APBN Boncos Rp45,7 T di Awal 2021, Sri Mulyani: Bekerja Keras Tahan Pukulan Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) hingga Januari 2021 tercatat mencapai Rp45,7 triliun atau 4,5% dari patokan dalam APBN 2020 senilai Rp1.006,4 triliun. Realisasi defisit anggaran itu setara dengan 0,26% PDB.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, defisit APBN ini dikarenakan realisasi pendapatan negara tercatat senilai Rp100,1 triliun atau terkontraksi 4,8% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu 105,1 triliun. Realisasi pendapatan negara itu setara dengan 6,2% dari target senilai Rp1.743,6 triliun.
Di sisi lain, belanja negara hingga akhir Januari 2021 tercatat senilai Rp145,8 triliun atau 5,3% dari pagu Rp2.750 triliun. Sedangkan, realisasi belanja negara itu tumbuh 4,2% dibandingkan penyerapan periode yang sama tahun lalu senilai Rp139,9 triliun.
"Ada kenaikan defisit karena bulan Januari tahun lalu belum mengalami Covid-19, mungkin tidak terlalu banyak berbeda ada kenaikan defisit dibandingkan tahun lalu," imbuh Sri Mulyani dalam video virtual, Selasa (23/2/2021).
Kata dia dampak pandemi covid-19 berimbas luar biasa terhadap perekonomian. Akibatnya, APBN harus bekerja ekstra keras untuk menjaga ekonomi tetap stabil. "APBN kita sebagai instrumen fiskal bekerja luar biasa keras menahan pukulan pandemi," bebernya.
Dia menambahkan, beda 2008 lalu guncangan ada di lembaga keuangan sedangkan Covid-19 guncanganya langsung ke akar rumput. "APBN bekerja sangat cepat dan tepat untuk menahan guncangan pukulan Covid-19 ke perekonomian dan ke masyarakat. Dampaknya ke kuartal III langsung ada pemulihan dan pembalikan dari pemburukan ekonomi bisa dilakukan," tandasnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, defisit APBN ini dikarenakan realisasi pendapatan negara tercatat senilai Rp100,1 triliun atau terkontraksi 4,8% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu 105,1 triliun. Realisasi pendapatan negara itu setara dengan 6,2% dari target senilai Rp1.743,6 triliun.
Di sisi lain, belanja negara hingga akhir Januari 2021 tercatat senilai Rp145,8 triliun atau 5,3% dari pagu Rp2.750 triliun. Sedangkan, realisasi belanja negara itu tumbuh 4,2% dibandingkan penyerapan periode yang sama tahun lalu senilai Rp139,9 triliun.
"Ada kenaikan defisit karena bulan Januari tahun lalu belum mengalami Covid-19, mungkin tidak terlalu banyak berbeda ada kenaikan defisit dibandingkan tahun lalu," imbuh Sri Mulyani dalam video virtual, Selasa (23/2/2021).
Kata dia dampak pandemi covid-19 berimbas luar biasa terhadap perekonomian. Akibatnya, APBN harus bekerja ekstra keras untuk menjaga ekonomi tetap stabil. "APBN kita sebagai instrumen fiskal bekerja luar biasa keras menahan pukulan pandemi," bebernya.
Dia menambahkan, beda 2008 lalu guncangan ada di lembaga keuangan sedangkan Covid-19 guncanganya langsung ke akar rumput. "APBN bekerja sangat cepat dan tepat untuk menahan guncangan pukulan Covid-19 ke perekonomian dan ke masyarakat. Dampaknya ke kuartal III langsung ada pemulihan dan pembalikan dari pemburukan ekonomi bisa dilakukan," tandasnya.
(akr)