Racikan Jamu Manis BI untuk Menyembuhkan Ekonomi Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menekankan akan terus mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, memiliki racikan 'jamu manis' dalam mendorong pemulihan ekonomi. Jamu manis yang dimaksud di antaranya melonggarkan kebijakan makroprudensial dengan menurunkan suku bunga acuan.
"Untuk dorong pemulihan ekonomi , instrumen BI itu jamu manis. Kami lakukan stimulus kebijakan moneter 150 bps terendah sejarah 3,5% nilai tukar stabil Rp14 ribu," kata Perry dalam video virtual, Kamis (25/2/2021).
BI terus melakukan penurunan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate yang hingga saat ini berada di level 3,5%. Lalu upaya stabilisasi nilai tukar di kisaran Rp 14.000, hingga penambahan likuiditas.
Sambung dia menerangkan, penambahan likuiditas dengan melakukan ekspansi operasi moneter yang telah mencapai Rp14,16 triliun per 4 Februari 2021. Adapun pada 2020, BI telah melakukan quantitative easing (QE) sebesar Rp740,7 triliun atau sekitar 4,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"QE ini merupakah salah satu yang terbesar di antara negara emerging markets," imbuhnya
BI juga ikut berpartisipasi pembiayaan APBN, dengan membeli SBN dari Rp473 triliun itu sebesar Rp397 triliun untuk burden sharing. BI juga mengeluarkan jamu manis khusus untuk mendorong kredit, yakni dengan membebaskan batasan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor serta KPR menjadi 0%.
Tidak hanya itu, BI juga sepakat untuk mendanai vaksinasi sebesar Rp 47 triliun. BI tahun ini juga membeli SBN sebesar Rp40,99 triliun. Lalu, dia optimis prospek perbaikan ekonomi domestik terus berlangsung didukung oleh program vaksinasi, stimulus fiskal, moneter, kredit perbankan. Sehingga ekonomi bisa meroket hingga 5,3%
"Game changer ini vaksinasi dan presiden terus upayakan vaksinasi," tandasnya.
"Untuk dorong pemulihan ekonomi , instrumen BI itu jamu manis. Kami lakukan stimulus kebijakan moneter 150 bps terendah sejarah 3,5% nilai tukar stabil Rp14 ribu," kata Perry dalam video virtual, Kamis (25/2/2021).
BI terus melakukan penurunan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate yang hingga saat ini berada di level 3,5%. Lalu upaya stabilisasi nilai tukar di kisaran Rp 14.000, hingga penambahan likuiditas.
Sambung dia menerangkan, penambahan likuiditas dengan melakukan ekspansi operasi moneter yang telah mencapai Rp14,16 triliun per 4 Februari 2021. Adapun pada 2020, BI telah melakukan quantitative easing (QE) sebesar Rp740,7 triliun atau sekitar 4,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"QE ini merupakah salah satu yang terbesar di antara negara emerging markets," imbuhnya
BI juga ikut berpartisipasi pembiayaan APBN, dengan membeli SBN dari Rp473 triliun itu sebesar Rp397 triliun untuk burden sharing. BI juga mengeluarkan jamu manis khusus untuk mendorong kredit, yakni dengan membebaskan batasan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor serta KPR menjadi 0%.
Tidak hanya itu, BI juga sepakat untuk mendanai vaksinasi sebesar Rp 47 triliun. BI tahun ini juga membeli SBN sebesar Rp40,99 triliun. Lalu, dia optimis prospek perbaikan ekonomi domestik terus berlangsung didukung oleh program vaksinasi, stimulus fiskal, moneter, kredit perbankan. Sehingga ekonomi bisa meroket hingga 5,3%
"Game changer ini vaksinasi dan presiden terus upayakan vaksinasi," tandasnya.
(akr)