Jangan Gembira Dulu! Surplus Dagang karena Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengamat ekonomi dari CORE Indonesia Piter Abdullah menilai meskipun kinerja ekspor Indonesia surplus tetapi tidak otomatis bisa bergembira. Pasalnya, surplus itu terjadi di tengah penurunan impor .
"Khususnya impor barang modal dan bahan baku. Justru ini mencerminkan kondisi industri masih terpuruk," kata Piter saat dihubungi MNC Portal Indonesia hari ini (15/2) di Jakarta. ( Baca juga:Terkontraksi, Impor Januari Hanya Capai USD13,34 Miliar )
Dengan kondisi tersebut dia memperkirakan neraca perdagangan masih akan surplus selama pandemi ini terus berlangsung. Asumsinya harga komoditas terus terjaga tinggi. "Surplus neraca perdagangan akan mulai menurun pada triwulan III dan IV tahun ini," katanya.
Tapi sejatinya kondisi ini lebih dikarenakan faktor pandemi. Ketika pandemi berakhir dia meyakini permintaan konsumsi akan membaik. Berikutnya industri manufaktur juga akan kembali bangkit.
"Saat industri mulai bangkit pertumbuhan impor akan lebih cepat dan akan menggerus surplus neraca perdagangan," jelasnya.
Kondisi surplus neraca perdagangan tidak menjamin target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai. Kontribusi net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 15%. ( Baca juga:Hati-hati, Pengguna Clubhouse Rentan Diacak-acak Hacker China )
"Karena sepanjang konsumsi dan investasi masih terkontraksi pertumbuhan ekonomi masih belum akan pulih. Target pertumbuhan belum akan tercapai," katanya.
"Khususnya impor barang modal dan bahan baku. Justru ini mencerminkan kondisi industri masih terpuruk," kata Piter saat dihubungi MNC Portal Indonesia hari ini (15/2) di Jakarta. ( Baca juga:Terkontraksi, Impor Januari Hanya Capai USD13,34 Miliar )
Dengan kondisi tersebut dia memperkirakan neraca perdagangan masih akan surplus selama pandemi ini terus berlangsung. Asumsinya harga komoditas terus terjaga tinggi. "Surplus neraca perdagangan akan mulai menurun pada triwulan III dan IV tahun ini," katanya.
Tapi sejatinya kondisi ini lebih dikarenakan faktor pandemi. Ketika pandemi berakhir dia meyakini permintaan konsumsi akan membaik. Berikutnya industri manufaktur juga akan kembali bangkit.
"Saat industri mulai bangkit pertumbuhan impor akan lebih cepat dan akan menggerus surplus neraca perdagangan," jelasnya.
Kondisi surplus neraca perdagangan tidak menjamin target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai. Kontribusi net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 15%. ( Baca juga:Hati-hati, Pengguna Clubhouse Rentan Diacak-acak Hacker China )
"Karena sepanjang konsumsi dan investasi masih terkontraksi pertumbuhan ekonomi masih belum akan pulih. Target pertumbuhan belum akan tercapai," katanya.
(uka)