Hasil Referendum Swiss Buka Jalan Ekspor CPO RI di Eropa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menyambut positif hasil referendum Swiss mengenai IE-CEPA. Dalam referendum itu, mayoritas rakyat Swiss setuju terhadap kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan European Free Trade Association (EFTA) yang terdiri dari Swiss, Norwegia, Islandia dan Lietchtenstein.
Sebanyak 51,6% publik Swiss setuju IE CEPA disahkan dan diimplementasikan. Hasil ini memberikan harapan cerah bagi peningkatan ekspor dan keberterimaan produk Indonesia di negara-negara Eropa.
“Kita sangat menyambut positif, ini adalah hasil yang memberikan harapan cerah bagi ekspor Indonesia di Eropa,” kata Wamendag menjawab pertanyaan wartawan, Selasa (9/3/2021).
Kegembiraan Wamendag mengenai hasil referendum ini cukup beralasan. Selama ini publik Swiss dikenal sangat kritis terhadap isu-isu lingkungan, kesehatan dan sosial yang biasanya menjadi alasan bagi pemberlakuan hambatan bagi produk-produk dari negara lain.
Salah satu produk yang dikritisi oleh publik Swiss adalah mengenai isu kelapa sawit Indonesia. Beberapa lembaga swadaya masyarakat di Swiss bahkan beberapa waktu lalu secara resmi mengampanyekan isu negatif soal sawit yang juga menjadi agenda salah satu referendum.
Jerry yang pernah memberikan pernyataan langsung kepada publik Swiss mengenai kelapa sawit Indonesia mengatakan bahwa publik Swiss memang menerima pernyataan yang kurang seimbang mengenai produk andalan Indonesia itu.
Dalam wawancara dengan media yang cukup berpengaruh di Swiss Jerry mengatakan bahwa Indonesia mempunyai standar dan peta jalan untuk kelapa sawit yang ramah lingkungan dan memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Jerry juga meyakinkan bahwa kelapa sawit dari aspek lingkungan justru lebih efisien karena satu hektar kelapa sawit menghasilkan produk yang setara dengan hasil 6 hektar produk minyak nabati yang lain.
Hasil referendum mengenai IE-CEPA ini jelas memberikan harapan bagus buat pemahaman publik Swiss mengenai kelapa sawit dan semua produk Indoensia lainnya. Bagi Wamendag ini juga mengindikasikan niat baik dari kedua belah pihak dalam hal saling memahami pada kerja sama perdagangan.
IE-CEPA sendiri mencakup kesepakatan di bidang akses pasar perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, skema khusus untuk UMKM serta kerja sama dan pengembangan kapasitas.
Volume perdagangan Indonesia dan EFTA menunjukkan trend yang sangat positif. Pasalnya total nilai perdagangan Indonesia ke EFTA di tahun 2019-2020 mengalami peningkatan sebesar 92,62% yang sebelumnya hanya sebesar USD1,7 Miliar di tahun 2019 meningkat hingga mencapai USD3,3 Miliar di tahun 2020. Dengan pengesahan IE-CEPA diharapkan akan terjadi peningkatan yang lebih signifikan lagi.
Melalui IE-CEPA, Indonesia akan mendapatkan penghapusan 7.042 pos tarif Swiss dan Liechtenstein, 6.338 pos tarif Norwegia dan 8.100 pos tarif Islandia.
Selain itu, penerapan IE-CEPA ditargetkan juga akan meningkatkan investasi yang berdampak positif bagi Indonesia. Wamendag yakin bahwa IE-CEPA akan menjadi bagian dari visi Pemerintahan Jokowi untuk menjadikan ekspor dan investasi sebagai pilar utama ekonomi nasional.
“Kita optimis bahwa kontribusi ekspor yang saat ini baru mencapai 13% dari ekonomi nasional akan segera meningkat di tahun-tahun mendatang,” tandas Wamendag.
Sebanyak 51,6% publik Swiss setuju IE CEPA disahkan dan diimplementasikan. Hasil ini memberikan harapan cerah bagi peningkatan ekspor dan keberterimaan produk Indonesia di negara-negara Eropa.
“Kita sangat menyambut positif, ini adalah hasil yang memberikan harapan cerah bagi ekspor Indonesia di Eropa,” kata Wamendag menjawab pertanyaan wartawan, Selasa (9/3/2021).
Baca Juga
Kegembiraan Wamendag mengenai hasil referendum ini cukup beralasan. Selama ini publik Swiss dikenal sangat kritis terhadap isu-isu lingkungan, kesehatan dan sosial yang biasanya menjadi alasan bagi pemberlakuan hambatan bagi produk-produk dari negara lain.
Salah satu produk yang dikritisi oleh publik Swiss adalah mengenai isu kelapa sawit Indonesia. Beberapa lembaga swadaya masyarakat di Swiss bahkan beberapa waktu lalu secara resmi mengampanyekan isu negatif soal sawit yang juga menjadi agenda salah satu referendum.
Jerry yang pernah memberikan pernyataan langsung kepada publik Swiss mengenai kelapa sawit Indonesia mengatakan bahwa publik Swiss memang menerima pernyataan yang kurang seimbang mengenai produk andalan Indonesia itu.
Dalam wawancara dengan media yang cukup berpengaruh di Swiss Jerry mengatakan bahwa Indonesia mempunyai standar dan peta jalan untuk kelapa sawit yang ramah lingkungan dan memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Jerry juga meyakinkan bahwa kelapa sawit dari aspek lingkungan justru lebih efisien karena satu hektar kelapa sawit menghasilkan produk yang setara dengan hasil 6 hektar produk minyak nabati yang lain.
Hasil referendum mengenai IE-CEPA ini jelas memberikan harapan bagus buat pemahaman publik Swiss mengenai kelapa sawit dan semua produk Indoensia lainnya. Bagi Wamendag ini juga mengindikasikan niat baik dari kedua belah pihak dalam hal saling memahami pada kerja sama perdagangan.
IE-CEPA sendiri mencakup kesepakatan di bidang akses pasar perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, skema khusus untuk UMKM serta kerja sama dan pengembangan kapasitas.
Volume perdagangan Indonesia dan EFTA menunjukkan trend yang sangat positif. Pasalnya total nilai perdagangan Indonesia ke EFTA di tahun 2019-2020 mengalami peningkatan sebesar 92,62% yang sebelumnya hanya sebesar USD1,7 Miliar di tahun 2019 meningkat hingga mencapai USD3,3 Miliar di tahun 2020. Dengan pengesahan IE-CEPA diharapkan akan terjadi peningkatan yang lebih signifikan lagi.
Melalui IE-CEPA, Indonesia akan mendapatkan penghapusan 7.042 pos tarif Swiss dan Liechtenstein, 6.338 pos tarif Norwegia dan 8.100 pos tarif Islandia.
Selain itu, penerapan IE-CEPA ditargetkan juga akan meningkatkan investasi yang berdampak positif bagi Indonesia. Wamendag yakin bahwa IE-CEPA akan menjadi bagian dari visi Pemerintahan Jokowi untuk menjadikan ekspor dan investasi sebagai pilar utama ekonomi nasional.
“Kita optimis bahwa kontribusi ekspor yang saat ini baru mencapai 13% dari ekonomi nasional akan segera meningkat di tahun-tahun mendatang,” tandas Wamendag.
(ind)