional," tandasnya.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6495 seconds (0.1#10.140)