Garuda Tekor 30 Juta Dolar per Tahun Gegara Operasikan Pesawat CRJ-1000

Rabu, 10 Februari 2021 - 19:39 WIB
loading...
Garuda Tekor 30 Juta...
Pesawat Bombardier CRJ 1000 Nextgen. Foto/Dok SINDOphoto/Eko Purwanto
A A A
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk ., telah mengoperasikan pesawat CRJ-1000 selama 7 tahun. Meski begitu, maskapai penerbangan pelat merah mengalami kerugian per tahun sebesar Rp418 miliar atau 30 juta dolar Amerika Serikat (kurs Rp13.955 per dolar AS).

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengutarakan, Garuda terus mengalami kerugian selama mengoperasikan pesawat jenis Bombardier tersebut. Kerugiannya bahkan jauh melebihi harga sewa pesawat tersebut.

"Memang tidak dapat dipungkiri selama 7 tahun operasikan ini setiap tahun itu secara kata-kata alami kerugian penggunaan pesawat lebih dari 30 juta dolar per tahun atau Rp418 miliar. Sementara sewa pesawatnya sendiri di angka 27 juta dolar," katanya, dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (10/2/2021).

( )

Manajemen emiten pelat merah menilai, terminasi kontrak secara sepihak itu sudah dilakukan sejak 1 Februari 2021 kemarin. Dengan langkah itu, Garuda Indonesia bisa melakukan penghematan kerugian yang ditimbulkan apabila pesawat sudah dikembalikan.

"Apabila kita terminasi pada Februari kemarin sampai dengan akhir masa kontraknya, kita saving lebih dari 220 juta dolar AS. Ini upaya kita menghilangkan, mengurangi kerugian," kata dia.

Pesawat Bombardier CRJ 1000 juga dinilai tidak efektif bagi perusahaan lantaran karakteristiknya tidak sesuai dengan market di Indonesia. "Kami dari tahun ke tahun mengalami kerugian menggunakan pesawat ini, ditambah dengan kondisi pandemi ini memaksa kami tidak punya pilihan lain secara profesional untuk menghentikan kontrak ini," tuturnya.

( )

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meminta agar Garuda Indonesia melakukan percepatan negosiasi ihwal early payment settlement contract financial lease dengan Export Development Canada (EDC). Negosiasi berupa pengembalian enam pesawat jenis CRJ-1000.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, saat ini manajemen Garuda Indonesia tengah menjalankan negosiasi dengan pihak EDC. Proses itu dijalankan usai maskapai penerbangan nasional pelat merah itu belum mendapat respon positif dari pihak Nordic Aviation Capital atau NAC.

"Proses negosiasi ini tentu juga terjadi berulang-ulang kali Garuda dan NAC dan tentu ini niat baik kami. Tapi sayangnya, early termination ini belum mendapat respon dari mereka. Secara proses negosiasi dengan EDC masih terus berlangsung," ujar Erick.

Early payment settlement contract financial lease atau pembayaran cepat 6 pesawat dari EDC diketahui jatuh tempo 2024 mendatang. Pemerintah sendiri sudah mengakhiri kontrak operating lease dengan NAC dengan mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ 1000.

( )

Keputusan itu didasari pada keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta penyelidikan oleh Serious Fraud Office (SFO) Inggris ihwal indikasi tidakpidana suap dari pihak pabrikan kepada oknum pimpinan Garuda Indonesia saat proses pengadaan pesawat tahun 2011 silam. Keputusan juga didasari pada pertimbangan tata kelola perusahaan yang baik dan profesionalitas.

"Tentu keputusan ini ada landasan, kita tahu bagaimana kita mempertimbangkan tata kelolah yang baik, transparan, akuntabilitas dan profesionalitas. Bagaimana juga kita melihat dari keputusan dari KPK dan juga penyelidikan Serious Fraud Office Inggris terhadap indikasi terhadap indikasi oknum pimpinan Garuda, poin ini sangat menjadi landasan," kata dia.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1092 seconds (0.1#10.140)