Sri Mulyani Sebut Kondisi Ekonomi Dunia Mengalami Shock Besar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Republik Rakyat China yang merupakan kekuatan ekonomi nomor dua terbesar di dunia, limbung oleh pandemi virus corona. Biro Statistik China melaporkan perekonomian negara Xi Jinping pada kuartal I-2020, ambruk dengan tumbuh negatif -6,8%. Ini ada kontraksi terbesar pertama sejak China mencatat pertumbuhan ekonomi positif sejak 1992.
Wabah virus corona membuat perekonomian China jatuh sakit, dimana banyak pabrik yang tutup, demikian pula pusat transportasi dan pusat-pusat perbelanjaan. Pandemi ini juga berdampak terhadap perekonomian negara-negara di dunia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa kondisi perekonomian dunia saat ini berada dalam shock alias keterjutan besar. "Perekonomian dunia secara keseluruhan mengalami kontraksi yang sangat dalam. Ini adalah shock yang besar," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Jumat (17/4/2020).
Sri Mulyani yang juga mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia bahkan mengatakan kondisi perekonomian dunia agak mengerikan. "Dan kita semua harus bersiap-siap menghadapinya," ia mewanti-wanti.
Perempuan kelahiran Bandar Lampung ini mengatakan perekonomian dunia akan tumbuh minus di 2020 ini. JP Morgan memprediksi perekonomian dunia minus 1,1% di tahun ini. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings memprediksi ekonomi global minus 1,9% di tahun ini. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi perekonomian dunia minus 3% di tahun 2020.
"China negatif 6% dan ekonomi dunia negatif 3%. Ini shock yang besar, dalam hal ini tidak bisa menafikan shock ini pengaruh besar ke ekonomi kita. Untuk Indonesia, baseline kita 2,3% di 2020," tambahnya.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 masih lumayan tinggi. Namun pada kuartal II-2020 tantangan besar sudah menanti.
"Januari sampai Februari ada momentum pemulihan dari 2019. Konsumsi, investasi, bahkan ekspor menunjukkan perkembangan positif. Bahkan konsumsi sampai Maret minggu pertama masih bagus," kata Sri Mulyani.
Dengan kondisi tersebut, Sri Mulyani memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 4,5-4,6% pada periode Januari-Maret 2020. "Masih kelihatan tinggi, meski di bawah 5%," ujarnya.
Wabah virus corona membuat perekonomian China jatuh sakit, dimana banyak pabrik yang tutup, demikian pula pusat transportasi dan pusat-pusat perbelanjaan. Pandemi ini juga berdampak terhadap perekonomian negara-negara di dunia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa kondisi perekonomian dunia saat ini berada dalam shock alias keterjutan besar. "Perekonomian dunia secara keseluruhan mengalami kontraksi yang sangat dalam. Ini adalah shock yang besar," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Jumat (17/4/2020).
Sri Mulyani yang juga mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia bahkan mengatakan kondisi perekonomian dunia agak mengerikan. "Dan kita semua harus bersiap-siap menghadapinya," ia mewanti-wanti.
Perempuan kelahiran Bandar Lampung ini mengatakan perekonomian dunia akan tumbuh minus di 2020 ini. JP Morgan memprediksi perekonomian dunia minus 1,1% di tahun ini. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings memprediksi ekonomi global minus 1,9% di tahun ini. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi perekonomian dunia minus 3% di tahun 2020.
"China negatif 6% dan ekonomi dunia negatif 3%. Ini shock yang besar, dalam hal ini tidak bisa menafikan shock ini pengaruh besar ke ekonomi kita. Untuk Indonesia, baseline kita 2,3% di 2020," tambahnya.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 masih lumayan tinggi. Namun pada kuartal II-2020 tantangan besar sudah menanti.
"Januari sampai Februari ada momentum pemulihan dari 2019. Konsumsi, investasi, bahkan ekspor menunjukkan perkembangan positif. Bahkan konsumsi sampai Maret minggu pertama masih bagus," kata Sri Mulyani.
Dengan kondisi tersebut, Sri Mulyani memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 4,5-4,6% pada periode Januari-Maret 2020. "Masih kelihatan tinggi, meski di bawah 5%," ujarnya.
(bon)