Menu Digital Jadi Andalan Bisnis Restoran di Saat Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) selama 14 hari mulai dari 26 Januari hingga 8 Februari 2021 semakin memukul beberapa industri, terutama bisnis restoran . Meskipun ada sedikit perubahan terkait jam operasional mal dan restoran yang diperbolehkan buka hingga pukul 20.00 dari sebelumnya di pukul 19.00, kebijakan ini dirasakan sangat berat bagi para pelaku usaha F&B (food and beverages).
CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, dampak Covid-19 memang meningkatkan tantangan yang telah dihadapi industri restoran sebelum pandemi. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, industri restoran sebenarnya juga telah menghadapi berbagai tantangan, seperti pemberlakuan kenaikan upah wajib minimum hingga ketidakstabilan harga bahan baku di pasar yang tentunya berpengaruh terhadap beban operasional perusahaan. ( Baca juga:Jakarta Lockdown Akhir Pekan, 750 Restoran Antre Bangkrut )
Namun jika pelaku usaha dapat mengimplementasikan strategi dengan tepat, mereka akan dapat melewati pandemi ini dengan baik. "Perubahan perilaku konsumen dengan hadirnya berbagai platform delivery online juga menghadirkan tantangan bagi pelaku usaha yang selama ini mengandalkan konsumen hanya dari pesanan dine-in saja. Jika adaptasi tidak dilakukan secara cepat dan tepat bukan tidak mungkin usaha yang telah dibangun sekian lama tidak dapat bertahan," ujarnya dalam siaran pers, Jumat (5/2/2021).
Menurut dia, pesatnya kemajuan teknologi dapat membantu berjalannya bisnis restoran di masa pandemi ini karena segalanya dilakukan tanpa sentuhan maupun kontak langsung. Untuk itu, pelaku usaha restoran perlu memanfaatkan berbagai teknologi dalam operasional sehari-hari.
"Menu digital menjadi salah satu kewajiban, sebab kini pengunjung tinggal melakukan scan QR-code untuk mengakses menu yang ingin dipilih, sehingga risiko tinggi kontak dengan buku menu dapat diminimalisasi. Pembayaran cashless juga menjadi opsi utama untuk mengurangi kontak dengan mesin EDC (Electronic Data Capture)," jelasnya. ( Baca juga:Moeldoko Bisa Jadi Kuda Hitam di Pilpres 2024 )
Dia menambahkan, tingginya pesanan melalui layanan antar yang didukung kemudahan akses melalui platform online delivery juga diperkirakan akan tumbuh signifikan sepanjang tahun karena memungkinkan pelanggan untuk mengkonsumsi makanan favorit mereka tanpa harus berinteraksi langsung di dalam restoran dengan banyak orang.
"Maraknya promo serta ditambahnya fitur mengambil pesanan makanan sendiri di restoran (self pick-up) juga menjadi salah satu faktor pertimbangan tingginya konsumsi makanan melalui platform online delivery," tandasnya.
CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, dampak Covid-19 memang meningkatkan tantangan yang telah dihadapi industri restoran sebelum pandemi. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, industri restoran sebenarnya juga telah menghadapi berbagai tantangan, seperti pemberlakuan kenaikan upah wajib minimum hingga ketidakstabilan harga bahan baku di pasar yang tentunya berpengaruh terhadap beban operasional perusahaan. ( Baca juga:Jakarta Lockdown Akhir Pekan, 750 Restoran Antre Bangkrut )
Namun jika pelaku usaha dapat mengimplementasikan strategi dengan tepat, mereka akan dapat melewati pandemi ini dengan baik. "Perubahan perilaku konsumen dengan hadirnya berbagai platform delivery online juga menghadirkan tantangan bagi pelaku usaha yang selama ini mengandalkan konsumen hanya dari pesanan dine-in saja. Jika adaptasi tidak dilakukan secara cepat dan tepat bukan tidak mungkin usaha yang telah dibangun sekian lama tidak dapat bertahan," ujarnya dalam siaran pers, Jumat (5/2/2021).
Menurut dia, pesatnya kemajuan teknologi dapat membantu berjalannya bisnis restoran di masa pandemi ini karena segalanya dilakukan tanpa sentuhan maupun kontak langsung. Untuk itu, pelaku usaha restoran perlu memanfaatkan berbagai teknologi dalam operasional sehari-hari.
"Menu digital menjadi salah satu kewajiban, sebab kini pengunjung tinggal melakukan scan QR-code untuk mengakses menu yang ingin dipilih, sehingga risiko tinggi kontak dengan buku menu dapat diminimalisasi. Pembayaran cashless juga menjadi opsi utama untuk mengurangi kontak dengan mesin EDC (Electronic Data Capture)," jelasnya. ( Baca juga:Moeldoko Bisa Jadi Kuda Hitam di Pilpres 2024 )
Dia menambahkan, tingginya pesanan melalui layanan antar yang didukung kemudahan akses melalui platform online delivery juga diperkirakan akan tumbuh signifikan sepanjang tahun karena memungkinkan pelanggan untuk mengkonsumsi makanan favorit mereka tanpa harus berinteraksi langsung di dalam restoran dengan banyak orang.
"Maraknya promo serta ditambahnya fitur mengambil pesanan makanan sendiri di restoran (self pick-up) juga menjadi salah satu faktor pertimbangan tingginya konsumsi makanan melalui platform online delivery," tandasnya.
(uka)