Wabah Covid-19 Melanda, Tren Industri E-commerce Naik Signifikan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan teknologi global Criteo S.A mengumumkan hasil penelitian mereka mengenai analisis dampak Covid-19 terhadap industri e-commerce. Data Criteo menunjukkan bahwa sekitar setengah dari semua negara di dunia mengalami peningkatan dalam angka penjualan online.
Director of Account Strategy Criteo for Large Customers, SEA, Hong Kong and Taiwan Pauline Lemaire mengungkapkan bahwa hal tersebut mungkin disebabkan oleh pergeseran perilaku pembeli karena konsumen melakukan pembatasan jarak sosial atau social distancing. Transaksi e-commerce berpeluang terus meningkat seiring umat muslim akan memasuki bulan ramadan dan lebaran.
"Dengan bulan ramadan yang akan dimulai dari 23 April hingga 23 Mei tahun ini, lonjakan pembelian e-commerce diperkirakan akan meningkat lebih tinggi karena umat muslim akan mencari kebutuhan secara online untuk mempersiapkan perayaan di tengah-tengah pembatasan sosial yang akan berlaku hingga waktu yang belum ditentukan, dengan adanya kemungkinan untuk diperpanjang sampai setelah Ramadan," ungkapnya di Jakarta, Kamis (16/4/2020).
Data Criteo menunjukan traffic web harian melonjak lebih dari 50% secara global. Perdagangan online sekarang telah menjadi esensial untuk konsumen Asia Pasifik ketika mereka berpindah ke platform online, baik bekerja dari rumah atau menghabiskan waktu luang, karena pandemi kesehatan global.
“Kami juga menyadari tren ini di Indonesia. Kami memperkirakan hal ini akan tetap berlanjut, terutama selama bulan ramadan dimana lebih banyak orang yang diharapkan untuk beralih ke belanja online dalam rangka persiapan memasuki momen keagamaan ini," terang dia.
Khusus untuk Indonesia, traffic harian yang dicatat dalam indeks dan penjualan untuk ritel online mengalami peningkatan sebesar 115% pada 2019 dibandingkan dengan 2018 yang mencatat peningkatan sebesar 44%.
Pembeli juga lebih aktif seminggu sebelum ramadan dan minggu pertama ramadan pada 2019, bila dibandingkan dengan 2018. Ini menunjukkan perubahan dalam perilaku konsumen – peningkatan pembelian di menit terakhir tepat sebelum dimulainya bulan ibadah ini.
Mengingat lonjakan transaksi online tahun ini yang diproyeksikan karena adanya COVID-19, pemain eCommerce harus bersiap untuk
lonjakan penjualan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Dengan meningkatnya ketergantungan pada eCommerce selama ini, brand dan pelaku ritel harus memastikan bahwa jaringan logistik dan kemampuan pemenuhannya cukup kuat dan stok barang lengkap untuk memenuhi pertumbuhan volume permintaan dan transaksi," tuturnya.
Pauline menambahkan, brand dan pemain ritel sekarang dihadapkan dengan tantangan baru dalam membantu pembeli mempertahankan tradisi mereka dan juga meyakinkan, serta membuktikan bahwa kesinambungan bisnis terjaga di saat yang sama.
Social distancing dan pembatasan perjalanan telah mengubah rutinitas harian dan cara konsumen bekerja, berbelanja, dan bermain. Marketer pun perlu mengakui kenyataan baru ini dan menyesuaikan kampanye mereka dengan pola interaksi pembeli dengan pelaku bisnis dan satu sama lain.
Mirip dengan banyak negara lain, imbuh Pauline, kebijakan social distancing di Indonesia diartikan bahwa hanya bisnis-bisnis penting seperti kebutuhan sehari-hari, pengiriman dan logistik tetap beroperasi penuh selama periode ini.
"Dengan meningkatnya ketergantungan pada e-commerce di masa ini, brand dan pelaku ritel harus memastikan jaringan logistik dan kapasitas pemenuhannya cukup kuat, serta memastikan stok barang lengkap untuk memenuhi pertumbuhan permintaan untuk perdagangan online,” bebernya.
Lihat Juga: Raih Antusiasme Tinggi, Penggunaan ShopeeFood Checkout Murah Bertumbuh hingga 2 Kali Lipat
Director of Account Strategy Criteo for Large Customers, SEA, Hong Kong and Taiwan Pauline Lemaire mengungkapkan bahwa hal tersebut mungkin disebabkan oleh pergeseran perilaku pembeli karena konsumen melakukan pembatasan jarak sosial atau social distancing. Transaksi e-commerce berpeluang terus meningkat seiring umat muslim akan memasuki bulan ramadan dan lebaran.
"Dengan bulan ramadan yang akan dimulai dari 23 April hingga 23 Mei tahun ini, lonjakan pembelian e-commerce diperkirakan akan meningkat lebih tinggi karena umat muslim akan mencari kebutuhan secara online untuk mempersiapkan perayaan di tengah-tengah pembatasan sosial yang akan berlaku hingga waktu yang belum ditentukan, dengan adanya kemungkinan untuk diperpanjang sampai setelah Ramadan," ungkapnya di Jakarta, Kamis (16/4/2020).
Data Criteo menunjukan traffic web harian melonjak lebih dari 50% secara global. Perdagangan online sekarang telah menjadi esensial untuk konsumen Asia Pasifik ketika mereka berpindah ke platform online, baik bekerja dari rumah atau menghabiskan waktu luang, karena pandemi kesehatan global.
“Kami juga menyadari tren ini di Indonesia. Kami memperkirakan hal ini akan tetap berlanjut, terutama selama bulan ramadan dimana lebih banyak orang yang diharapkan untuk beralih ke belanja online dalam rangka persiapan memasuki momen keagamaan ini," terang dia.
Khusus untuk Indonesia, traffic harian yang dicatat dalam indeks dan penjualan untuk ritel online mengalami peningkatan sebesar 115% pada 2019 dibandingkan dengan 2018 yang mencatat peningkatan sebesar 44%.
Pembeli juga lebih aktif seminggu sebelum ramadan dan minggu pertama ramadan pada 2019, bila dibandingkan dengan 2018. Ini menunjukkan perubahan dalam perilaku konsumen – peningkatan pembelian di menit terakhir tepat sebelum dimulainya bulan ibadah ini.
Mengingat lonjakan transaksi online tahun ini yang diproyeksikan karena adanya COVID-19, pemain eCommerce harus bersiap untuk
lonjakan penjualan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Dengan meningkatnya ketergantungan pada eCommerce selama ini, brand dan pelaku ritel harus memastikan bahwa jaringan logistik dan kemampuan pemenuhannya cukup kuat dan stok barang lengkap untuk memenuhi pertumbuhan volume permintaan dan transaksi," tuturnya.
Pauline menambahkan, brand dan pemain ritel sekarang dihadapkan dengan tantangan baru dalam membantu pembeli mempertahankan tradisi mereka dan juga meyakinkan, serta membuktikan bahwa kesinambungan bisnis terjaga di saat yang sama.
Social distancing dan pembatasan perjalanan telah mengubah rutinitas harian dan cara konsumen bekerja, berbelanja, dan bermain. Marketer pun perlu mengakui kenyataan baru ini dan menyesuaikan kampanye mereka dengan pola interaksi pembeli dengan pelaku bisnis dan satu sama lain.
Mirip dengan banyak negara lain, imbuh Pauline, kebijakan social distancing di Indonesia diartikan bahwa hanya bisnis-bisnis penting seperti kebutuhan sehari-hari, pengiriman dan logistik tetap beroperasi penuh selama periode ini.
"Dengan meningkatnya ketergantungan pada e-commerce di masa ini, brand dan pelaku ritel harus memastikan jaringan logistik dan kapasitas pemenuhannya cukup kuat, serta memastikan stok barang lengkap untuk memenuhi pertumbuhan permintaan untuk perdagangan online,” bebernya.
Lihat Juga: Raih Antusiasme Tinggi, Penggunaan ShopeeFood Checkout Murah Bertumbuh hingga 2 Kali Lipat
(ind)